Rose Annabella dijual oleh ayahnya untuk melancarkan bisnisnya dan Rose menjadi wanita simpanan seorang CEO yang tampan dan kaya raya bernama Jeno William. "Kenapa ayah begitu jahat padaku?" isak Rose. "Sudahlah. Kau jatuh ke tangan pria yang tepat seperti aku ini," ujar Jeno.
View More"Tu-Tuan Jeno ...." Mata itu seolah tidak bisa lepas dari wajah Jeno. Wajah Jeno terlihat sangat marah. Pria itu tidak bisa menyembunyikannya kemarahannya."Kau ku bayar untuk mengurus rumah dan menjaga Rose, tapi kenapa kau justru memperlakukan Rose seperti itu." Jeno menghempaskan tangan Maryam dengan kasar. "Itulah kenapa aku memasang CCTV," lanjutnya melirik Maryam."A-apa?" Maryam terkejut dan kepalanya menengadah ke atas mencari sesuatu. Akan tetapi yang dia cari tidak terlihat. "Bu-bukan begitu maksudku, tuan ...," rayu Maryam mendekati Jeno."Jangan sentuh aku!" seru Jeno sambil mendorong Maryam hingga jatuh.Rose kaget dengan sikap Jeno malam itu. Gadis itu langsung jongkok dan mencoba menolong Maryam. Namun, Jeno langsung menarik Rose. "Buat apa kau menolong orang yang hendak mencelakaimu," ujar Jeno. "Kau lihat kan kelakuan dia tadi. Apa kau masih berniat untuk menolongnya? Jika aku jadi kau, aku sudah tidak sudi melihat mukanya," hardik Jeno.Maryam terisak. Dia merasa ji
Maryam membungkuk dan mengambil benda tersebut. Wanita itu merasa sangat sayang untuk membuangnya, tapi jika sudah dingin hal itu tidak bekerja lagi."Aku akan membuat yang baru lagi jika dia sudah pulang nanti." Maryam masih berpikir jika Jeno akan mau meminumnya. Sedangkan wanita itu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."Lalu bagaimana dengan dia? Beberapa hari ini aku tidak melihat dia?" Kepala Maryam menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia seperti sedang mencari sesuatu. "Ah, sudahlah. Akan aku urus dia nanti." Maryam segera meninggalkan rumah itu.Sementara itu disebuah gedung besar, seorang pria sedang sibuk dengan laptopnya. Sesekali dia melirik ke arah ponselnya yang tak jauh dari laptop. Pria itu mengecek semuanya tanpa terkecuali."Masih aman. Jika sampai aku mengetahui hal itu lagi makanya aku akan mengambil keputusan tegas."Jeno masih terus memeriksa tiap sudut rumahnya. Namun, keseriusannya terjeda untuk beberapa saat."Tuan Jeno, anda sudah ditunggu di ruang rapat," ucap s
BRAAK!Jeno menggebrak meja makan dengan keras sehingga membuat berantakan semua yang ada di atas meja tersebut. Apalagi Rose yang langsung muntah-muntah.Bau itu masih terasa di hidung Jeno. Sebenarnya Jeno juga merasa ingin muntah, tapi Jeno masih bisa menahannya.Jeno bergegas menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya pada Rose. "Minumlah ini." Jeno memberikan gelas itu pada Rose. "Pelan-pelan minumnya," lanjut Jeno.Rose meneguknya pelan, akan tetapi bau tidur belum juga hilang. "Selera makanku sudah hilang. Ini benar-benar membuat semua isi perutku keluar. Maafkan aku, tuan." Di bawah sana sangat kotor dan menjijikan. Hal itu yang membuat Rose meminta maaf pada Jeno karena telah mengeluarkan semuanya. Jeno mengusap punggung Rose, lalu dia melangkah menuju kulkas. Jeno membuka pintu kulkas dan memeriksa semua daging yang ada di dalam sana.Saat membuka pintu kulkas bau menyengat langsung menusuk hidung Jeno. Jeno mengeluarkan satu bungkus daging dan mendekatkan bungkusan it
Kehadiran Rose membawa pengaruh baik untuk Jeno. Namun tidak untuk Maryam. Rasa iri dalam diri Maryam semakin tinggi. Terlebih lagi Maryam seperti tidak ikhlas jika Jeno harus hidup serumah dengan Rose. Entah apa yang membuat Maryam begitu membenci Rose. Padahal dari segi umur pun Maryam dan Rose sudah terlihat berbeda jauh.Maryam menatap dua orang yang sedang bercanda di ruang tengah. Suara keduanya sampai terdengar di luar rumah. Beberapa pengawal Jeno tampak saling merespons."Sejak kedatangan perempuan itu. Tuan Jeno tidak lagi emosian.""Betul sekali. Tuan Jeno jadi terlihat sangat hangat walaupun beliau akan berubah tegas saat tiba di kantor," kata pengawal dengan badan tinggi besar dan penuh tato."Semoga saja akan seperti itu terus agar kita tidak setiap hari kena marah," lanjut salah seorang diantara pengawal yang sedang duduk santai sambil minum kopi.Maryam melintas di ruang tengah. Dia hendak pulang ke gubuknya. Wajah datar Maryam memperlihatkan rasa benci pada sosok gadi
"Ada apa?" Suara Jeno memotong kalimat Rose. Jeno langsung meraih kedua tangan Rose. "Jangan digaruk itu bisa menjadi luka dan kulit akan hitam. Sebentar aku carikan obat gatal."Jeno kembali dengan sebuah benda ditangannya. Jeno pun mengoleskan krim pada lengan Rose. Krim itu sangat dingin di kulit hingga gatal yang dirasakan oleh Rose berkurang."Te-terima kasih, tuan." "Jangan menggaruknya. Biarkan obat itu menyerap. Tidak lama lagi kulitmu itu akan kembali seperti semula," pinta Jeno. Rose pun menurutinya."Ta-tapi kenapa bisa seperti ini?" kata Rose heran."Mungkin salah satu menu makanan yang kau makan ada campuran seafood-nya," jelas Jeno. Rose menganggukkan kepalanya. "Beristitahatlah dulu. Nanti jika belum membaik aku akan membelikanmu obat," lanjut Jeno.Jeno meninggalkan Rose biar Rose bisa istirahat dengan nyaman. Jeno memberi perintah pada anak buahnya untuk menjaga Rose, karena dia akan keluar sebentar membeli sesuatu.***Sudah 3 bulan Rose tinggal di rumah Jeno. Jeno
Pagi itu hujan deras mengguyur. Membasahi semua yang ditemuinya hingga membuat cuaca pagi begitu sangat dingin. Hal itu membuat dua orang yang sedang tertidur enggan untuk bangun.Jeno merapatkan pelukannya pada tubuh Rose. Gadis itu sama sekali tidak bergerak karena rasa hangat yang dia rasakan membuatnya terasa sangat nyaman. Jeno pun kembali menutup matanya.Hujan semakin deras. Dingin bercampur dengan sejuk dan Petrichor mulai tercium. Rose membuka matanya dan bergerak pelan. Dia tidak ingin membangunkan Jeno. Rose dengan pelan memindahkan tangan Jeno yang melingkar dipinggangnya."Kau hendak ke mana?" Tangan Jeno mencegah Rose hingga membuat Rose menoleh."Aku ingin ke kamar mandi," sahut Rose. Jeno pun melepaskan genggaman tangannya.Rose melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan memutar kran air. Setelah itu dia menunggu beberapa menit agar air itu menjadi hangat. Sambil menunggu air penuh, Rose melangkah ke arah jendela yang tidak jauh dari bath-up. Rose menggeser kaca itu sedi
Malam itu Jeno pulang lebih awal dari biasanya. Hal itu dikarenakan pekerjaan di kantornya tidak terlalu banyak. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Jeno terus menerus menatap keluar jendela dan tersenyum sendiri. Entah dia sedang memikirkan apa. Jeno tidak sadar jika sang sopir memperhatikannya sedari tadi."Tuan muda baik-baik saja? Kenapa tuan senyum-senyum sendiri? Sepertinya tuan muda sedang bahagia," ujar si supir yang tampak penasaran."Tidak ada apa-apa. Saya hanya sedang melamun." Jimin menyangkalnya sambil tersenyum."Jika begitu maafkan saya, jika saya mengganggu tuan muda."Jeno kembali melamun saat sang supir mulai fokus menyetir mobilnya. Jeno mulai memikirkan sesuatu. Jeno sebenarnya sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah.Satu jam sebelumnya."Hari ini entah mengapa aku ingin sekali segera pulang ke rumah. Sebenarnya ada apa dengan otakku ini?" Jeno memutarkan kursi putarnya beberapa kali dengan pelan. "Jujur saja seharian ini aku hanya memikirkan gadis itu
Rose terbangun dalam keadaan yang membingungkan. Rambut acak-acakkan, tubuh tanpa sehelai benang pun dan hanya tertutup oleh selimut. Rose pun merasa asing dengan tempat itu. Ruang kamar yang begitu besar dan sangat mewah.Rose mulai berusaha untuk mengingat apa yang telah terjadi, akan tetapi nihil. Yang hanya bisa Rose ingat adalah semalam kepalanya sangat pusing akibat meminum minuman yang pria itu berikan dan setelah itu Rose tidak ingat apa-apa.Rose berusaha menggerakkan tubuhnya. Namun, usahanya gagal karena seluruh tubuhnya terasa remuk dan sakit. Anehnya area sensitifnya terasa sangat perih. Rose seakan mulai mengerti, kenapa dia terbangun dengan keadaan yang seperti itu. Rose langsung menangis karena menyadari apa yang telah pria itu lakukan pada dirinya.Rose menangis begitu kencang, karena dia merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri dan dia pun terlihat sangat bodoh."Hiks ... ibu ...." Rose menangis sambil memanggil ibunya karena dia pasti kecewa dengan Rose yang tidak
Rintihan dan erangan Rose membuat hasrat Jeno semakin memuncak. Pria itu sepertinya sudah tidak bisa menahan diri. Sedangkan Rose terus menerus menggeliat.Melihat hal itu Jeno semakin bergairah. Namun, Jeno belum ingin melancarkan aksinya. Dia masih memperhatikan Rose sebagai bentuk pemanasan. Jeno terkenal sangat hipersex dan suka bermain dengan wanita penghibur. Tidak hanya satu wanita. Jeno mampu bermain dengan 5 wanita sekaligus dalam tiap malam.Entah itu sebuah keberuntungan atau bukan Jeno bisa mendapatkan sosok seorang gadis bernama Rose. Namun, bagi Rose hal itu adalah awal dari bencana. Jeno masih menikmati Rose yang terus meliuk-liuk di atas ranjang seperti ular yang sedang menari karena kepanasan. Tanpa basa-basi Jeno mendekap wajah Rose dan mendekatkan wajahnya sedekat mungkin dengan wajah Rose. Jeno ingin sekali menikmati bibir Rose, tapi sayangnya bibir Rose tertutup rapat. Akhirnya Jeno mengambil tindakan menggigit kecil bibir bawah Rose hingga gadis itu berteriak.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.