Share

Goyangan Pohon Beringin
Goyangan Pohon Beringin
Author: Quora_youtixs

Bertemu Hantu Pohon

Sepi, itu gambaran yang nampak pada jalan yang  dilalui dua orang anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas sebelas SMK. Kanan kiri jalan hanya nampak pepohonan di antara gelapnya malam. Lampu jalan menyinari terlihat temaram seolah kabur bersama pantulan cahaya sang rembulan. Hari sudah menjelang malam ketika dua orang pemuda yang berboncengan motor butut itu lewat. Keduanya baru pulang dari nongkrong. Semilir angin terasa semakin dingin menusuk tulang, suara binatang malam menambah ngeri.

 "Adrian, gue kebelet kencing," desis seorang pemuda yang membonceng.

 Andrian nama pemuda yang menyetir, sedangkan temannya itu bernama Wandi. Sahabat sejak jaman sekolah dasar. "Asem lo, tahan dong, kita berhenti di pom bensin nanti," cicit Andrian.

 "Gue udah nggak tahan," jelasnya.

Adrian menghentikan laju motor, tepat di pinggir jalan di bawah pohon beringin. Menyeramkan, membuat bulu kuduk merinding. Keduanya turun dari motor, Adrian berdiri seperti satpam di dekat motor, sedangkan Wandi hendak berlari ke balik pohon beringin yang terikat kain warna putih entah abu-abu, terlihat samar dalam sinar rembulan malam. Desir angin mengibaskan dedaunan hingga terlihat ranting pohon beringin itu bergoyang. Tidak berapa lama muncul seorang laki-laki tua, berjenggot dengan pakaian hitam, hampir menabrak Wandi.

"Demit!" teriak pemuda itu membuat Adrian menoleh ke arah sahabatnya.

"Sembarangan kalau ngomong!" bentak sang kakek.

Wandi yang sudah tidak dapat menahan kencing akhirnya kencing di tempat. Didera perasaan takut dan menahan tidak memperdulikan lagi jika tanah di bawahnya basah terkena kencingnya. Membuat Adrian tidak dapat menahan tertawanya. Keras suara mengakibatkan kakek yang baru saja muncul terlihat marah kepada mereka.

“Hai, kalian!” terdengar suara kakek memanggil. Kedua tangan sudah berada di pinggang dengan tatapan tajam kepada keduanya.

“Kakek panggil kami?” tanya Adrian menyenggol Wandi agar memberi isyarat supaya turun dari motornya.

“Siapa lagi yang ada di sini? Mau apa kalian malam-malam ribut di tempat ini? Pergi cepat ...!” lantang kalimatnya terdengar dengan suasana sepi di sekitar tempat itu.

Membuat Adrian kaget dengan perintah kakek. Mereka baru saja bertemu sudah main perintah, begitu yang ada di pikirannya. Seumur-umur bari kali ini ia diusir orang yang baru dikenalnya, apalagi melihat daerah ini tidak ada seorang pun yang berhak memiliki.

“Memangnya kakek siapa? Berani ngusir kami?” ucap Adrian lantang.

Wandi yang melihat keanehan dari kakek segera menyikut lengan Adrian supaya tidak terpengaruh dengan ucapan sang kakek. Tetapi semua tidak dihiraukan Adrian, dia mendekati pohon beringin. Niat awal hendak pergi diurungkannya. Rasa penasaran merihat keanehan yang terjadi di sana. Dari mana datangnya kakek itu padahal tidak ada gubuk dan kendaraan di sekitar tempat itu. Sedangkan Wandi yang masih berada di dekat motornya berusaha menarik tangan Adrian supaya tidak mendekati kakek yang berada di sana.

“Yan, lu jangan ke sana! Nggak liat wajahnya serem?” mendekati pohon dan terlihat semakin menyeramkan wajahnya. Wandi yang mempunyai sifat penakut memegang erat tangan Adrian.

 “Diem lu!” ucapnya menatap Wandi, kemudian menatap ke arah kakek, “heh, Kakek! Apa maksudnya ngusir kami dari sini?” lantang suaranya keras terdengar.

Bukan menjawab pertanyaan dari pemuda itu, kakek bergerak mendekati keduanya. Menatap  dengan pandangan tajam ke arah Adrian dan Wandi kemudian berbalik. Adrian tidak merasakan takut sama sekali ia bahkan maju mendekati kakek yang duduk di atas batu besar di bawah pohon beringin.

Tubuhnya yang hanya berbalut kaos putih singlet dan celana kolor selutut, tampak sedikit membungkuk. Tidak ada yang istimewa darinya, hanya suaranya yang terdengar keras membuat dua anak terlihat saling memandang. Diantara perasaan takut dan rasa penasaran dengan sosok yang berada di depannya.

Pohon beringin yang terlihat tenang tiba-tiba bergerak pelan. Bahkan daun-daun jatuh berserakan semakin banyak. Suasana mendadak sepi meskipun ada beberapa kendaraan yang lewat. Malam yang gelap tanpa lampu di pinggir jalan cukup membuat sekeliling bertambah menyeramkan. Hanya bantuan sinar rembulan mereka dapat melihat sosok kakek yang ada di depannya.

“Pergilah dari sini! Ingat jangan kembali! Jika kalian melanggar akan ada musibah yang akan menimpa kalian atau keluarga kalian. Ngerti!”

Daerah Tawangmangu karanganyar memang terkenal dengan aura mistis. Apalagi dengan cerita pohon beringin yang konon menyimpan banyak misteri. Adrian dan Wandi sering mendengar cerita tentang hal ini. Tetapi keduanya tidak pernah mengalami kejadian aneh selama ini.

Dan sekarang mereka baru teringat, jika sekarang sedang berada di pinggir hutan perbatasan daerahnya. Tempat yang setiap hari mereka lalui saat pulang dan pergi ke sekolah. Jika suasana siang hari tidak seseram sekarang. Meskipun jalan besar yang dilalui kendaraan bus lintas propinsi tetapi  sangat sepi. Bahkan daerah ini terkenal dengan kendaraan yang sering terkena musibah.

“Musibah? Kakek ini lucu, baru kali ini gue denger. Kami nggak ganggu kalian, apa kakek bukan manusia?” tanya Adrian lebih berani mendekat.

Kakek yang berdiri di hadan mereka dengan jarak beberapa meter terlihat bergerak ke arah mereka. Membuat kedua pemuda itu saling mengeratkan tangan. Adrian menahan bau pesing yang menyeruak ke dalam hidungnya berasal dari kencing Wandi yang berada di bawahnya. Ingin mengumpat Wandi tetapi suasana tidak mendukung. Akhirnya ia tahan meskipun ingin muntah karenanya.

Bocah ngeyel! Mau jadi korban pohon ini? Pergi nggak! Cepat pergi, sebelum pohon ini marah dan mengganggu kalian!” teriak kakek lantang.

Keduanya terdiam dan saling memandang, hingga bentakan kakek yang lebih keras menyadarkan keduanya untuk segera pergi dari tempat itu. Sekilas terlihat beberapa bayangan yang melintas samar. Membuat bulu kuduk mereka berdiri.

“I- iya Kek, kami akan pergi. Jangan khawatir!” ucap Adrian sambil mencubit Wandi yang masih terdiam melihat kedatangan kakek yang tiba-tiba itu. Dan Akhirnya lari dengan kencang menuju motor CB milik Adrian yang diparkir agak jauh dari pohon beringin.

“Awas, jangan sampai kalian, jika datang lagi dan membuat keributan di tempat ini! Kalian bisa rasakan akibatnya kalo bandel!” ucap kakek dan tetap menatap tajam ke arah Adrian dan Wandi.

Akhirnya keduanya kembali naik sepeda motor milik Adrian dan bergegas menancapkan gas dengan cepat pergi dari tempa itu. Hawa pagi yang sangat dingin membuat keduanya menggigil dan saling memeluk di atas sepeda yang melaju kencang menembus jalan raya yang masih sepi.

“Kabur ...!”

Kekek yang sejak tadi berbicara dengan kedua pemuda itu perlahan berubah menjadi asap dan menghilang perlahan. Hanya suara binatang malam yang terdengar memenuhi sekitar tempat pohon beringin. Kembali pohon itu memperlihatkan aura mistisnya dengan bergerak meski tidak ada hembusan angin yang datang.

 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
ReniYuliani
akhir nya ketemu juga
goodnovel comment avatar
Ar_key
terima kasih
goodnovel comment avatar
IM Lebelan
done, kak. Ceritanya seru, aku suka. Contoh agar manusia biar lebih menghargai makhluk dunia lain. Kadang tanpa sengaja perilaku kita telah menyakiti mereka. Semangat berkarya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status