Saat terbangun setelah pingsan tadi malam, mata Melissa menyipit karena silau, dia mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang menyerbu saat hendak membuka mata.
Kening gadis itu berkerut ketika menatap suasana asing di sekitar, kamar mewah, dengan ranjang besar yang empuk berwarna abu-abu ini, jelas bukan kamar miliknya.Dia hendak bangkit dari tempat tidur tetapi rasa sakit yang teramat sangat di bagian bawah tubuh, membuat badan spontan mengejang sehingga bibir pun meringis pelan."Awwww."Mendesah, Melissa akhirnya hanya bisa membaringkan tubuh kembali karena tak tahan dengan nyeri yang masih berdenyut-denyut di anggota tubuh antara dua pahanya tersebut.Melihat badannya yang kini hanya terbalut kamisol tipis, membuat mulut Melissa seketika mengeluarkan erangan pelan.Kejadian semalam, ternyata bukanlah mimpi.Ternyata dia benar-benar jatuh ke dalam dunia novel berjudul 'Istri Tak Diangggap' yang pernah dia baca beberapa saat lalu di sela-sela pekerjaannya.Terdengar mustahil memang, tapi saat ini, hal itulah yang sedang terjadi dan sialnya saat masuk ke tubuh tokoh utama dalam novel tersebut, dia malah dihadapkan situasi membingungkan seperti tadi malam.Untungnya saat terbangun lagi setelah disiksa begitu rupa oleh 'suaminya' semalam, tubuh Melissa dalam keadaan bersih tanpa sisa lengket cairan Darren yang kemarin memenuhi setiap jengkal kulitnya tersebut.Apakah pria itu dengan baik hati telah membersihkan tubuhnya setelah puas menyiksa dan membuat pingsan?Ha, pria kejam itu merawat dirinya? Dugaan yang sangat dan sangat mustahil.Dalam novel, dia hanya melakukan hubungan badan untuk mendapatkan anak sehingga bisa segera menendang Alice—gadis yang kini tubuhnya ditempati Melissa—dari kehidupannya.Melissa hanya bisa menangisi nasibnya yang benar-benar sial ini, di mana-mana, orang masuk ke dunia novel pasti bahagia hidupnya, sedangkan Melissa ... kenapa harus masuk menjadi istri yang terbuang? Benar-benar nasib yang menyedihkan.Alice sebenarnya gadis yang sangat cantik, tubuhnya seksi dan mampu memikat hati pria mana pun, hanya saja karena nasibnya yang kurang beruntung, dia harus menjalani pernikahan tanpa cinta ini demi kesehatan ibunya.Melissa menggeleng pelan, memegangi pipi wanita yang kini nasibnya berada di tangan Melissa tersebut.Ternyata, cantik tidak ada gunanya jika bernasib buruk, seperti yang dialami Alice dalam novel ini, mengetahui hal itu, Melissa hanya bisa mendesah pelan.Tenggorokan Melissa tiba-tiba terasa kering, ingin rasanya bangkit untuk mencari setidaknya seteguk air untuk membasahi tenggorokan, tetapi melihat bagaimana leher dan dada yang penuh bekas gigitan yang mulai membiru di atas kulit yang mulus seperti giok ini, seketika dirinya kehilangan selera melakukan apa pun.Berengsek sialan itu, ke mana dia sekarang?!Bisa-bisanya begitu tanpa ampun saat melakukan ritual suci seperti semalam?! Apa dia menikmati berhubungan seperti itu? Benar-benar orang gila!Melissa lagi-lagi mengumpat pria bernama Darren itu dalam hati.Melissa yang kini menghuni tubuh Alice, tiba-tiba merasa marah tanpa sebab setiap mengingat bagaimana perlakuan Darren yang tanpa ampun tadi malam.Meski dia tahu bahwa dalam novel Alice memang sukarela meminta Darren melakukan semua ini demi kontrak di antara mereka, setidaknya, lakukan semuanya dengan lembut. Bukankah begitu?"Euhhh."Beberapa saat kemudian, akhirnya Melissa berhasil bangkit dan melangkah perlahan menuju kulkas besar yang ada di kamar untuk mengambil air dingin.Rambut cokelat panjang acak-acakan milik Alice ini anehnya tidak membuat diri Melissa tampak jelek meski baru bangun tidur, justru auranya memancarkan sesuatu yang seksi dan menarik.Padahal kalau dirinya yang asli terbangun dalam keadaan seperti Alice saat ini, pasti bentuknya seperti hantu wanita yang bangun dari kubur.Sosok Alice benar-benar cantik luar biasa, bagaimana bisa penulis novel tersebut memberinya peran yang begitu mengenaskan dari awal sampai akhir?Pelan, Melissa mendesah, seraya memandang keluar melalui jendela besar di kamar Darren.Dia tidak bisa memikirkan apa pun saat ini kecuali kembali ke tubuh asli gadis tersebut. Melissa terus memikirkan bagaimana cara kembali, apakah dia harus tertidur di kereta bawah tanah agar bisa kembali ke tubuh aslinya?"Sudah bangun, Alice?"Suara berat yang tiba-tiba menyapa, membuat leher belakang Melissa seketika merinding. Pelan, gadis itu menoleh ke arah Darren yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu dengan menyilangkan tangan di dada.Bibirnya melengkungkan sebuah senyuman, mengendikkan bahu seakan ekpresi Melissa yang kaget adalah hal yang lucu di matanya.Entah sekarang pukul berapa, tapi dia terlihat rapi dengan kemeja putih dibalik setelan jas hitam yang terlihat malah, seperti baru saja datang dari kantor.Segera Melissa memalingkan muka, tak sudi melihat senyumnya yang seperti iblis itu.Sialnya, hal itu malah membuat Darren berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan untuk memeluknya dari belakang."Ah, padahal aku baru pergi, tapi anehnya akusudah kangen denganmu, Istriku."Melissa segera menepis tangannya dengan kesal, sedang Darren malah tertawa dan lebih erat memeluk pinggang gadis itu."Aku akan menuntut ini di jalur hukum, Ren," desis Melissa yang hanya dibalas tawa geli olehnya."Jalur hukum? Hm, sepertinya seru."Dia malah memain-mainkan rambut cokelat Melissa dengan ujung jemarinya, terlihat menikmati tindakan kecil seperti itu."Aku serius. Yang terjadi tadi malam adalah pelecehan dan kekerasan. Meski kita adalah sepasang suami istri," tegas Melissa dengan bibir terkatup.Tawa Darrenseketika pecah mendengar itu, tidak menjawab kemarahan Melissa, pria iblis ini justru mengecup leher jenjang gadis itu dengan penuh perasaan."Lucu sekali, coba lanjutkan ucapanmu, Istriku Sayang," jawabnya seperti sedang menyindir.Dia mengencangkan pelukan, menggigit pelan telinga Melissa."Aku tidak sedang bercanda, Ren. Aku—""Aku juga tidak bercanda kalau kamu saat ini terlihat imut, Istriku," potongnya dengan suara santai.Hanya mendesah frustrasi, itulah satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Melissa. Sepanjang yang dia ingat dalam alur novel, Darren tidak pernah bersikap sehangat ini kepada istrinya, bagi Darren, Alice hanyalah mesin untuk membuat anak."Memikirkan apa, Sayang?"Darren meremas gundukan milik Melissa dengan cengkraman yang membuat bibir gadis itu mengeluarkan jerit kecil."Jangan pernah coba-coba kabur dari sini, Istriku. Satu langkah saja kamu mencoba keluar dari rumah ini, maka kepalamu yang imut ini akan meledak oleh tembakan penembak jitu yang bersiaga di atap rumah. Kamu dengar itu, Sayang?"Dia membisikkan kalimat tersebut sambil membelai leher Melissa, seperti seorang psikopat."Ap-apa?!"Melissa menatap ngeri wajahnya, yang langsung tertawa terbahak-bahak.Tidak hanya menjadi istri kontrak, dia juga ... ditawan di sini?!Benar-benar gila!"Astaga, astaga. Kau ... ekspresimu saat ini imut sekali, Istriku. Aku tidak tahu kamu bisa berekspresi semenggemaskan ini."Melissa segera membuang muka dengan bibir cemberut, yang hanya membuat Darren semakin meledak oleh tawa.Tentu saja dia percaya semua ucapan pria ini, karena dia adalah Presdir muda yang sangat gila, dengan kekayaan yang sanggup membeli satu negara.Bukankan bukanlah suatu hal mustahil jika dia menyewa sniper hanya untuk meledakkan kepala seseorang saat sedang bosan?Darren terus memain-mainkan rambut merahku, sesekali mencium pipi, sementara Melissa terus mengelak sebisa mungkin dari sentuhannya."Ahhh, main lagi, yuk, Sayang? Seharian?"Dia berbisik sambil meremas tubuh pinggul Melissa yang hanya tertutup kain tipis dan terawang."T-tidak!!!"Melissa menyingkirkan tangannya yang mulai meraba sana sini sesuka hati, rasa takut akan serangan kasarnya seperti semalam merajai hati gadis itu."Aku sedang saaaaangat bosan, Sayang. Bermain-main denganmu, sepertinya bisa menyingkirkan kebosananku."Dia menaruh dagunya di atas pundak gadis itu, wajah tampan itu mengerucutkan bibirnya."Hari ini meeting terasa alot dan melelahkan, aku butuh pelampiasan atas rasa frustrasi dalam diriku, jadi, ayo layani aku, Istriku Sayang."Pria ini benar-benar aneh, batin Melissa saat duduk di atas pahanya sedangkan suaminya tersebut memotong steak untuknya."Apakah dudukmu terasa nyaman, Istriku?"Darren bertanya dengan santai, Melissa mengangguk seperti robot karena tak ingin harus berakhir dengan makan di lantai seperti anjing.Sebenarnya ini posisi yang sangat tidak nyaman untuk makan, punggungnya bertatapan langsung dengan dada Darren yang kokoh, membuat jantung gadis itu berdebar kencang dengan pipi memerah mengingat malam panas mereka sebelumnya.Meskipun pernikahan ini tanpa cinta, dan yang berada dalam tubuh Alice bukanlah Alice yang asli, tapi bagaimana pun juga, ini pertama kalinya Melissa kenal dengan pria dan melakukan hubungan badan dengannya.Tenggorokan Melissa terasa tercekat saat wajah Darren begitu dekat dengannya, pria yang menjadi suaminya di dunia novel ini benar-benar tampan.Sungguh berbeda jauh dengan nasibnya ketika berada di dunia nyata.Melissa hanyalah seorang gadis biasa yang bekerja menjad
"Mau lagi?"Darren bertanya, mengawasi reaksi Melissa untuk melihat apakah istrinya tersebut masih berpura-pura atau tidak.Melissa yang sebenarnya masih ingin menghabiskan semua hidangan di meja, menggeleng untuk menjaga image Alice.Sebanyak ingatan yang dia punya tentang Alice—gadis itu terlalu banyak membaca novel online, jadi kadang karakter yang satu tertukar dengan lainnya karena banyaknya tema yang mirip—seingat Melissa, Alice adalah gadis yang sangat menjaga bentuk tubuhnya.Dan memang, hal itu bisa dilihat langsung dari bentuk tubuh Melissa saat ini, pinggang yang ramping dengan pinggul padat yang menggoda dan buah dada yang menyembul indah.Benar-benar sosok yang sempurna.Darren tampak sedikit kecewa karena Melissa menolak untuk disuapi olehnya, tapi pria itu tentu saja tak menunjukkan kekecewaan.Rasa kecewa menandakan bahwa dia mulai terikat dengan perempuan itu, dan Darren benar-benar tak ingin Melissa tahu bagaimana isi hatinya.Namun, Darren tak kehilangan akal, dia m
Gurat di wajahnya berubah tegang ketika mendengar entah kabar apa yang diucapkan oleh ibunya di telepon."Baik, Mom. Aku akan segera ke sana sekarang juga untuk melihat keadaan kakek."Setelah mengatakan hal itu, Darren menutup telepon, menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan gelisah.Malam ini, untuk pertama kali semenjak pernikahan mereka, Darren mengajak Melissa keluar dari rumah besar yang dia tinggali selama hampir seminggu ini.Sebenarnya ini bukanlah inisiatif dari Darren pribadi, kabarnya makan malam ini diadakan oleh orang tua Darren yang konglomerat tersebut, sebagai perayaan pernikahan putra tertua mereka, Darren.Melisa sudah didandani dengan sangat cantik oleh seorang stylish yang dipanggil Darren ke rumah, Melissa sendiri sampai pangling melihat penampilan barunya di kaca.Menggunakan gaun malam berwarna merah muda, dia kelihatan Fresh dan segar, rambut cokelatnya di sanggul ke atas sehingga menunjukkan leher putihnya yang jenjang.Darren tampak acuh tak acuh melih
Melissa memang mengatakan tidak masalah untuk pulang sendiri, meski tak tahu di mana alamat rumah Darren berada, tapi dengan black card yang diberikan padanya, itu tidak menjadi masalah besar karena Melissa bisa dengan mudah menginap di hotel bintang lima di kota ini.Masalah kenapa tentang dia tidak pulang ke rumah setelah diturunkan Darren di pinggir jalan, dia akan menjelaskan dengan tenang dan mengatakan bahwa Melissa tidak hapal alamat rumah mereka.Melissa mulai bersiap, sementara mobil Darren sudah berhenti di pinggir jalan, pikirannya sibuk mengingat-ingat nama hotel yang ada di novel ini agar bisa dia gunakan untuk bermalam.Dia sampai lupa tidak menanyakan keadaan Rania."Kamu sungguh tidak apa-apa?"Darren, anehnya bertanya sekali lagi.Melissa menatap pria itu dengan bingung, dia yang berinisiatif menurunkan di pinggir jalan dan dia yang ragu sendiri? Benar-benar pria aneh!"No problem."Melissa menjawab sambil mengulas senyum terbaiknya.Dia benar-benar tak masalah, justr
"I-itu, aku tidak hafal alamat rumahmu, jadi berencana menginap di hotel di dekat sini," jawabnya.Namun, tatapan Darren malah berubah tajam, seakan menyiratkan bahwa dia sama sekali tak percaya ucapan Melissa tersebut."Lihat saja ponselku kalau tidak percaya, kau bisa mengeceknya bahwa saat itu aku sedang mencari hotel dekat sini," lanjut Melissa, pasrah.Tanpa berkata apa pun, Darren mengambil ponsel Melissa yang disita olehnya tanpa sebab dan mengetuk layarnya dua kali untuk mengecek apakah ucapan istrinya itu benar.Pandangannya berubah lega saat melihat isi ponsel yang menampilkan sebuah informasi tentang hotel yang hendak dituju oleh Alice alias Melissa."Kau benar-benar sedang mencari hotel," ucapnya."Aku tidak berbohong, bukan?"Melissa membalas dan menerima ponsel yang diulurkan oleh Darren."Jadi, kau tidak sedang marah karena kutinggalkan di pinggir jalan lalu berencana membalas dendam?"Melissa tertawa keras mendengar pertanyaan dari Darren yang menurutnya konyol tersebut
Namun, kali ini Darren bukannya luluh, justru menatap Rania dengan kening berkerut."Aku tidak marah padamu, tapi aku lelah dengan kecerobohan yang kau lakukan," dengus pria tersebut.Ucapannya itu seketika membuat Rania pucat, berpikir bahwa keputusannya membiarkan Darren menikah dengan orang lain adalah hal keliru.Sebelum menikahi Alice, Darren lebih dulu menawarkan pernikahan kepada Rania dan meminta dirinya mengandung buah hati mereka agar Darren bisa meng-klaim warisan keluarga besar Darren.Namun, Rania yang takut tubuhnya akan berubah jelek setelah melahirkan, menolak hal tersebut sehingga terjadilah pernikahan kontrak antara Darren dan Alice."Sayang, tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku," rengek Rania, memegang tangan Darren dengan tatapan memohon.Dia benar-benar merasakan perubahan Darren, pria itu bukan hanya membiarkan dirinya berada di ruangan umum tanpa memindahkan dirinya ke ruang VIP, tapi juga tampak tak peduli dengan sakit yang diderita Rania.Darren malah ber
Sambil menunggu sekretarisnya tersebut datang, Darren meminta Melissa untuk duduk santai di sofa, sementara dia mendapatkan telepon dari Rania sehingga agak menjauh dari Melissa yang juga sibuk dengan ponselnya.Ketika keduanya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing itulah, terdengar bel dari pintu depan dan seseorang yang masuk ke dalam rumah dengan marah-marah."Tuan muda, aku memang bekerja sebagai sekretarismu, tapi ini sudah di luar jam kerja dan kau memerintah untuk membeli semua ini? Kalau kau tak memberiku gaji lembur, aku tak akan mau melakukan hal ini lagi!"Seorang pria muda yang usianya sedikit lebih banyak dari Melissa, berjalan mendekati mereka berdua.Darren hanya tertawa pelan saat petugas minimarket datang bersama Rafael dengan membaw dua kardus besar yang ditaruh di dekat pria itu."Terima kasih, kau boleh pergi sekarang," ucap Rafael sambil memberi uang lebih kepada petugas minimarket tersebut.Setelah kepergiannya, Rafael kembali mengajukan protes kepada Darren.
Dokter kandungan sudah selesai memeriksa Melissa, saat dia ingin memberitahu hasilnya, Darren yang kini duduk di sebelah Melissa, menoleh kepada istrinya tersebut."Aku tiba-tiba sangat haus, biasakah kau membelikan diriku minum, Sayang?"Melissa menatap bingung kepada suaminya yang menyuruh pergi di saat dia ingin mendengarkan hasil pemeriksaan dokter tentang kesehatan rahimnya."Kenapa tiba-tiba, Sayang?" sergahnya tak terima karena merasa sepertinya sang suami sengaja mengusir, agar dia tak mendengar apa kata dokter tentang hasil pemeriksaan tersebut.Darren justru mengelus lehernya dan memajukan sedikit bibir."Tolong, tenggorokanku rasanya sangat kering, tolong belikan aku minuman di kantin rumah sakit ini. Oke?""Tapi ...."Melissa terlihat ragu, jika dia pergi ke kantin rumah sakit dia akan melewatkan penjelasan dokter.Namun, dia juga tak mungkin bisa menolak perintah suaminya tersebut."Alice Sayang, apakah kau tega melihat suamimu kehausan?"Pertanyaan bernada ancaman terseb