Share

3. Diri Sendiri

"Tidak. Ada apa, Ibunda?" Owai akhirnya membalas selembut cara Amanda bicara.

"Kosong di jam berapa?" Nada Amanda bertanya terdengar lebih antusias dan wajah cantiknya tampak lebih berseri-seri. 

"Dari jam tiga sore sampai tujuh malam. Karena aku menyesuaikan jam kerja lembur dari tim baru," terang Owai.

Tentu Owai yang bekerja pada jabatan CEO tidak mengikuti aturan tetap jam kerja kantor yang nine to five tiap lima hari seminggu.

Terlebih perusahaan rintisan bernama Temund masih dalam periode berkembang. Maka pekerjaannya mengikuti naik turun situasi.

"Okay, perfect. Jam empat nanti Ibunda jemput. Kamu kerja dari rumah, kan?" seru Amanda riang.

"Iya," sambut Owai antusias pula. "Kita ke mana, ya, Ibunda?"

"Ke tempat menyenangkan hati. Ada yang baru dari Bangtan Boys," ujar Amanda. Dia suka menggunakan nama tersebut untuk merujuk pada BTS, K-Pop idol yang merekatkannya dengan Owai di awal dulu.

Fiuh!

Mendengar itu, Owai langsung lega.

"Siap, ARMY," sahut Owai penuh semangat.

"Aduh, harus siapkan kesabaran telinga nanti mendengar istriku dan putriku memuji-muji pria selain diriku," canda berbalut protes dari Abdus menimpali.

Sedangkan Agler lagi-lagi diam, dia terus menikmati menu sarapan yang pagi ini terdiri dari bubur kacang hijau. Owai tertawa, geli menanggapi ekspresi kedua mertuanya. Sekaligus salut pada Abdus yang langsung tahu bahwa tempat yang dimaksud Amanda adalah pop-up store BTS.

Memang benar, Owai dan Amanda seolah berada di dunia milik berdua jika mereka dalam mode fangirl. Sarapan pagi selesai, setiap anggota keluarga pun bubar dari ruang makan untuk memulai aktifitas masing-masing.

Owai yang baru tahu bahwa Agler tidak akan berada di rumah sepanjang hari seperti yang terjadi dalam dua hari belakangan, mengekori sang suami kembali ke kamar. Berdehem, Owa menarik atensi Agler untuk mendengarkannya berkata, "Mau aku siapkan pakaian buat pergi?"

Yang Owa panuti dari Amanda, seorang istri juga mengurus keperluan suami saat ada urusan keluar. Kebiasaan sang ibunda dan ayahanda tanpa sadar menularinya.

Gelengan kepala Agler menjawab kalimat Owai.

Tatapan mata Agler tidak seperti hunusan tajam yang Owai rasakan ketika momen awal tatap muka. Sedangkan membaca wajah suaminya itu, entahlah Owai belum bisa paham karena Agler tidak berekspresi jelas. Visual tampan suaminya itu ibarat bertopeng raut datar.

"Ada yang ingin aku lakukan untukmu?" ucap Owai menawari bakti.

Agler menggeleng lagi.

"Ya sudah. Aku akan ke perpus," tutur Owai sekaligus pamit. Lalu dia balik badan setelah respon anggukan dari Agler.

Owai cukup sadar diri dengan kemampuannya dalam fashion tidak bagus. Perkara ditolak Agler begitu, tidak jadi masalah untuknya. Daripada hubungan menjadi buruk karena salah padu-padan gaya.

Owai pun belum begitu akrab dengan selera Agler. Apalagi yang Owai ingat, Agler yang kata Abdus dalam rangka kerja saat mereka ke All Park waktu itu memakai baju kaos hitam polos berlengan panjang dan celana cino berwarna abu-abu. Rasanya vibe Agler lebih ke santai daripada bekerja.

Ditambah dua hari belakangan yang mereka terus di rumah saja, Agler selalu mengenakan piyama. Owai sempat bertanya-tanya dalam hati, sebanyak apa setelan pakaian yang harusnya dibawa tidur itu dimiliki sang suami.

Asalkan selesai mandi, Agler berganti dari piyama satu ke piyama lain. Dari lengan pendek hingga panjang dan warnanya pun berganti-ganti. Pesona visual membuat apapun yang dikenakan selalu tampak menawan.

Owai rasa, jika bukan dia yang dinikahi Agler karena perjodohan kilat pastilah perempuan yang menjadi istri lelaki sesempurna itu juga akan bervisual bak dewi. Sedangkan yang Owai tidak ketahui, adalah Agler diam-diam terpukau saat melihat istrinya tertawa ke arah Amanda dan Abdus ketika sarapan tadi pagi.

***

"Yang ini terbaik, Ibunda. Suga ganteng sekali di sini. Auranya kelewatan." Owai berkata sambil tertawa, riang terdengar.

Amanda yang energik pun tidak kalah senang berkata, "Lihat Jung Kook dan Jin yang ini. Sangat keren, si kembar beda lima tahun."

Kalimat-kalimat saling bersahutan dari Owa dan Amanda terus disimak oleh telinga Agler. Dia sedang menuruni tangga dari ruang kerja menuju ruang keluarga. Dari kejauhan, telinganya bisa menangkap suara Owai dan Amanda dari arah sofa santai.

Sayangnya sesampai Agler di dekat dua perempuan tersebut dan bahkan dia berdiri beberapa menit memperhatikan mereka, tidak ada yang menyadari kehadirannya. Agler memaku tatapannya kepada Owa. Sedangkan yang ditatap tetap asyik menikmati isi buku yang merupakan album foto tujuh member BTS yang digenggamnya.

Semenjak ke luar tadi pagi, Agler belum bertemu lagi dengan Owa. Pas pula saat dia pulang dari rumah sakit, istrinya baru pergi dengan sang ibunda.

Penasaran Agler melirik arah fokus mata Owai. Dalam hati bertanya, 'Aku kurang apa?'

Owai dan Amanda memang terlibat obrolan tapi mata mereka tetap ke lembar demi lembar merch yang baru didapatkan tersebut.

"Assalamualaikum," ucap Abdus dari arah pintu masuk rumah. Sembari menjawab salam yang ternyata terdengar serentak, barulah Agler lega atas atensi Owai dan Amanda kembali ke dunia yang sama dengannya. 

Detik berikutnya, Agler tersadar akan perasaan terusik yang sempat dirasanya.

Muncul begitu saja dan dia tidak menyangka dirinya merasakan hal itu juga, seperti curhat teman-temannya yang dulu pernah dia tampung.

'Cemburu?' batinnya, bingung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status