Setelah menunggu 30 menit, akhirnya dokter tiba di kediaman Wijaya. Namun Bella sudah tidak merasakan apapun, perutnya yang mulas tiba-tiba hilang begitu saja.Dari hasil pemeriksaan dokter, Bella mengalami kontraksi palsu. Wanita berjubah putih itu mengatakan! Bella akan melahirkan dalam waktu dekat."Oh baiklah, terima kasih Dokter," ucap Ramel.Pria tampan itu kembali ke kamar setelah mengantar dokter ke pintu utama. Setibanya di sana, ia meraih beberapa pasang pakaian dari dalam lemari, lalu menyusunnya ke dalam travel.Tentu hal itu membuat Bella bingung, wanita cantik itu hanya diam seperti orang bodoh, memperhatikan suaminya mengemasi barang-barangnya ke dalam travel."Mas mau ke luar kota?" Akhirnya Bella bertanya."Enggak sayang, mana mungkin Mas ke luar kota, sedangkan istri Mas sebentar lagi akan melahirkan," sahut Ramel yang masih memasukkan beberapa barang ke dalam travel."Jadi, itu untuk apa?" tanya Bella sambil menunjuk travel."Untuk persiapan ke rumah sakit sayang,
"Percuma saja," geram Ramel.Ia berusaha bangkit dari lantai, bergegas ke luar dari kamar. Kaki jenjangnya berlari menuruni anak tangga tanpa mengenakan alas kaki.Pengawal yang sedang berjaga di depan pintu utama, segera menghampiri Ramel yang melangkah menuju garasi."Tuan," panggil pengawal.Ramel menghentikan langkah kakinya lalu berputar. Wajahnya terlihat kesal dan tatapnya sedikit sinis."Ada apa?" tanya Ramel."Anu Tuan, anu...." Pengawal ragu untuk mengatakannya."Anu apa? Bicaralah yang jelas, aku sedang buru-buru," desak Ramel dengan nada kesal."Itu Tuan." Pengawal menunjuk ke arah kemaluan tuannya.Ramel pun mengikuti arah telunjuk pengawal, ia menungkupkan kedua telapak tangan di bagian benda tumpulnya. Ramel benar-benar tidak menyadari kalau ia hanya mengenakan bokser. Untung saja ada yang melihatnya, jika tidak! Ia akan ditertawakan semua orang saat tiba di rumah sakit.Ramel bergegas ke kamar, meraih sebuah celana pendek dari lemari lalu mengenakannya dengan sembarang
"Kenapa sayang?" tanya Ramel yang langsung memeluk Bella."Mas tega," bisik Bella."Bukan tega sayang, tapi Mas hanya mengikuti saran dari dokter," sahut Ramel yang juga berbisik.Akhirnya Bella mengikuti kemauan suaminya, ia mengijinkan dokter untuk melakukan tugasnya. Bella menggigit ujung baju Ramel untuk menahan rasa sakit yang luar biasa, bahkan lebih sakit dari melahirkan."Sudah Dok, saya gak kuat lagi," keluh Bella, akhirnya wanita cantik itu menyerah."Sebentar lagi ya Bu, tinggal satu jahitan lagi," sahut dokter. Wanita berjubah putih itu sengaja mengajak Bella bicara, untuk mengalihkan rasa sakitnya.Setelah 60 menit berlalu, Bella dipindahkan ke ruang inap begitu juga dengan bayi mungilnya. Wanita cantik itu sudah pasti menempati kamar President Suite.Ramel tak sedetikpun meninggalkan istri dan anaknya. Tatapnya tak lepas dari wajah tampan putranya, bayi mungil itu benar-benar mirip dengannya. Sungguh Ramel tak menyangka memiliki anak diusianya yang masih sangat muda, ia
Empat puluh hari telah berlalu, hari ini keluarga Wijaya sedang bersiap untuk liburan. Ramel akan memboyong keluarganya ke villa, seperti permintaan Bella waktu itu. Rencananya mereka akan menginap di sana selama satu Minggu."Mas," panggil Bella.Ramel yang melangk menuju pintu, menghentikan langkahnya lalu berputar menghadap Bella."Iya sayang," sahut Ramel dengan lembut."Sebabnya ada yang ingin aku bicarakan, Mas," ucap Bella dengan wajah serius.Ramel melangkah menghampiri istrinya yang duduk di sisi ranjang tepat di samping wanita cantik satu anak itu."Bicara apa sayang? Apa tentang liburan kita?" todong Ramel.Bella menggeleng, "Tidak mas, aku ingin bicara tentang pak Bara dan Mbok Inem," ucapnya.Ramel menghela napas, ia meraih tangan Bella lalu menggenggamnya dengan erat. Walupun Bella belum mengatakan apapun, Ramel sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh istrinya itu.Tentu tentang kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana pak Bara dan Mbok Inem tiba-tiba mengkhianatinya
Setelah melepas hasrat sebanyak dua kali, Ramel dan Bella meninggalkan rumah pohon dan kembali ke Villa. Setibanya di sana, Tania langsung mengajak mereka untuk makan siang bersama. Wanita tua itu sudah menyiapkan beberapa menu di atas meja bersama pelayan.Makan siang kali ini sedikit berbeda, biasanya suasana di meja makan pasti akan hening karena tak ada yang boleh berbicara. Tetapi saat ini Ramel, Bella dan Tania menikmati makan siangnya sambil berbincang-bincang."Mel, Bel, malam ini Kenan biar tidur sama Oma aja ya?" ucap Tania sambil mengunyah makanannya.Iya, Ramel dan Bella menamai putranya Kenan Alexander Wijaya."Kenan setiap malam sering minta susu, nanti Oma jadi terganggu," sahut Bella."Enggak apa-apa, Oma gak merasa terganggu kok," ucap Tania.Wanita tua itu sengaja meminta Kenan tidur di kamarnya, agar Bella dan Ramel bisa berduaan menikmati liburannya. Dari awal Tania sudah menolak untuk ikut ke Villa, tetapi Bella memaksa."Yaudah, terserah Oma aja." Kali ini Ramel
"Pantas saja ini tempat favorit mas Ramel, selain pemandangannya yang indah, suasananya juga terasa tenang," ucap Bella dengan nada lembut dan nyaris tak terdengar.Wanita satu anak itu memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari hidung dengan lembut, sambil menikmati sejuknya hembusan angin."Bella."Bella refleks membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia baru saja akan memutar kepala untuk melihat orang yang memanggilnya, tetapi dua telapak tangan sudah terlebih dahulu mendorong punggungnya dari belakang."Aaaaaahh...." teriak Bella yang terguling ke jurang hingga jatuh ke aliran air terjun.Saat itu juga Ramel terbangun dari tidurnya, seluruh kening pria tampan itu terlihat mengkilat akibat tetesan keringat, sehingga membuat Tania bingung dan terkejut ketika melihatnya ke luar dari kamar."Ramel, kamu kenapa?" tanya Tania yang sedang memberikan susu formula pada Kenan."Bella di mana Oma?" Bukannya menjawab, Ramel justru balik bertanya.
Tujuh belas tahun telah berlalu, selama itu juga Ramel hidup dalam kesendirian, ia membesarkan Kenan bersama Tania yang saat ini sudah menginjak usia 67 tahun. Wanita tua itu sudah sering kali meminta Ramel untuk menikah, tetapi permintaannya selalu ditolak.Tania sudah mencoba menjodohkan beberapa wanita dari golongan atas kepala Ramel, tetapi pria tampan itu sama sekali tidak tertarik. Ia masih berharap Bella hidup dan kembali ke pelukannya."Ken," panggil Ramel yang duduk di ruang tamu bersama Tania.Kenan yang melangkah menuju pintu utama, terpaksa memutar langkah menghampiri ayah dan buyutnya."Iya Pah," sahut Kenan sambil menjatuhkan bokongnya di samping Tania."Besok pagi Papah mau touring ke luar kota, tolong jaga Buyut dan jangan pulang larut malam," pesan Ramel kepada putranya."Baik Pah, Kenan gak diajak Pah?" jawab Kenan sembari balik bertanya."Fokus dengan sekolahmu." Setelah mengatakan itu, Ramel bergegas meninggalkan ruang tamu.Kenan pun berpamitan kepada buyutnya, an
"Ibumu mengidap kanker otak." Dug.... jantung Amel berdegup kencang, mendengar ucapan dokter. Amel tidak tahu harus berbuat apa, padahal besok ia harus berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikannya. Seketika Amel memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Tetapi ibunya Marta menolak dan tetap memaksa putrinya untuk pergi. Air mata tidak berhenti menetes dari kedua matanya, hatinya tidak tega meninggalkan ibu dan adiknya. Tetapi Amel bertekat akan bekerja sambil kuliah, agar ia bisa membantu biaya pengobatan ibunya. ================== Warning : Bijaklah dalam membaca, karena cerita ini khusus dewasa. ================== "Pergi dari sini." Wanita paruh baya itu mendorong Amel hingga tersungkur. "Maaf buk, tolong beri aku waktu. Aku pasti membayarnya." Mohon Amel. "Enak saja minta tolong, kamu itu sudah 2 bulan gak bayar uang kost. Sanah cari tempat lain, ini kamar sudah ada orang baru." Mau tidak mau, Amel harus pergi karena memang sudah 2 bulan ia tidak membayar