Share

8. Jangan Kabur Dariku!

Melissa memang mengatakan tidak masalah untuk pulang sendiri, meski tak tahu di mana alamat rumah Darren berada, tapi dengan black card yang diberikan padanya, itu tidak menjadi masalah besar karena Melissa bisa dengan mudah menginap di hotel bintang lima di kota ini.

Masalah kenapa tentang dia tidak pulang ke rumah setelah diturunkan Darren di pinggir jalan, dia akan menjelaskan dengan tenang dan mengatakan bahwa Melissa tidak hapal alamat rumah mereka.

Melissa mulai bersiap, sementara mobil Darren sudah berhenti di pinggir jalan, pikirannya sibuk mengingat-ingat nama hotel yang ada di novel ini agar bisa dia gunakan untuk bermalam.

Dia sampai lupa tidak menanyakan keadaan Rania.

"Kamu sungguh tidak apa-apa?"

Darren, anehnya bertanya sekali lagi.

Melissa menatap pria itu dengan bingung, dia yang berinisiatif menurunkan di pinggir jalan dan dia yang ragu sendiri? Benar-benar pria aneh!

"No problem."

Melissa menjawab sambil mengulas senyum terbaiknya.

Dia benar-benar tak masalah, justru sudah tak sabar merasakan bagaimana pengalaman menginap di hotel berbintang, yang selama ini hanya bisa dia saksikan di sekitar gadis itu tanpa pernah mampu mencicipinya.

Tiba-tiba Darren melepaskan jas yang dia pakai.

"Pakai ini juga agar kamu tidak kedinginan, kamu tidak tahan dingin dan sekarang sedang hujan, Alice."

Penuh perhatian, Darren menyampirkan jas yang tadi dia lepaskan di pundak Melissa, gara-gara tindakannya ini Melissa sempat berpikir kalau dia sebenarnya pria yang penuh perhatian, tapi tentu saja segera dia tepis pikiran menggelikan tersebut.

Darren mungkin hanya bertindak sebagai suami yang baik, tapi tentang dia yang menaruh perhatian pada Melissa, itu adalah hal paling mustahil di dunia ini!

Bukankah dalam novel disebut dengan jelas kalau pria ini sangat membenci Alice sampai-sampai dengan tanpa hati menendang wanita itu keluar begitu kontrak mereka habis?

Hah. Melissa menertawakan dirinya sendiri yang hampir terbawa perasaan akan sikap Darren beberapa waktu lalu itu.

"Terima kasih, Darren. Sampai bertemu kembali di rumah," ucap Melissa, seraya membuka pintu mobil dan keluar dari sana, meninggalkan Darren di belakang kemudi yang menatap dirinya dengan ekspresi rumit.

"Kamu sungguh tidak apa-apa aku turunkan di pinggir jalan seperti ini, Alice?"

Pertanyaan yang dia lontarkan dengan wajah bersalah tersebut dijawab Melissa dengan senyuman disertai gelengan ringan.

"Hey, memangnya di mana letak salahnya? Ini cara paling efektif agar kamu bisa segera sampai di rumah sakit, Suamiku," jawab Melissa dengan tenang.

Bukankah Rania saat ini membutuhkan dirinya? Cepat pergi sana dan biarkan dia menikmati kemewahan menginap di hotel bintang lima.

Batin Melissa melanjutkan.

Darren tampak tercenung sebentar mendengar jawaban ringan dari Melissa tersebut, mungki mengira bahwa sang istri tengah menyindir dirinya karena lebih memikirkan pacar daripada istri sah,

tapi dia memilih tidak mengatakan apa pun.

"Sudah, pergi sana," ucap Melissa pada Darren yang belum juga menjalankan mobilnya padahal Melissa kini sudah berdiri di pinggir jalan dengan aman.

"Sampai bertemu di rumah, Istriku. Hati-hati," pesannya.

Melissa menganggukkan kepala seraya membuka payung besar pemberian suaminya tersebut dan berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat, sementara mobil mewah milik Darren mulai berjalan menjauh.

Melissa memandang mobil hitam yang dikendarai oleh Darren tersebut sambil mulai berjalan pelan, menunggu taksi sekaligus berpikir ke hotel mana malam ini dia akan menginap.

Dia sudah tak sabar untuk ber istirahat dengan tenang malam ini, tiba-tiba merasa sangat antusias karena sama sekali tak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini, di mana untuk pertama kalinya, dia bisa sendirian tanpa diganggu oleh siapa pun.

Melissa tersenyum sendiri, terus berjalan dengan semangat saat dia membayangkan kemewahan yang akan dia dapat malam ini.

Dia mana memilih hotel paling baik dan mahal untuk memanjakan diri, Darren tidak akan marah jika pundi-pundi uangnya tersebut berkurang sedikit karena dia gunakan untuk menyewa kamar hotel, bukan?

Di bawah guyuran hujan, Melissa terus berjalan dan berbicara sendiri dalam hati.

Apakah dia perlu sedikit minum anggur malam ini? Ah, bukankah itu ide bagus? Hotel mewah dan segelas anggur, perpaduan yang hebat dan sempurna!

Dua hal yang tak akan bisa dia lakukan, saat menjadi Melissa, akan dia realisasikan malam ini.

Langkah semakin cepat saat memikirkan hal menyenangkan seperti di atas, hidup di sini ternyata tidaklah seburuk yang dia duga.

Melissa akan menikmati semuanya, sebelum terbangun dan kembali ke tubuh aslinya dan bekerja sebagai office girl lagi.

Melissa sudah mempunyai tujuan di hotel mana dia menginap.

Dalam novel disebut bahwa ada satu hotel yang sangat terkenal di kota ini, hotel itu merupakan jenis hotel bintang lima bernama Zeus.

Fasilitasnya luar biasa dan pasti sangat mewah.

Melissa membuka tas untuk mengambil ponsel, mencari tahu apakah ingatan tentang nama hotel tersebut tidak salah sehingga saat menyebut alamatnya nanti, dia tidak akan tersesat, baru saja jemari mengetik nama hotel tersebut dan menekan tombol pencarian, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di samping tempat Melissa yang sedang berdiri.

Gerakan tangan Melissa spontan terhenti di atas layar karena menatap sosok yang baru keluar dari mobil tersebut.

Seseorang yang keluar dari dalam mobil dengan memakai kemeja putih tersebut tampak tergesa-gesa dan berjalan mendatangi dirinya dengan langkah cepat.

Belum sempat Melissa bereaksi dengan kedatangannya yang tiba-tiba, pria itu sudah merebut ponsel dari tangan Melissa.

Wajahnya terlihat sangat terganggu dengan kening berkerut dalam.

"Hendak menghubungi siapa, Istriku?" tanyanya dengan nada tajam, menahan amarah.

"K-kamu ... kenapa kembali ke sini, Ren?" tanya Melissa dengan ekspresi bingung menatap suaminya yang kini berdiri di depan Melissa.

Tubuh suaminya tersebut saat ini sedikit basah karena air hujan, karena itu relfeks Melissa pun memayungi dirinya.

"Apakah ada sesuatu yang ketinggalan sampai kau kembali ke sini, Suamiku?"

Darren tak segera menjawab, malah mengantongi ponsel milik Melissa di saku celananya.

"Rumahku bukan ke arah sini, kenapa kamu berjalan ke arah sini, Sayang? Apakah kamu berencana melarikan diri?"

Dia menatap tajam padaku dengan kening yang terus berkerut dan bibir sedikit cemberut.

"Eh, itu ... itu ...."

Bagaimana menjelaskan padanya kalau Melissa asal berjalan saja tadi? Dia bahkan tak tahu di mana arah rumah Darren!

"Kamu hendak menelepon siapa tadi? Mau mencari bantuan pada siapa, Alice? Apakah itu Bastian?" tanyanya penuh selidik.

"Bastian?"

Melissa benar-benar tak mengerti kenapa nama Bastian dibawa-bawa dalam masalah ini sementara Melissa sama sekali tidak mengenal adik iparnya itu.

"Tidak, aku tak sedang menelepon siapa pun, Ren. Dan kenapa dengan Bastian?"

"Aku tidak percaya, ponselmu aku sita dulu untuk membuktikannya," tukas Darren dengan gelengan tajam.

"Baiklah. Lalu kenapa kamu kembali?" tanya Melissa dengan keheranan.

Sedikit kasar, Darren malah meraih pergelangan tangan Melissa dan menyeretnya tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya tersebut.

"Ikut aku!"

Pasrah, Melissa menuruti dirinya yang membawa Melissa kembali ke mobil dan segera masuk ke sana saat dia membukakan pintu tanpa banyak bicara, meski tak mengerti kenapa dia berpikir bahwa Melissa akan melarikan diri.

Darren menutup payung yang dibawanya dan melempar payung tersebut ke kursi belakang sebelum kemudian mengemudikan mobilnya dengan cepat, kemeja putih yang dipakainya sedikit basah oleh air hujan, tapi sepertinya Darren sedang fokus dengan hal lain sampai tak memikirkan hal itu.

Apakah mood-nya kacau karena Melissa telah menunda kepergiannya menemui Rania?

Melissa melirik takut-takut kepada Darren yang kini mengemudi mobilnya.

Suasana terasa canggung, entah kenapa Melissa merasa telah mengganggu pertemuan antara suami dan pacarnya tersebut.

Dia ingin meminta maaf, tapi ... bagaimana memulai pembicaraan?

Wajah Darren menatap lurus ke depan dengan kedua tangan menggenggam erat kemudi, Melissa yang benar-benar tak tahu kenapa dia berubah seperti ini, hanya diam dan ikut menatap ke depan sambil mengeratkan jas Darren yang membungkus tubuhnya.

Mobil mereka meluncur mulus di jalanan yang basah, hujan mulai reda hanya tinggal rintik kecil sehingga suasana di depan terlihat mulai cerah dengan lampu-lampu jalanan yang berkelap-kelip indah.

Melissa melirik Darren sekali lagi, tapi pria itu tak ada tanda-tanda akan berbicara.

Haruskah dia bertanya apa alasan suaminya tersebut kembali alih-alih segera menemui Rania? Bukankah dia sedang mengalami suatu yang gawat darurat di rumah sakit?

Melissa teringat black card di tasnya, merasa kecewa karena tidak jadi membelanjakan uang suaminya tersebut.

Padahal dia ingin bersenang-senang sedikit sebagai istri orang kaya.

Sudahlah.

"Alice."

Panggilan Darren membuat Melissa tersadar dari lamunan, menoleh ke arah pria yang pandangannya lurus ke depan dengan ekspresi kusut tersebut.

Entah kenapa, dia dari tadi seperti sedang memendam kemarahan, hal itu membuat Melissa sedikit bersungut-sungut dalam hati.

Kalau dia marah dan terganggu karena menjemput Melissa, kenapa dia kembali?

Pria yang aneh.

"Ada apa, Ren?"

Melissa memberanikan diri bertanya karena suaminya tak kunjung angkat bicara.

Darren melirik sekilas ke arah Melissa, lalu menarik napas panjang.

"Kamu tadi mau ke mana, Istriku?"

Nada tajam dan curiga memenuhi suara Darren, entah kenapa tiba-tiba Melissa menjadi gugup.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
klo udh pnya istri jga prsaan istri wlpon cuma kontrak ntk stlh abiss kontrak nya trserah dech mau ama siapa aja , pnya harga diri donk sbg laki2 jgn jdi brengsek pki nurunkan istri di jalanan dlm keadaan hujan gk mikir akibatnya apa , begok bgt jdi lakai
goodnovel comment avatar
Sugi Tono
aneh sekali karakternya .....jadi ingin baca lanjut
goodnovel comment avatar
Ara Ara
menarik ceritanya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status