Share

7. Pacar Suamiku

Gurat di wajahnya berubah tegang ketika mendengar entah kabar apa yang diucapkan oleh ibunya di telepon.

"Baik, Mom. Aku akan segera ke sana sekarang juga untuk melihat keadaan kakek."

Setelah mengatakan hal itu, Darren menutup telepon, menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan gelisah.

Malam ini, untuk pertama kali semenjak pernikahan mereka, Darren mengajak Melissa keluar dari rumah besar yang dia tinggali selama hampir seminggu ini.

Sebenarnya ini bukanlah inisiatif dari Darren pribadi, kabarnya makan malam ini diadakan oleh orang tua Darren yang konglomerat tersebut, sebagai perayaan pernikahan putra tertua mereka, Darren.

Melisa sudah didandani dengan sangat cantik oleh seorang stylish yang dipanggil Darren ke rumah, Melissa sendiri sampai pangling melihat penampilan barunya di kaca.

Menggunakan gaun malam berwarna merah muda, dia kelihatan Fresh dan segar, rambut cokelatnya di sanggul ke atas sehingga menunjukkan leher putihnya yang jenjang.

Darren tampak acuh tak acuh melihat penampilan Melissa yang memukau tersebut, satu pujian pun tak keluar dari mulutnya padahal semua orang memuji betapa cantiknya Melissa saat ini.

"Jangan merepotkan saat di sana nanti, cukup diam dan nikmati makanan."

Pesan dari suaminya tersebut dijawab Melissa dengan anggukan patuh.

Melissa sebenarnya heran dengan sikap Darren yang berubah-ubah ini, saat mereka bercinta, Darren sangat hangat dan seperti hanya ada Melissa di matanya.

Pria itu bahkan tak cukup keluar satu kali setiap mereka bercinta, dia seperti orang yang tak pernah puas untuk memasukkan barangnya tersebut ke dalam Melissa lagi dan lagi.

Namun, di saat biasa seperti ini, dia bersikap dingin, hal itu membuat Melissa bingung, tapi juga maklum karena ini hanyalah sebuah pernikahan sandiwara.

Mereka tidak harus mencintai satu sama lain, Melissa cukup melakukan tugasnya untuk melayani Darren dan menghasilkan anak untuknya, lalu bercerai dan mendapatkan tunjangan pernikahan yang sangat banyak dari pria konglomerat ini.

Melissa merasa nyaman dengan semua ini, dia bahkan lupa tujuan pertamanya untuk melarikan diri dan kembali ke dunia aslinya, di sini dia bisa hidup dengan santai, jadi pernikahan sandiwara bukanlah sebuah masalah untuknya.

Makan malam keluarga konglomerat di sebuah restoran mewah yang terletak di lantai 38 gedung tinggi dipusat ibu kota tersebut berjalan lancar.

Hal-hal yang baru diketahui Melissa, yang tak ada dalam novel, ternyata Darren tiga bersaudara. Dia mempunyai seorang adik laki-laki tampan yang berprofesi sebagai aktor dan adik perempuan yang masih SMA.

Setahu Melissa, di dalam novel, Darren adalah anak tunggal.

Orang tua Darren tidak banyak bicara, mereka hanya terlihat cukup puas karena putra tertua akhirnya menikah dan terbebas dari Skandal dan Gosip yang mengatakan bahwa CEO JD group tersebut adalah seorang gay.

"Tolong rawat Darren dengan baik, menantuku. Dan kalau bisa, semoga kalian segera dikaruniai seorang anak," ucap ibu Darren sebelum mereka berpisah.

"Kami akan mengusahakannya sebaik mungkin, Mom. Jangan khawatir."

Daren menjawab dengan santai, menyampirkan tangannya di pundak istrinya tersebut.

Sang ibu ingin cepat-cepat mendengar kabar kehamilan menantunya tersebut, karena gosip bahwa Darren seorang gay akan terus berdengung selama dia belum membuktikan dengan menghasilkan seorang anak.

Pipi Melissa terasa memanas, mengingat bagaimana malam-malam panas yang mereka lalui beberapa hari ini gara-gara topik yang sekarang sedang mereka bicarakan.

Dia menunduk dan tersenyum malu-malu.

"Melihat kakak ipar yang malu-malu, sepertinya memang kalian berdua menjalani kehidupan pernikahan dengan sangat baik," celetuk Bastian, adik Darren.

Melissa tersenyum mendengar celetukan dari Bastian tersebut, tapi anehnya Darren malah menatap adiknya dengan tak suka.

"Berhenti terus menyindir kami, Bas."

Kening Melissa berkerut mendengar ucapan Darren tersebut, memangnya di bagian mana Bastian menyindir mereka. Bukankah itu pujian?

Bastian hanya mengendikkan bahunya acuh tak acuh.

Apakah hubungan antara adik dan kakak ini tidak baik?

Melissa membatin dalam hati.

"Jangan dekat-dekat dengan Bastian dan jangan pernah mengizinkan dirinya masuk ke rumah saat aku tidak ada," ultimatum Darren, begitu dia dan Melissa di dalam mobil.

"Kenapa?"

Pertanyaan dari Melissa tersebut tidak dijawab oleh Darren, dia justru menatap Melissa dengan keheranan.

"Apakah kamu lupa siapa dia?"

Darren bertanya dengan nada tajam, ada sedikit kemarahan dalam suaranya.

"Siapa dia?"

Melissa justru bertanya dengan kebingungan, tak ada petunjuk apa pun mengenai siapa Bastian karena di novel tak ada tokoh bernama Bastian.

Darren tertawa sumbang mendengar pertanyaan dari Melissa tersebut, lalu melirik tajam ke arah Melissa.

"Jangan pura-pura lupa untuk menyenangkan diriku. Sebelum menikah denganku, bukankah kabarnya kalian saling menyukai?"

"Hah?"

Melissa hanya bisa melongo mendengar itu, Alice dan adik Bastian saling menyukai?

Sungguh di luar dugaan!

Inikah alasan kenapa saat makan malam keluarga tadi, Bastian terus menatap ke arah dirinya.

Hawa di dalam mobil terasa membeku karena kecanggungan di antara mereka, Melissa pun tak bisa menjawab ucapan Darren tersebut dan menenangkan dirinya.

Tepat pada saat itu, Darren mendapatkan sebuah panggilan telepon.

"Rania? Maaf aku sedang sibuk sekarang. Apa?! Kamu masuk rumah sakit?!"

Seketika, Darren menghentikan mobilnya.

Mendengar nama Rania, Melissa langsung tahu bahwa itu adalah nama pacar Darren.

Sudut hatinya sedikit berdenyut sakit, tapi detik berikutnya dia baik-baik saja.

Dalam novel, Rania inilah yang menggantikan posisi Alice, setelah wanita itu melahirkan anak untuk Darren.

Wanita tersebut mengambil semuanya dari Alice, mengambil suami dan anaknya.

Melissa langsung tahu bahwa dia harus berhati-hati jika menyangkut tentang Rania, dia tidak ingin kehidupan tenangnya terganggu.

Jika di novel, Alice akan marah besar tiap kali Darren membicarakan Rania, atau apa pun yang menyangkut selingkuhannya tersebut, tapi kali ini Melissa berjanji akan bersikap berbeda.

Dia tidak ingin hati Darren, dia mengincar tunjangan perceraian mereka. Semakin dia menjalani peran ini dengan baik, maka tunjangan perceraian yang dia terima akan semakin besar.

"Maafkan aku, Alice. Sesuatu terjadi pada Rania. Apakah tak apa-apa jika kamu kuturunkan di sini?"

Darren bertanya kepada isterinya tersebut, menawarkan dirinya untuk turun di pinggir jalan sementara dia menemui pacarnya.

Kalau itu istri sah lain, mungkin mereka akan mengamuk dan marah besar.

Namun, Melissa mengangguk dengan santai.

"Tidak apa-apa."

Darren tampak sedikit menyesal, tapi dia juga sedang panik karena memikirkan Rania yang katanya berada di rumah sakit.

"Ini, gunakan sebagai ongkos taksi dan pulanglah lebih dulu ke rumah kita, aku harus ke rumah sakit lebih dulu untuk melihat kondisi Rania. tidak apa-apa, 'kan?"

Darren buru-buru menyerahkan salah satu black card-nya kepada Melissa.

Melissa menerima black card tersebut tanpa banyak bicara, Darren membuka pintu mobil dan tergesa membuka ke bagasi, mengambil sebuah payung besar dan menyerahkannya pada Melissa karena di luar sedang hujan gerimis.

"Pakailah ini supaya tidak kehujanan, Alice. Kamu bisa pulang sendiri, bukan? Aku minta maaf, tapi ini benar-benar keadaan darurat," ucapnya dengan raut penuh penyesalan.

"Baik, Ren. Tidak masalah untukku," jawab Melissa dengan santai, lalu mengambil tas untuk memasukkan black card pemberian Darren.

Dia sama sekali tak merasa sakit hati melihat sang suami lebih memilih pacar daripada istri sah nya sendiri.

Bukankah ini hanyalah pernikahan sandiwara?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status