Share

6. Jangan Menggodaku!

"Mau lagi?"

Darren bertanya, mengawasi reaksi Melissa untuk melihat apakah istrinya tersebut masih berpura-pura atau tidak.

Melissa yang sebenarnya masih ingin menghabiskan semua hidangan di meja, menggeleng untuk menjaga image Alice.

Sebanyak ingatan yang dia punya tentang Alice—gadis itu terlalu banyak membaca novel online, jadi kadang karakter yang satu tertukar dengan lainnya karena banyaknya tema yang mirip—seingat Melissa, Alice adalah gadis yang sangat menjaga bentuk tubuhnya.

Dan memang, hal itu bisa dilihat langsung dari bentuk tubuh Melissa saat ini, pinggang yang ramping dengan pinggul padat yang menggoda dan buah dada yang menyembul indah.

Benar-benar sosok yang sempurna.

Darren tampak sedikit kecewa karena Melissa menolak untuk disuapi olehnya, tapi pria itu tentu saja tak menunjukkan kekecewaan.

Rasa kecewa menandakan bahwa dia mulai terikat dengan perempuan itu, dan Darren benar-benar tak ingin Melissa tahu bagaimana isi hatinya.

Namun, Darren tak kehilangan akal, dia mengambil makanan penutup yang baru saja dihidangkan oleh salah satu kokinya.

Makanan penutup itu adalah segelas es krim rasa coklat dan vanilla yang terlihat sangat enak, berada di sebuah gelas bundar besar yang menyerupai mangkok.

"Kamu mau makan es krim, Istriku Sayang?"

Darren menawarkan makanan penutup tersebut, biasanya Alice sangat anti makan makanan yang membuat berat badannya cepat naik.

Darren sudah was was kalau istrinya itu menolak lagi tawaran darinya.

Namun, kali ini berbeda, Alice sang istri, yang tubuhnya dihuni oleh Melissa, mengangguk dengan semangat.

Sorot matanya bahkan berbinar-binar cerah.

"Mau, Ren."

Es krim adalah makanan favorit Melissa, apalagi ini rasa cokelat dan vanilla, benar-benar tidak boleh dilewatkan!

Darren sedikit kaget dengan perubahan tak biasa dari istrinya tersebut, tapi anehnya sama sekali tak membenci hal itu.

"Baiklah. Aku akan menyuapkannya untukmu," jawab pria itu dengan ekspresi puas.

Darren mulai mengambil sendok dan menyendok es krim tersebut, Melissa menunggu dengan tak sabar untuk merasakan makanan favoritnya tersebut.

"Buka mulutmu."

Tanpa menunggu lama, Melissa langsung membuka mulutnya, tapi bukan es krim di sendok Darren yang masuk ke mulutnya melainkan ....

Darren tertawa kecil, terlihat puas dengan senyum licik melihat Melissa yang terkejut luar biasa.

Darren memang menyendok ek krim tersebut dengan sendok yang dia pegang, tapi pria itu tidak langsung menyuapkannya pada Melissa, melainkan memasukkan es krim tersebut ke mulutnya sendiri baru kemudia menyuapi Melissa dengan mulutnya.

Darren kembali menempelkan bibirnya ke bibir Melissa.

Rasa manis dan dingin es krim bersatu di antara bibir kedua orang tersebut, Darren terus mendesakkan es krim di mulutnya ke mulut Melissa sampai dia menelan semuanya.

Setetes es krim warna cokelat yang meleleh menetes dari ujung bibir, melihat pemandangan itu, Darren tertawa.

Tubuhnya terlihat rileks dan santai.

"Tanganku lelah, jadi mulai saat ini aku akan menyuapimu dengan mulut, Istriku."

Ucapan ringannya tersebut hanya direspons Melissa dengan mata membelalak lebar.

Melissa hanya bisa pasrah saat Darren kembali melakukan hal tersebut.

Namun, pada sendok ketiga, Darren tiba-tiba menghentikan gerakannya.

Dia menurunkan Melissa dari pangkuan, dan memberi perintah.

"Ikut aku!"

"K-ke mana?"

Darren tampak tak sabar, lalu menarik tangan Melissa keluar dari ruang makan yang besar itu, menuju kamar mereka.

Darren mengunci rapat pintu kamarnya dan mendorong Melissa ke atas tempat tidur.

"Aku sudah tak tahan lagi, kita lakukan sekarang!"

"A-apa?"

Melissa yang sangat kaget dengan perubahan Darren, tak sanggup merespons apa pun perkataannya.

"Kya!"

Gadis itu memekik kecil saat Darren dengan gerakan kasar merobek kausnya.

Tenaga pria itu benar-benar luar biasa, dia naik ke atas tubuh Melissa, bertumpu dengan lututnya dan mulai merobek bra Melissa.

"Aku akan mencabik-cabikmu sampai habis, Alice!"

Setelah mengatakan hal itu, Darren menghisap kuat-kuat salah satu buah dada Melissa.

"D-Darren!"

Kaki Melissa menendang-nendang sprei, menjambak rambut pria yang menjadi suaminya tersebut untuk menyalurkan rasa sakit di buah dadanya yang tadi Dihisap dengan kuat oleh Darren.

"L-lakukan dengan lembut," rintih Melissa, lehernya sudah menjadi sasaran cupang dari Darren yang menggila.

"Salahmu yang terus menggodaku, Sayang."

Melissa tak sanggup menjawab ucapan Darrenk tersebut karena bibirnya kini menjadi sasaran pria itu, dia melahap bibir Melisa seperti binatang kelaparan.

"Aku sudah dua hari tak bertemu kamu, jadi, sekarang, malam ini, tebus dua hariku itu."

Melissa bergidik sendiri, membayangkan ini akan menjadi malam yang sangat panjang dan mungkin dia akan berakhir dengan pingsan lagi.

Darren ingin terus menyiksa dan menyentuhnya. Seolah-olah perempuan itu mendorong ke dalam dirinya, dia memindahkan pinggulnya ke atas, membuat Melissa jadi di atas perut Darren.

"Tidak ...."

Melissa membelalakkan matanya lebar-lebar saat benda keras milik Darren masuk ke dalam lubang miliknya.

Dalam posisi seperti ini, benda itu terasa masuk lebih dalam, dia menggigit bibirnya kuat-kuat saat merasakan milik Darren tersebut seperti mengaduk-aduk tubuh bagian bawahnya.

Melissa mengerang kecil teredam sambil terengah-engah. Dia mengerutkan alisnya dan memegangi dada Darren, mencoba mencari keseimbangan saat Darren mulai menggerakkannya pinggulnya ke atas dan ke bawah.

Sambil memegangi pinggangnya, Darren menarik keluar miliknya yang besar dan berotot itu, lalu perlahan-lahan memasukkan anggota itu ke pintu masuk Melissa yang bengkak, licin, dan sensitif.

Darren kembali perlahan-lahan masuk dan meluncur keluar dengan cepat, lalu memukulnya kembali. Setiap kali dia masuk dan keluar, bagian dalam Melissa menumpahkan cairan basah yang licin, membuat Darren semakin bersemangat memompa benda itu semakin masuk ke dalam.

Darren menikmati pemandangan di atasnya, di mana Melissa yang memejamkan mata seperti menahan sakit saat inti tubuhnya masuk sangat dalam ke dalam tubuh istrinya tersebut.

Darren juga menikmati melihat buah dada sang istri yang terpantul-pantul indah saat Melissa yang sepertinya mulai terangsang, menggerakkan pinggulnya untuk memasuk dan mengeluarkan barang milik Darren.

Akhirnya Darren merasa hendak mencapai puncak, dia segera memegang erat pinggang Melissa dan mengeluarkannya di dalam.

Namun, dia sama sekali tidak puas.

Darren ingin mencicipinya lagi dan lagi, tetapi tidak peduli apa yang dia lakukan, kehausannya terus bertambah tanpa akhir.

"Aku pasti sudah gila, kenapa aku tak bisa berhenti?"

Darren memeluk Melissa yang lemas, sepertinya istrinya tersebut sudah keluar lebih dulu, Darren menempelkan hidung ke leher Melissa dan menikmati aroma buah segar menguar dari sana.

Tubuh wanita di pelukannya ini adalah obat yang mematikan. Tidak, bahkan obat tidak bisa terasa semanis ini.

Darren kembali memeluk tubuhnya erat-erat sambil berpikir bahwa dia benar-benar sudah gila dan tak akan bisa lepas dari perempuan ini dalam jangka waktu dekat.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status