Share

4. Kamu Sangat Menggoda

Saat terbangun setelah pingsan tadi malam, mata Melissa menyipit karena silau, dia mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang menyerbu saat hendak membuka mata.

Kening gadis itu berkerut ketika menatap suasana asing di sekitar, kamar mewah, dengan ranjang besar yang empuk berwarna abu-abu ini, jelas bukan kamar miliknya.

Dia hendak bangkit dari tempat tidur tetapi rasa sakit yang teramat sangat di bagian bawah tubuh, membuat badan spontan mengejang sehingga bibir pun meringis pelan.

"Awwww."

Mendesah, Melissa akhirnya hanya bisa membaringkan tubuh kembali karena tak tahan dengan nyeri yang masih berdenyut-denyut di anggota tubuh antara dua pahanya tersebut.

Melihat badannya yang kini hanya terbalut kamisol tipis, membuat mulut Melissa seketika mengeluarkan erangan pelan.

Kejadian semalam, ternyata bukanlah mimpi.

Ternyata dia benar-benar jatuh ke dalam dunia novel berjudul 'Istri Tak Diangggap' yang pernah dia baca beberapa saat lalu di sela-sela pekerjaannya.

Terdengar mustahil memang, tapi saat ini, hal itulah yang sedang terjadi dan sialnya saat masuk ke tubuh tokoh utama dalam novel tersebut, dia malah dihadapkan situasi membingungkan seperti tadi malam.

Untungnya saat terbangun lagi setelah disiksa begitu rupa oleh 'suaminya' semalam, tubuh Melissa dalam keadaan bersih tanpa sisa lengket cairan Darren yang kemarin memenuhi setiap jengkal kulitnya tersebut.

Apakah pria itu dengan baik hati telah membersihkan tubuhnya setelah puas menyiksa dan membuat pingsan?

Ha, pria kejam itu merawat dirinya? Dugaan yang sangat dan sangat mustahil.

Dalam novel, dia hanya melakukan hubungan badan untuk mendapatkan anak sehingga bisa segera menendang Alice—gadis yang kini tubuhnya ditempati Melissa—dari kehidupannya.

Melissa hanya bisa menangisi nasibnya yang benar-benar sial ini, di mana-mana, orang masuk ke dunia novel pasti bahagia hidupnya, sedangkan Melissa ... kenapa harus masuk menjadi istri yang terbuang? Benar-benar nasib yang menyedihkan.

Alice sebenarnya gadis yang sangat cantik, tubuhnya seksi dan mampu memikat hati pria mana pun, hanya saja karena nasibnya yang kurang beruntung, dia harus menjalani pernikahan tanpa cinta ini demi kesehatan ibunya.

Melissa menggeleng pelan, memegangi pipi wanita yang kini nasibnya berada di tangan Melissa tersebut.

Ternyata, cantik tidak ada gunanya jika bernasib buruk, seperti yang dialami Alice dalam novel ini, mengetahui hal itu, Melissa hanya bisa mendesah pelan.

Tenggorokan Melissa tiba-tiba terasa kering, ingin rasanya bangkit untuk mencari setidaknya seteguk air untuk membasahi tenggorokan, tetapi melihat bagaimana leher dan dada yang penuh bekas gigitan yang mulai membiru di atas kulit yang mulus seperti giok ini, seketika dirinya kehilangan selera melakukan apa pun.

Berengsek sialan itu, ke mana dia sekarang?!

Bisa-bisanya begitu tanpa ampun saat melakukan ritual suci seperti semalam?! Apa dia menikmati berhubungan seperti itu? Benar-benar orang gila!

Melissa lagi-lagi mengumpat pria bernama Darren itu dalam hati.

Melissa yang kini menghuni tubuh Alice, tiba-tiba merasa marah tanpa sebab setiap mengingat bagaimana perlakuan Darren yang tanpa ampun tadi malam.

Meski dia tahu bahwa dalam novel Alice memang sukarela meminta Darren melakukan semua ini demi kontrak di antara mereka, setidaknya, lakukan semuanya dengan lembut. Bukankah begitu?

"Euhhh."

Beberapa saat kemudian, akhirnya Melissa berhasil bangkit dan melangkah perlahan menuju kulkas besar yang ada di kamar untuk mengambil air dingin.

Rambut cokelat panjang acak-acakan milik Alice ini anehnya tidak membuat diri Melissa tampak jelek meski baru bangun tidur, justru auranya memancarkan sesuatu yang seksi dan menarik.

Padahal kalau dirinya yang asli terbangun dalam keadaan seperti Alice saat ini, pasti bentuknya seperti hantu wanita yang bangun dari kubur.

Sosok Alice benar-benar cantik luar biasa, bagaimana bisa penulis novel tersebut memberinya peran yang begitu mengenaskan dari awal sampai akhir?

Pelan, Melissa mendesah, seraya memandang keluar melalui jendela besar di kamar Darren.

Dia tidak bisa memikirkan apa pun saat ini kecuali kembali ke tubuh asli gadis tersebut. Melissa terus memikirkan bagaimana cara kembali, apakah dia harus tertidur di kereta bawah tanah agar bisa kembali ke tubuh aslinya?

"Sudah bangun, Alice?"

Suara berat yang tiba-tiba menyapa, membuat leher belakang Melissa seketika merinding. Pelan, gadis itu menoleh ke arah Darren yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu dengan menyilangkan tangan di dada.

Bibirnya melengkungkan sebuah senyuman, mengendikkan bahu seakan ekpresi Melissa yang kaget adalah hal yang lucu di matanya.

Entah sekarang pukul berapa, tapi dia terlihat rapi dengan kemeja putih dibalik setelan jas hitam yang terlihat malah, seperti baru saja datang dari kantor.

Segera Melissa memalingkan muka, tak sudi melihat senyumnya yang seperti iblis itu.

Sialnya, hal itu malah membuat Darren berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan untuk memeluknya dari belakang.

"Ah, padahal aku baru pergi, tapi anehnya aku

sudah kangen denganmu, Istriku."

Melissa segera menepis tangannya dengan kesal, sedang Darren malah tertawa dan lebih erat memeluk pinggang gadis itu.

"Aku akan menuntut ini di jalur hukum, Ren," desis Melissa yang hanya dibalas tawa geli olehnya.

"Jalur hukum? Hm, sepertinya seru."

Dia malah memain-mainkan rambut cokelat Melissa dengan ujung jemarinya, terlihat menikmati tindakan kecil seperti itu.

"Aku serius. Yang terjadi tadi malam adalah pelecehan dan kekerasan. Meski kita adalah sepasang suami istri," tegas Melissa dengan bibir terkatup.

Tawa Darrenseketika pecah mendengar itu, tidak menjawab kemarahan Melissa, pria iblis ini justru mengecup leher jenjang gadis itu dengan penuh perasaan.

"Lucu sekali, coba lanjutkan ucapanmu, Istriku Sayang," jawabnya seperti sedang menyindir.

Dia mengencangkan pelukan, menggigit pelan telinga Melissa.

"Aku tidak sedang bercanda, Ren. Aku—"

"Aku juga tidak bercanda kalau kamu saat ini terlihat imut, Istriku," potongnya dengan suara santai.

Hanya mendesah frustrasi, itulah satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Melissa. Sepanjang yang dia ingat dalam alur novel, Darren tidak pernah bersikap sehangat ini kepada istrinya, bagi Darren, Alice hanyalah mesin untuk membuat anak.

"Memikirkan apa, Sayang?"

Darren meremas gundukan milik Melissa dengan cengkraman yang membuat bibir gadis itu mengeluarkan jerit kecil.

"Jangan pernah coba-coba kabur dari sini, Istriku. Satu langkah saja kamu mencoba keluar dari rumah ini, maka kepalamu yang imut ini akan meledak oleh tembakan penembak jitu yang bersiaga di atap rumah. Kamu dengar itu, Sayang?"

Dia membisikkan kalimat tersebut sambil membelai leher Melissa, seperti seorang psikopat.

"Ap-apa?!"

Melissa menatap ngeri wajahnya, yang langsung tertawa terbahak-bahak.

Tidak hanya menjadi istri kontrak, dia juga ... ditawan di sini?!

Benar-benar gila!

"Astaga, astaga. Kau ... ekspresimu saat ini imut sekali, Istriku. Aku tidak tahu kamu bisa berekspresi semenggemaskan ini."

Melissa segera membuang muka dengan bibir cemberut, yang hanya membuat Darren semakin meledak oleh tawa.

Tentu saja dia percaya semua ucapan pria ini, karena dia adalah Presdir muda yang sangat gila, dengan kekayaan yang sanggup membeli satu negara.

Bukankan bukanlah suatu hal mustahil jika dia menyewa sniper hanya untuk meledakkan kepala seseorang saat sedang bosan?

Darren terus memain-mainkan rambut merahku, sesekali mencium pipi, sementara Melissa terus mengelak sebisa mungkin dari sentuhannya.

"Ahhh, main lagi, yuk, Sayang? Seharian?"

Dia berbisik sambil meremas tubuh pinggul Melissa yang hanya tertutup kain tipis dan terawang.

"T-tidak!!!"

Melissa menyingkirkan tangannya yang mulai meraba sana sini sesuka hati, rasa takut akan serangan kasarnya seperti semalam merajai hati gadis itu.

"Aku sedang saaaaangat bosan, Sayang. Bermain-main denganmu, sepertinya bisa menyingkirkan kebosananku."

Dia menaruh dagunya di atas pundak gadis itu, wajah tampan itu mengerucutkan bibirnya.

"Hari ini meeting terasa alot dan melelahkan, aku butuh pelampiasan atas rasa frustrasi dalam diriku, jadi, ayo layani aku, Istriku Sayang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status