Share

PART 7 : LEBIH DARI TEMAN?

Safira segera keluar setelah memberikan kopi pada Dexter, dan itu membuat Angelina menatap tak percaya padanya. Entah apa yang terjadi barusan, tapi wanita itu seperti tidak mengenali keduanya.

“Dexter, apa itu Safira?”

Dexter yang hendak meminum kopinya terhenti, udara panas membuat dia meniup air hitam dalam gelas itu. “Seperti yang kamu lihat!”

“Tapi kenapa dia tidak mengenaliku? Sombong sekali dia.”

“Dia tidak sombong—hanya tidak ingat pada kita.”

“Memang apa yang terjadi padanya?” tanya Angelina penasaran.

“Amnesia.” Dexter menaruh minuman dan menyalakan laptop guna kembali bekerja, hari ini terlihat dari jadwal banyak pertemuan yang harus ia hadiri, termasuk nanti malam.

Angelina terdiam lalu berjalan pergi.

“Jangan ganggu dia! Jika kamu melakukan sesuatu yang tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu berada di sampingku lagi!’ ujar Dexter pada Angelina sebelum wanita itu benar-benar pergi dari ruangannya.

Brak! Pintu di tutup dengan keras, membuat Dexter hanya dapat menghembuskan nafas kasar, hal itu sudah biasa terjadi jika Angelina marah padanya. Dan entah berapa kali juga ia harus memperbaiki pintu karena ulah wanita itu.

Saat sedang bersabar, sebuah telepon membuat Dexter menatap ponselnya, ketika tau siapa yang menelpon dia segera mengangkatnya. “Hallo!”

.

Sedangkan di sisi lain Angelina turun ke bawah menuju lantai dimana, Safira turun. Ia tak mendengarkan ancaman Dexter, karena sifat keras kepalanya yang sudah mendarah daging.

Safira yang sekarang membawa kain pel juga ember, terkejut dengan tarikan tangan yang tiba-tiba ia dapatkan. Saat ia tau siapa yang berbuat hal itu, Safira hanya menatap diam bingung.

“Lo pura-pura atau gimana sih?” tanya Angelina yang tak sabar, membuat kerutan di dahi wanita itu semakin bertambah banyak saja.

“Ma-maksudnya apa ya, saya gak paham!”

“Lo Safira kan?”

“Iya nama saya Safira, lalu mbaknya yang ada di ruangan Tuan muda bukan?” tanya Safira dengan tatapan polos, sehingga membuat Angelina mendorong tangannya dan berakhir Safira yang jatuh bersama ember yang dirinya bawa.

Sekarang kaki Safira basah karena air pelan yang ia bawa, wanita itu menatap Angelina dengan mimik heran. Kesalahan apa yang dia buat hingga wanita berbaju seksi itu mendorongnya hingga seperti ini.

“Gue benci sikap lo yang gak tau diri itu!”

Resepsionis memperhatikan itu dan segera merekamnya, ada yang cuma memperhatikan dari jauh karena tak mau terkena masalah dengan sekertaris bos mereka itu.

“Mbak, salah saya apa?”

“Halah pura-pura lupa kan Lo? Bilang aja Lo mau ngedeketin Dexter lagi biar dapet hartanya, Lo denger ya Lo gak bakal dapet sepeserpun dari dia! Lo denger itu!”

Safira semakin tak paham dengan arah pembicaraan ini, apa mungkin dia dulu berteman dengan Dexter dan wanita ini menganggap dia hanya mengincar hartanya.

“Mbak, saya bukan orang seperti itu! Apapun saya di masa lalu, saya yakin saya gak pernah mengincar uang Tuan muda.”

“Halah omong kosong, maling mana ada yang ngaku sih? Kalau ngaku penjara penuh tau gak?”

Safira menggeleng, dia berusaha bangkit hingga sebuah tangan, membuat wanita itu melihat ke atas kembali. Angelina yang tau kalau pria itu akan kemarin tak terkejut sama sekali namun Safira iya.

“Mas Dexter!?”

Angelina melipat tangannya kesal. “Terus aja belain cewek busuk itu!”

Orang yang melihat pertengkaran ini, seperti melihat istri sah melabrak pelakor yang tersakiti. Sedang Dexter hanya bisa menghembuskan nafas kasar, wanita di depannya ini tak pernah tau apa itu ancaman.

“Angelina, kamu udah buat saya muak. Mulai sekarang, saya pindahkan kamu tugas di luar kota.”

“Gak mau.”

“Pindah atau dipecat?” tanya Dexter dengan penekanan penuh di bagian akhir, dia sudah cukup sabar selama ini.

Angelina yang kesal, segera mendorong lagi Safira yang sudah berdiri, membuat Dexter menatapnya marah. “ANGELINA.”

“Kemana aja Lo Safira selama ini? Gue tau Lo itu cuma pura-pura lupa, masih suka kan Lo sama Dexter? Ngaku deh?” tanya Angelina yang membuat pria berumur 26 tahun itu segera menarik tubuhnya menjauh dari Safira yang berusaha mencerna apa yang dia dengar.

Setelah keluar dari kantor, Dexter melepaskan cengkraman tangannya yang membuat Angelina tampak meringis tapi mimiknya masih sama kesal.

“Ngapain sih kamu bawa aku keluar? Dan ngapain juga kamu bela si jalang itu? Selama ini yang ada untuk kamu, aku Dexter, cuma aku!”

Mata Angelina sedikit berkaca-kaca, karena Dexter selalu menganggapnya sebelah mata.

“Memang kamu mendekati aku karena apa? Karena kepopuleran juga uang bukan?” Angelina terdiam karena ucapan itu, sejak dulu Dexter memang amat populer, itupun tak luput dari wajah tampan juga harta yang berlimpah.

Hanya saja tak ada yang berhasil mendekati Dexter, karena pria itu cenderung pribadi yang tertutup, namun Angelina berhasil karena kerap membantunya, yang membuat Dexter akhirnya menjadikan wanita itu teman.

Walau Angelina mengaku pada semua orang bahwa dia adalah kekasihnya, tapi Dexter tak pernah menanggapi hal itu. Hingga sekarang, asal wanita itu masih berguna maka dia tak masalah, namun sikap cemburunya yang membuat Dexter selalu geram.

Terlihat saat ini.

“Lalu apa bedanya dengan jalang itu?” tanya Angelina yang tak terima dengan keterpojokan ini.

“Bagaimanapun kamu tidak akan pernah sama dengan Safira, dia jauh lebih baik dari kamu!”

Dexter segera pergi dari hadapan Angelina, dan terlihat di balik pintu kaca itu banyak orang yang mengerubungi Safira yang pingsan.

Dengan cepat pria itu berlari ke arahnya, dan segera membawa Safira menuju rumah sakit, Angelina mengepalkan tangannya kesal. Kenapa harus Safira, kenapa harus gadis itu?

Lihat saja apa yang ia lakukan nanti.

.

.

Mata Safira terbuka perlahan, bau obat cukup menyengat membuat wanita itu sadar dia dimana, kepalanya terasa sakit.

Berpikir keras selalu membuatnya berakhir seperti ini, namun ia tak pernah menyangka kalau Dexter akan selalu membawanya ke rumah sakit seperti sekarang.

Cklek! Terdengar pintu terbuka, membuat Safira menoleh. Terlihat Dexter yang mantap gusar kearahnya, lalu segera berjalan mendekati wanita itu.

“Sudah mendingan?”

Safira berusaha bangkit, di bantu Dexter yang membuat detak jantung wanita itu tak beraturan, apa selama ini kebaikan pria itu ada hubungan dengan masa lalunya, bahkan mereka bukan sekedar teman lama?

Pletak! Sebuah sentilan di kening, berhasil menyadarkan lamunan Safira. “Jangan berpikir terlalu keras!”

Sekarang wanita itu menatap atas dengan mimik polos. Hal itu membuat Dexter hanya bisa menghembuskan nafas. “Jika kamu tidak banyak mengingat, pasti ingatan itu akan muncul dengan sendirinya! Maka nanti kamu akan tau aku siapa.”

Dexter mengeluarkan kantung plastik yang berisikan obat dari sakunya, lalu dia meletakkan di meja samping ranjang rumah sakit.

“Apa hubungan kita lebih dari teman?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status