"Mau lagi?"
Darren bertanya, mengawasi reaksi Melissa untuk melihat apakah istrinya tersebut masih berpura-pura atau tidak.Melissa yang sebenarnya masih ingin menghabiskan semua hidangan di meja, menggeleng untuk menjaga image Alice.Sebanyak ingatan yang dia punya tentang Alice—gadis itu terlalu banyak membaca novel online, jadi kadang karakter yang satu tertukar dengan lainnya karena banyaknya tema yang mirip—seingat Melissa, Alice adalah gadis yang sangat menjaga bentuk tubuhnya.Dan memang, hal itu bisa dilihat langsung dari bentuk tubuh Melissa saat ini, pinggang yang ramping dengan pinggul padat yang menggoda dan buah dada yang menyembul indah.Benar-benar sosok yang sempurna.Darren tampak sedikit kecewa karena Melissa menolak untuk disuapi olehnya, tapi pria itu tentu saja tak menunjukkan kekecewaan.Rasa kecewa menandakan bahwa dia mulai terikat dengan perempuan itu, dan Darren benar-benar tak ingin Melissa tahu bagaimana isi hatinya.Namun, Darren tak kehilangan akal, dia mengambil makanan penutup yang baru saja dihidangkan oleh salah satu kokinya.Makanan penutup itu adalah segelas es krim rasa coklat dan vanilla yang terlihat sangat enak, berada di sebuah gelas bundar besar yang menyerupai mangkok."Kamu mau makan es krim, Istriku Sayang?"Darren menawarkan makanan penutup tersebut, biasanya Alice sangat anti makan makanan yang membuat berat badannya cepat naik.Darren sudah was was kalau istrinya itu menolak lagi tawaran darinya.Namun, kali ini berbeda, Alice sang istri, yang tubuhnya dihuni oleh Melissa, mengangguk dengan semangat.Sorot matanya bahkan berbinar-binar cerah."Mau, Ren."Es krim adalah makanan favorit Melissa, apalagi ini rasa cokelat dan vanilla, benar-benar tidak boleh dilewatkan!Darren sedikit kaget dengan perubahan tak biasa dari istrinya tersebut, tapi anehnya sama sekali tak membenci hal itu."Baiklah. Aku akan menyuapkannya untukmu," jawab pria itu dengan ekspresi puas.Darren mulai mengambil sendok dan menyendok es krim tersebut, Melissa menunggu dengan tak sabar untuk merasakan makanan favoritnya tersebut."Buka mulutmu."Tanpa menunggu lama, Melissa langsung membuka mulutnya, tapi bukan es krim di sendok Darren yang masuk ke mulutnya melainkan ....Darren tertawa kecil, terlihat puas dengan senyum licik melihat Melissa yang terkejut luar biasa.Darren memang menyendok ek krim tersebut dengan sendok yang dia pegang, tapi pria itu tidak langsung menyuapkannya pada Melissa, melainkan memasukkan es krim tersebut ke mulutnya sendiri baru kemudia menyuapi Melissa dengan mulutnya.Darren kembali menempelkan bibirnya ke bibir Melissa.Rasa manis dan dingin es krim bersatu di antara bibir kedua orang tersebut, Darren terus mendesakkan es krim di mulutnya ke mulut Melissa sampai dia menelan semuanya.Setetes es krim warna cokelat yang meleleh menetes dari ujung bibir, melihat pemandangan itu, Darren tertawa.Tubuhnya terlihat rileks dan santai."Tanganku lelah, jadi mulai saat ini aku akan menyuapimu dengan mulut, Istriku."Ucapan ringannya tersebut hanya direspons Melissa dengan mata membelalak lebar.Melissa hanya bisa pasrah saat Darren kembali melakukan hal tersebut.Namun, pada sendok ketiga, Darren tiba-tiba menghentikan gerakannya.Dia menurunkan Melissa dari pangkuan, dan memberi perintah."Ikut aku!""K-ke mana?"Darren tampak tak sabar, lalu menarik tangan Melissa keluar dari ruang makan yang besar itu, menuju kamar mereka.Darren mengunci rapat pintu kamarnya dan mendorong Melissa ke atas tempat tidur."Aku sudah tak tahan lagi, kita lakukan sekarang!""A-apa?"Melissa yang sangat kaget dengan perubahan Darren, tak sanggup merespons apa pun perkataannya."Kya!"Gadis itu memekik kecil saat Darren dengan gerakan kasar merobek kausnya.Tenaga pria itu benar-benar luar biasa, dia naik ke atas tubuh Melissa, bertumpu dengan lututnya dan mulai merobek bra Melissa."Aku akan mencabik-cabikmu sampai habis, Alice!"Setelah mengatakan hal itu, Darren menghisap kuat-kuat salah satu buah dada Melissa."D-Darren!"Kaki Melissa menendang-nendang sprei, menjambak rambut pria yang menjadi suaminya tersebut untuk menyalurkan rasa sakit di buah dadanya yang tadi Dihisap dengan kuat oleh Darren."L-lakukan dengan lembut," rintih Melissa, lehernya sudah menjadi sasaran cupang dari Darren yang menggila."Salahmu yang terus menggodaku, Sayang."Melissa tak sanggup menjawab ucapan Darrenk tersebut karena bibirnya kini menjadi sasaran pria itu, dia melahap bibir Melisa seperti binatang kelaparan."Aku sudah dua hari tak bertemu kamu, jadi, sekarang, malam ini, tebus dua hariku itu."Melissa bergidik sendiri, membayangkan ini akan menjadi malam yang sangat panjang dan mungkin dia akan berakhir dengan pingsan lagi.Darren ingin terus menyiksa dan menyentuhnya. Seolah-olah perempuan itu mendorong ke dalam dirinya, dia memindahkan pinggulnya ke atas, membuat Melissa jadi di atas perut Darren."Tidak ...."Melissa membelalakkan matanya lebar-lebar saat benda keras milik Darren masuk ke dalam lubang miliknya.Dalam posisi seperti ini, benda itu terasa masuk lebih dalam, dia menggigit bibirnya kuat-kuat saat merasakan milik Darren tersebut seperti mengaduk-aduk tubuh bagian bawahnya.Melissa mengerang kecil teredam sambil terengah-engah. Dia mengerutkan alisnya dan memegangi dada Darren, mencoba mencari keseimbangan saat Darren mulai menggerakkannya pinggulnya ke atas dan ke bawah.Sambil memegangi pinggangnya, Darren menarik keluar miliknya yang besar dan berotot itu, lalu perlahan-lahan memasukkan anggota itu ke pintu masuk Melissa yang bengkak, licin, dan sensitif.Darren kembali perlahan-lahan masuk dan meluncur keluar dengan cepat, lalu memukulnya kembali. Setiap kali dia masuk dan keluar, bagian dalam Melissa menumpahkan cairan basah yang licin, membuat Darren semakin bersemangat memompa benda itu semakin masuk ke dalam.Darren menikmati pemandangan di atasnya, di mana Melissa yang memejamkan mata seperti menahan sakit saat inti tubuhnya masuk sangat dalam ke dalam tubuh istrinya tersebut.Darren juga menikmati melihat buah dada sang istri yang terpantul-pantul indah saat Melissa yang sepertinya mulai terangsang, menggerakkan pinggulnya untuk memasuk dan mengeluarkan barang milik Darren.Akhirnya Darren merasa hendak mencapai puncak, dia segera memegang erat pinggang Melissa dan mengeluarkannya di dalam.Namun, dia sama sekali tidak puas.Darren ingin mencicipinya lagi dan lagi, tetapi tidak peduli apa yang dia lakukan, kehausannya terus bertambah tanpa akhir."Aku pasti sudah gila, kenapa aku tak bisa berhenti?"Darren memeluk Melissa yang lemas, sepertinya istrinya tersebut sudah keluar lebih dulu, Darren menempelkan hidung ke leher Melissa dan menikmati aroma buah segar menguar dari sana.Tubuh wanita di pelukannya ini adalah obat yang mematikan. Tidak, bahkan obat tidak bisa terasa semanis ini.Darren kembali memeluk tubuhnya erat-erat sambil berpikir bahwa dia benar-benar sudah gila dan tak akan bisa lepas dari perempuan ini dalam jangka waktu dekat.****Gurat di wajahnya berubah tegang ketika mendengar entah kabar apa yang diucapkan oleh ibunya di telepon."Baik, Mom. Aku akan segera ke sana sekarang juga untuk melihat keadaan kakek."Setelah mengatakan hal itu, Darren menutup telepon, menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan gelisah.Malam ini, untuk pertama kali semenjak pernikahan mereka, Darren mengajak Melissa keluar dari rumah besar yang dia tinggali selama hampir seminggu ini.Sebenarnya ini bukanlah inisiatif dari Darren pribadi, kabarnya makan malam ini diadakan oleh orang tua Darren yang konglomerat tersebut, sebagai perayaan pernikahan putra tertua mereka, Darren.Melisa sudah didandani dengan sangat cantik oleh seorang stylish yang dipanggil Darren ke rumah, Melissa sendiri sampai pangling melihat penampilan barunya di kaca.Menggunakan gaun malam berwarna merah muda, dia kelihatan Fresh dan segar, rambut cokelatnya di sanggul ke atas sehingga menunjukkan leher putihnya yang jenjang.Darren tampak acuh tak acuh melih
Melissa memang mengatakan tidak masalah untuk pulang sendiri, meski tak tahu di mana alamat rumah Darren berada, tapi dengan black card yang diberikan padanya, itu tidak menjadi masalah besar karena Melissa bisa dengan mudah menginap di hotel bintang lima di kota ini.Masalah kenapa tentang dia tidak pulang ke rumah setelah diturunkan Darren di pinggir jalan, dia akan menjelaskan dengan tenang dan mengatakan bahwa Melissa tidak hapal alamat rumah mereka.Melissa mulai bersiap, sementara mobil Darren sudah berhenti di pinggir jalan, pikirannya sibuk mengingat-ingat nama hotel yang ada di novel ini agar bisa dia gunakan untuk bermalam.Dia sampai lupa tidak menanyakan keadaan Rania."Kamu sungguh tidak apa-apa?"Darren, anehnya bertanya sekali lagi.Melissa menatap pria itu dengan bingung, dia yang berinisiatif menurunkan di pinggir jalan dan dia yang ragu sendiri? Benar-benar pria aneh!"No problem."Melissa menjawab sambil mengulas senyum terbaiknya.Dia benar-benar tak masalah, justr
"I-itu, aku tidak hafal alamat rumahmu, jadi berencana menginap di hotel di dekat sini," jawabnya.Namun, tatapan Darren malah berubah tajam, seakan menyiratkan bahwa dia sama sekali tak percaya ucapan Melissa tersebut."Lihat saja ponselku kalau tidak percaya, kau bisa mengeceknya bahwa saat itu aku sedang mencari hotel dekat sini," lanjut Melissa, pasrah.Tanpa berkata apa pun, Darren mengambil ponsel Melissa yang disita olehnya tanpa sebab dan mengetuk layarnya dua kali untuk mengecek apakah ucapan istrinya itu benar.Pandangannya berubah lega saat melihat isi ponsel yang menampilkan sebuah informasi tentang hotel yang hendak dituju oleh Alice alias Melissa."Kau benar-benar sedang mencari hotel," ucapnya."Aku tidak berbohong, bukan?"Melissa membalas dan menerima ponsel yang diulurkan oleh Darren."Jadi, kau tidak sedang marah karena kutinggalkan di pinggir jalan lalu berencana membalas dendam?"Melissa tertawa keras mendengar pertanyaan dari Darren yang menurutnya konyol tersebut
Namun, kali ini Darren bukannya luluh, justru menatap Rania dengan kening berkerut."Aku tidak marah padamu, tapi aku lelah dengan kecerobohan yang kau lakukan," dengus pria tersebut.Ucapannya itu seketika membuat Rania pucat, berpikir bahwa keputusannya membiarkan Darren menikah dengan orang lain adalah hal keliru.Sebelum menikahi Alice, Darren lebih dulu menawarkan pernikahan kepada Rania dan meminta dirinya mengandung buah hati mereka agar Darren bisa meng-klaim warisan keluarga besar Darren.Namun, Rania yang takut tubuhnya akan berubah jelek setelah melahirkan, menolak hal tersebut sehingga terjadilah pernikahan kontrak antara Darren dan Alice."Sayang, tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku," rengek Rania, memegang tangan Darren dengan tatapan memohon.Dia benar-benar merasakan perubahan Darren, pria itu bukan hanya membiarkan dirinya berada di ruangan umum tanpa memindahkan dirinya ke ruang VIP, tapi juga tampak tak peduli dengan sakit yang diderita Rania.Darren malah ber
Sambil menunggu sekretarisnya tersebut datang, Darren meminta Melissa untuk duduk santai di sofa, sementara dia mendapatkan telepon dari Rania sehingga agak menjauh dari Melissa yang juga sibuk dengan ponselnya.Ketika keduanya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing itulah, terdengar bel dari pintu depan dan seseorang yang masuk ke dalam rumah dengan marah-marah."Tuan muda, aku memang bekerja sebagai sekretarismu, tapi ini sudah di luar jam kerja dan kau memerintah untuk membeli semua ini? Kalau kau tak memberiku gaji lembur, aku tak akan mau melakukan hal ini lagi!"Seorang pria muda yang usianya sedikit lebih banyak dari Melissa, berjalan mendekati mereka berdua.Darren hanya tertawa pelan saat petugas minimarket datang bersama Rafael dengan membaw dua kardus besar yang ditaruh di dekat pria itu."Terima kasih, kau boleh pergi sekarang," ucap Rafael sambil memberi uang lebih kepada petugas minimarket tersebut.Setelah kepergiannya, Rafael kembali mengajukan protes kepada Darren.
Dokter kandungan sudah selesai memeriksa Melissa, saat dia ingin memberitahu hasilnya, Darren yang kini duduk di sebelah Melissa, menoleh kepada istrinya tersebut."Aku tiba-tiba sangat haus, biasakah kau membelikan diriku minum, Sayang?"Melissa menatap bingung kepada suaminya yang menyuruh pergi di saat dia ingin mendengarkan hasil pemeriksaan dokter tentang kesehatan rahimnya."Kenapa tiba-tiba, Sayang?" sergahnya tak terima karena merasa sepertinya sang suami sengaja mengusir, agar dia tak mendengar apa kata dokter tentang hasil pemeriksaan tersebut.Darren justru mengelus lehernya dan memajukan sedikit bibir."Tolong, tenggorokanku rasanya sangat kering, tolong belikan aku minuman di kantin rumah sakit ini. Oke?""Tapi ...."Melissa terlihat ragu, jika dia pergi ke kantin rumah sakit dia akan melewatkan penjelasan dokter.Namun, dia juga tak mungkin bisa menolak perintah suaminya tersebut."Alice Sayang, apakah kau tega melihat suamimu kehausan?"Pertanyaan bernada ancaman terseb
Namun, Melissa tak langsung menerima tawaran itu. "T-tapi ...""Matamu mengatakan kau ingin memakainya di bibirmu. Hm, rasa stroberi? Wow, tidak disangka kamu punya sisi imut juga, Sayangku," potong Darren dengan tawa geli. Darren lantas membuka tutup pelembab bibir itu dan menyerahkannya pada Melissa."Tapi, Sayang. Harganya ....""Kenapa memang dengan harganya?"Darren bertanya dengan tatapan tak mengerti, hal itu membuat Melissa menarik napas panjang.Dia lupa, untuk orang sekaya Darren, mungkin ini harganya sangat murah."T-tidak. Bolehkah aku menerima semua ini, Sayang?"Melissa masih ragu-ragu, tapi Darren yang mengendikkan bahu.Suaminya itu mengambil kaca yang ada di sampingnya dan menjawab."Ini semua hadiah untukmu dariku, Sayang. Nah, sekarang, coba pelembab ini di bibirmu."Ragu, Melissa pun mengambil pelembab tersebut dari tangan Darren dan mulai mengoleskannya di bibir.Seketika kedua netra berbinar cerah saat pelembab tersebut teraplikasi sempurna di bibir, teksturnya
Segera Melissa menggelengkan kepala, menolak dengan tegas idenya tersebut."Tidak! Aku tak mau melakukannya lagi di dalam mobil, Sayang. Punggungku sakit," jawab Melissa dengan mata berkaca-kaca.Sebenarnya itu bukanlah alasan yang sebenarnya, tapi Melissa benar-benar khawatir saat melakukan di ronde kedua, ada orang lewat dan menegur mereka.Itu adalah hal yang memalukan!"Oh, jadi kalau kita sampai rumah, apakah itu artinya ada ronde kedua, Sayang?"Darren tak pernah puas jika hanya satu ronde, bermain bersama istrinya yang cantik adalah hiburan yang menyenangkan baginya.Namun, lagi-lagi Melissa menggeleng."Kau harus pergi ke kantor, Sayangku. Nanti malam mintalah lagi, aku akan sukarela menyerahkan tubuh ini padamu," ucapnya, dengan gelengan tegas.Mau tak mau Darren mengangguk karena istrinya itu benar, dia harus pergi bekerja sekarang.Toh dia bilang nanti malam akan bersedia dia apakan saja, jadi bersabar sedikit sepertinya bukan hal buruk."Baiklah. Kupegang janjimu ini, Saya