Share

GRAY LOVE
GRAY LOVE
Author: ailedaalleb

PROLOG

Aku itu putih, kamu itu hitam dan cinta itu abu-abu. Bisa aja sekarang kamu memilih hitam tanpa memedulikan putih. Tapi aku akan terus menawarkan putih dalam hatimu agar mengenal abu-abu. Yaitu, cinta.”

- AF

Gue punya tanggung jawab besar menjaga orang-orang yang begitu penting di hidup gue. Itu yang membuat gue sama sekali nggak peduli dengan orang lainnya karena gue nggak mungkin sanggup menjaga mereka juga.”

- RHS

***

“Hai-hai, apa kabar, guys? Gimana nih cerita liburannya semua? Pasti pada happy dong, ya? Tahun baru jangan dibikin galau-galaulah. Asek! Yang lagi nganggur, gue doain di tahun ini semoga cepat dapet kerja. Yang lagi sakit, semoga cepat diberi kesembuhan. Yang lagi sulit perekonomiannya, semoga cepat jadi kaya. Yang lagi dihantui mulu sama bayang-bayang sang mantan, semoga cepat move on. Dan yang lagi mendam rasa sama si dia, aelah hari gini, masih aja? Haha, gue doain semoga cepat kesampaian tuh rasa. Okelah, kali ini gue mau bacain-” Tut.

Syara mematikan siaran radio di ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh malam sekarang. “Yang lagi mendam rasa?” desisnya. “Okelah.” Satu senyuman mengantarnya tidur malam ini.

***

            Hari ini adalah awal semester kedua di kelas sebelas bagi Syara. Sudah satu setengah tahun ternyata ia berhasil menyembunyikan sesuatu dari seseorang yang selalu ada di pikirannya. Apalagi kalau bukan perasaannya.

            Gadis berambut lurus sepunggung itu ingin ada yang berbeda dalam hidupnya di tahun ini. Hal ini bukan sekali-dua kali terlintas di pikirannya tapi sudah tak terhitung lagi terus menerornya. Ia bertekad harus melakukan perubahan mulai dari sekarang. “Rendi!” panggilnya di parkiran sekolah.

            Cowok itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Tapi ia tak berniat mengatakan apa pun.

            Syara memberanikan diri mendekati cowok itu. Rendi Haris Sandi, sosok yang selalu menyita perhatiannya di sekolah. “Kenalin, aku Syara. Dari kelas sebelas-C.” serunya sambil melempar senyum termanisnya di abad ini. Syara juga mengulurkan tangannya bermaksud mengajak salam. Tapi Rendi justru membalas senyuman itu dengan tatapan dinginnya. Dan tanpa menjabat tangan gadis itu, ia hanya membalikkan badan lalu pergi begitu saja.

***

Gadis bernama lengkap Asyara Faizia yang kerap disapa ‘Syara’ ini sudah menyukai Rendi sejak duduk di bangku kelas sepuluh. Memang tak dimungkiri kalau cowok itu memiliki wajah rupawan yang mampu memikat siapa saja untuk bisa langsung menyukainya. Tapi selain karena wajahnya, sisi lain yang membuat Syara selalu mengagumi Rendi adalah berkat kecerdasan cowok itu dalam segala hal. Selalu dapat juara satu umum, jago olahraga dan ganteng lagi. Itu semua adalah paket komplet yang cowok itu miliki.

***

Sudah berpindah separuh bungkus keripik talas rasa rumput laut itu ke dalam perut Syara sekarang.

“Udah, lo asik makan aja, jadi kapan mau ceritanya?” sewot Aqila, tamu langganan yang diundang Syara untuk membunuh kesepiannya di rumah.

“Aku masih bingung mau mulai ceritanya dari mana, La.”

“Ya tinggal lo kasih tau gue, dia itu orangnya gimana? Gitu aja kok repot sih, Ra?” omel Aqila sambil gantian mencomot keripik talasnya.

Syara berpikir, mencoba menemukan kata yang tepat untuk membuka curhatannya. “Ternyata Rendi itu orangnya irit bicara, lebih irit dari belanja bulanan Bunda yang hobinya borong diskonan. Rendi juga dingin banget, lebih dingin dari es pisang ijo buatan Qila yang bikin gigi aku ngilu terus. Pokoknya, Rendi itu kok berubah kayak monster, sih? Padahal aku yakin banget dia itu pangeran berkuda putih yang dikirim Tuhan untukku.” oceh Syara benar-benar membuat Aqila tercengang.

“Udah ngocehnya?”

Syara mengangguk. “Hm. Terus tanggapan Qila gimana? Aku harus apa?”

Aqila memainkan poninya. “Terserah lo. Kalau lo rasa dia pantas disukai, ya udah tetap aja sukai dia. Kejar dia jangan sampe lolos. Tapi kalau dia nggak pantas disukai, ya anggap dia itu pecundang yang pantasnya dibuang aja deh ke laut. Easy, right?” terang Aqila bijak, memudahkan segalanya.

Mudah sontoloyo. Bagi Syara ini perkara susah. Ia menggigit bibirnya, ragu. “Aku nggak bisa mastiin kalau itu, La. Masih abu-abu.”

“Bener. Memang masih terlalu cepat sih, memutuskan dia itu pantas disukai atau nggak. Wajar lo bilang masih abu-abu karena nggak ada yang pasti. Bisa aja sekarang dia bersikap cuek gitu karena kalian kan masih belum kenal. Nggak tau kalau besok?” jelas Aqila bijak lagi. Di akhir kalimatnya ia meniru gaya Dilan bicara.

Senyum semringah Syara terlukiskan jelas di wajahnya. Kali ini ia tak salah alamat bercerita panjang lebar pada Aqila. Syara mendapatkan jawaban yang ingin ia dengar. Ia pun memeluk erat sahabatnya itu. “Oke, my sweetheart Aqila.”

***

Langit masih memperlihatkan sisa mendung dari hujan deras yang telah reda subuh tadi. Hawa pagi yang dingin menyelimuti tidur Syara, membuatnya terlena hingga bangun kesiangan. Untung, Dewi Fortuna masih berpihak padanya. Ia nyaris saja terlambat. Sepersekian detik sebelum gerbang sekolah tertutup tanpa ampun, Syara berhasil meloloskan diri dan membuatnya aman kali ini.

Sungguh pagi yang memacu adrenalin. Syara harus kembali berlari melombai jalannya Bu Rohimah yang santuy dari ruangan guru menuju kelasnya.

Selamat. Syara bergumam dalam hati sambil mencoba mengatur kembali napasnya yang ngos-ngosan. Bu Rohimah masuk dan memulai pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang ia ajar sampai jamnya berakhir.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status