Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia begitu ingin mengunjungi Museum Nasional Ibukota China. Hatinya entah mengapa memintanya mengunjungi museum tersebut. Beruntungnya meseum itu yang memang akan selalu di buka setiap hari. Bahkan hari libur seperti hari minggu sekalipun.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya tiba-tiba ingin mengikuti kata hatinya. Biasanya di hari minggu, gadis yang baru berusia 18 tahun itu akan menghabiskan waktunya tidur setelah menjalani rutinitas perkuliahan yang tak seindah yang ia kira. Kini disinilah Feng Ru Ai berada, di dalam museum menyelusuri berbagai benda-benda peninggalan sejarah. Langkahnya terhenti ketika ia memasuki ruangan yang di khususkan untuk dinasti Ming, seakan ada sesuatu yang memanggilnya, Feng Ru Ai melangkah memasuki ruangan yang kini juga di datangi beberapa pengunjung.
Feng Ru Ai mengamati setiap benda-benda peninggalan dinasti Ming, hingga matanya kini tertuju pada sebuah buku usang yang menceritakan sejarah dinasti Ming. Feng Ru Ai mendekat pada buku bersampul usang tersebut, ia mulai menyentuh dan meraba buku itu. Entah mengapa setiap membaca deretan kalimat yang ada pada buku sejarah dinasti Ming Itu, Feng Ru Ai merasakan kerinduan yang mendalam akan tanah Ming.
Hatinya terasa perih, ia merasa sedih tanpa sebab. Hingga saat Feng Ru Ai membaca satu nama yang tak asing untuknya, seketika Feng Ru Ai menangis tersedu-sedu sehingga membuat beberapa pengunjung museum lainnya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan aneh dan bingung.
Feng Ru Ai tak tahu, mengapa ia bisa menangis seperti ini hanya karena membaca satu nama yang sangat femiliar untuknya. Entah mengapa Feng Ru Ai merasa sesak didadanya, ia begitu merindukan sosok pemilik nama itu, ia merindukan tanah Ming, ia juga merindukan segala kegiatan di istana MingQi yang nampak sangat akrab untuknya.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa dirinya menjadi seperti ini? Perasaan aneh apa yang tengah melandanya? Mengapa ia seakan begitu akrab dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dinasti Ming. Hingga mengapa Ia merasakan perasaan bahwa memang seharusnya ia berada disana, bukan disini?
Feng Ru Ai tidak tahu, ada apa dengan dirinya. Mengapa ia masih saja terus menangis. Mengapa ia terus saja merasakan sakit dan juga merasakan perasaan rindu dengan tanah Ming. Hingga Feng Ru Ai tak menyadari, air matanya yang tak sengaja jatuh di atas permukaan kertas lusuh dan usang dari buku sejarah dinasti Ming yang ada di museum bersinar terang dan seketika Feng Ru Ai menghilang.
.
.
.
Feng Ru Ai tidak tahu, mengapa ia tiba-tiba berada di pinggir sebuah danau dengan pakaian yang basah kuyup. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba merasakan dadanya terasa sesak, tenggorokannya terasa sakit, hidungnya terasa perih, serta kepalanya berdenyut sakit.
Kepalanya terasa sangat berat seakan ada palu besar tak kasat mata yang memukul kepalanya bertubi-tubi. Saat ini pandangannya terasa berkunang-kunang, Feng Ru Ai memilih kembali memejamkan matanya seakan kesadaran yang ia miliki perlahan mulai menghilang.
Disisa kesadarannya sayup-sayup terdengar suara dua orang pemuda yang nampak begitu khawatir berada disampingnya, salah satu dari pemuda itu terus saja menepuk pipi Feng Ru Ai pelan dan terus memanggil-manggil namanya berharap gadis itu segera sadar.
"Nona Ai"
"Nona Ai.."
"Nona Ai, hamba mohon sadarlah"
Guncangan demi guncangan Feng Ru Ai rasakan, hingga perlahan matanya yang sempat terpejam perlahan terbuka di susul batuk hebat.
Pemuda yang menepuk pipinya barusan segera membantu Feng Ru Ai bangun dan mendudukannya di pinggir danau, pemuda itu menepuk-nepuk punggung Feng Ru Ai berharap batuk yang gadis itu alami segera mereda.
Seorang pemuda lain yang berada disisinya lantas memeluk gadis itu dengan sangat erat, ia lalu berkata "Sang pencipta masih melindungimu mei mei, syukurlah kau selamat"
Awalnya Feng Ru Ai bingung dengan situasi yang ia hadapi, namun entah mengapa bagian dari dirinya yang selama ini terpendam seakan muncul ke permukaan. Dirinya tiba-tiba merasakan kerinduan kepada sosok pemuda yang memeluknya, ia dengan perasaan rindu yang membuncah lantas membalas pelukan pemuda itu dan mulai terisak.
Feng Ru Ai tidak tahu ada apa dengan dirinya, ia tidak tahu mengapa tiba-tiba saja tubuhnya dengan sepontan membalas pelukan pemuda yang nampak begitu mengkhawatirkannya. Padahal setahu Feng Ru Ai, ini adalah kali pertamanya ia bertemu dengan pemuda itu, tapi entah mengapa hatinya seakan femiliar dan mengatakan mereka sudah saling mengenal sejak lama.
"Syukurlah kami datang tepat waktu, jika tidak.. jika tidak kau pasti mati tenggelam di danau itu" isak pemuda yang masih memeluk Feng Ru Ai.
Tentu saja Feng Ru Ai tak mengerti maksud pemuda itu, setahunya ia berada di Museum nasional ibukota China dan tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan datang entah dari mana dan seketika tubuhnya sudah terkapar di pinggir danau dengan pakaian basah kuyup. Karena penasaran dan juga bingung dengan situasi yang ia hadapi, Feng Ru Ai pun mulai menyuarakan rasa bingung dan penasaran yang ia rasakan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana aku sekarang? Dan... siapa kalian?" Tanya Feng Ru Ai yang membuat kedua pemuda bersamanya terkejut dengan pertanyaan yang Feng Ru Ai.
Pemuda yang memeluknya melepas pelukannya, kedua tangannya ia taruh di kedua pundak Feng Ru Ai. Matanya menatap Feng Ru Ai dengan tatapan tidak percaya, ia lalu berkata "mei mei kau tidak mengenalku?" Tanyanya dengan nada suara tidak percaya.
Feng Ru Ai menggeleng dan berkata "aku tidak mengetahuimu, tapi kau nampak femiliar untukku. Apakah kita pernah bertemu atau kau mengenaliku?" Tanya Feng Ru Ai yang langsung di angguki pemuda itu.
"Kita sering bertemu, dan aku mengenalimu, sangat mengenalimu" jawab pemuda itu cepat.
Feng Ru Ai merasa bingung, bagaimana bisa pemuda yang terus memanggilnya 'mei-mei' mengenalinya dan mengatakan mereka sering bertemu, padahal setahu Feng Ru Ai ini adalah kali pertama mereka bertemu. Walaupun Feng Ru Ai merasa tidak asing dengan wajahnya, tetap saja mereka belum pernah bertemu selama 18 tahun hidupnya.
Feng Ru Ai seorang gadis 18 tahun yang tinggal sendiri dalam rumah mewah yang baginya seperti sebuah sangkar burung yang terbuat dari emas. Ia tumbuh besar dalam asuhan para pelayan tanpa tahu siapa kedua orang tuanya ataukah siapa saudaranya.
Selama ini Feng Ru Ai tidak pernah melihat mereka, setiap hari Feng Ru Ai hanya sendirian di rumah mewah bak istana yang amat sangat suram dan sepi tanpa adanya kebahagiaan. Pergaulan Feng Ru Ai sangat terbatas, ia tak memiliki teman. Bukan karena ia tak ingin bergaul, hanya saja semua orang takut berteman dengannya karena setiap hari ia akan selalu di ikuti oleh para pengawal yang selalu mereka sebut sebagai bodygard. Kehidupan Feng Ru Ai sangat tertutup, lantas bagaimana pemuda yang berpakaian seperti seorang prajurit di masa lalu itu bisa mengenalnya?
Tunggu dulu!
Feng Ru Ai merasa ada yang salah disini, ia menatap pemuda yang baru saja memeluknya. Pemuda itu memakai pakaian Zirah seperti pakaian prajurit-prajurit kerajaan di masa lalu, setelah memperhatikan pemuda itu, Feng Ru Ai mengalihkan tatapannya pada pemuda yang sempat menepuk pipinya hingga tersadar. Pemuda itu mengenakan Hanfu.
Feng Ru Ai ingat pelajaran sejarah yang ia pelajari mengenai Hanfu. Hanfu meliputi semua jenis pakaian tradisional yang dikenakan oleh kelompok etnis Han Cina. Oleh karena itu, ia memiliki sejarah sepanjang dari orang Cina Han. Hanfu telah dihapuskan oleh Manchu Invaders secara paksa di abad ke-17, dan tidak terlalu terkenal di Cina saat ini, kecuali di beberapa daerah kecil yang masih membela kebangkitan dari Hanfu sebagai pakaian nasional Cina.
Hanfu sendiri memiliki sejarah tercatat lebih dari 3.000 tahun. Ia dikenakan oleh orang Cina Han dari semi-legendaris Dinasti Xia (c. abad 21 SM - abad 16 SM) dan semua cara untuk Dinasti Ming (1368-1644). Hanfu telah dianggap oleh Cina Han penting sebagai bagian dari budaya mereka. Yang memakai gaya yang tepat dari Hanfu merupakan bagian dari perbaikan perilaku sopan santun.
Jika pemuda yang baru saja memeluknya dan terus memanggilnya 'mei-mei' mengenakan pakaian lengkap seorang prajurit dari masa lalu, dan pemuda lain yang tidak jauh darinya memakai Hanfu, mungkinkah saat ini Feng Ru Ai terlempar di dinasti Xia ataukah di dinasti Ming di masa lalu? Jika memang ia, ini sungguh sesuatu yang amat gila!
Jika memang Feng Ru Ai saat ini terlempar di masa lalu, ia tak tahu harus berkata apa. Seharusnya ia merasa cemas, seharusnya ia merasa takut dan gelisah, seharusnya ia merasa was-was dan menduga-duga segala kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya. Tapi, bukan itu yang Feng Ru Ai rasakan. Ia tidak merasa cemas , ia tidak merasa takut dan gelisah sama sekali, ia juga tidak merasa was-was akan segala peraduga buruk yang akan menimpanya.Anehnya hati Feng Ru Ai merasa senang, ia senang seakan dirinya memang sudah seharusnya berada disini. Ini aneh. Sangat aneh. Namun entah mengapa hatinya seakan mengatakan bahwa ia memang sudah di takdirkan berada disini.Feng Ru Ai menjambak rambutnya yang basah, ia bingung dan pusing secara bersamaan. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, ia tak tahu mengapa ia bisa berada disini, karena seingat Feng Ru Ai ia tengah berada di museum nasional membaca buku sejarah Ming yang membuatnya menangis tersedu
"Apa yang terjadi, mengapa Ai pulang dengan tubuh yang basah kuyup?" Tanya Jendral besar Hongli khawatir ketika melihat putra sulungnya membopong putri bungsunya masuk tergesa - gesa menuju pavilium Lan bagian barat dari pavilium utama."Nanti ku jelaskan ayah, sekarang tolong pinta pelayan memanggilkan dokter kerajaan sekarang" jawab Feng Qi Qiang.Jendral Holing mengangguk, ia lantas berhenti melangkah dan menatap kepala pelayan Zhong yang kini mengangguk mengerti setelah di perintahkan memanggil dokter kerajaan kepercayaan keluarga Feng."Panggil dokter kerajaan BoQing kemari, pastikan kejadian ini tidak menyebar keseluruh penduduk. Akan sangat merepotkan apabila muncul rumor yang tidak - tidak mengenai Ai, terlebih lagi kita belum tahu pasti apa yang selalu membuat putri kecilku itu selalu diintai dalam bahaya" kata Jendral Holing memperingati kepala pelayan Zhong."Baik tuan besar" jawab pria pa
"Yang mulia, mengapa anda diam saja? Gadis itu menyusup masuk dalam manor anda, apakah kita akan membiarkannya saja?" Tegur Kong Li Yong yang merupakan sahabat sekaligus tangan kanan putra mahkota Rui.Putra mahkota Rui yang selama ini di kabarkan menghilang beberapa bulan yang lalu tak bergemi, ia terus menatap tajam nona muda yang sama sekali tak gentar ataupun takut dengan tatapan tajam dan mengintimidasi darinya.Melihat hal itu tentu saja putra mahkota Rui merasa risih dan terganggu, selama hidupnya tidak ada seorang pun yang tak tunduk dari tatapan mengintimidasinya yang mampu membuat setiap sendi dan tulang semua orang gemetar. Tapi, nona muda yang nampak tak asing dihadapannya kini sama sekali tidak merasakan rasa takut seperti kebanyakan orang yang akan langsung gemetar ketika membalas tatapannya, nona muda yang kini berada dalam halaman manornya malah memberinya tatapan yang sangat sulit untuk putra mahkota Rui artikan dan jabarkan
Sepeninggalan pemuda yang mengantarnya pulang ke kediaman keluarga Feng, Ai hanya terus menunduk dan memperhatikan jalanan setapak yang ia lalui.Pikirannya saat ini berkecamuk dan berkelana entah kemana. Apa yang ia alami begitu rumit dan memusingkan. Ia butuh sebuah pegangan, ia butuh sebuah sandaran. Bebannya kali ini begitu berat, Ai tak mampu menanggungnya sendiri. Ia butuh teman yang mampu membantunya dan memberinya solusi keluar dari kebuntuan yang ia hadapi, ia butuh seseorang yang mampu menemaninya keluar dari tempat yang asing dan tidak ia ketahui kini.Tapi siapa yang akan membantunya, menolongnya, membimbing ataupun menemaninya? Selamanya Ai hanya sendiri. Sendiri melawan sakit, sendiri melawan lelah, sendiri melawan keputus asaan, sendiri bangkit dari keterpurukan dan penderitaan yang berkepanjangan.Hidupnya selalu suram, hanya ada kegelapan yang selalu menemani langkahnya. Tidak ada seorang pun yang memban
Qiang begitu terkejut saat menemukan adiknya terkapar diatas tanah yang kasar dan dingin dihalaman belakang kediaman mereka. Ia lantas segera mengangkat adik bungsunya dan membawanya menuju pavilium barat dan menidurkan kembali adiknya di atas peraduannya yang hangat.Qiang tidak habis pikir, mengapa adiknya bisa berada disana. Seingat Qiang, ia sudah mengecek halaman belakang berulang kali, namun keberadaan adiknya tak ia temukan. Qiang tak tahu berapa lama ia meninggalkan kediaman keluarga Feng sampai tak jika mungkin saja ada persembunyian baru dihalaman belakang kediaman mereka.Awalnya Qiang tadinya hanya hendak mengambil kudanya yang berada dihalaman belakang kediaman guna memperluas pencarian adiknya di ibukota MingQi, tapi siapa yang menyangka, ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri diatas jalan setapak halaman bekalang kediaman mereka.Sepanjang perjalanan menuju pavilium Lan yang berada di bagian
Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya."Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li LienPemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat ma
Seharusnya Ai tidak perlu terkejut ketika ia terbangun dari tidurnya, ia langsung disambut oleh sapaan para pelayan yang akan membantunya membersihkan diri. Hal ini jelas tidaklah jauh berbeda dengan kehidupannya dimasa depan. Setiap pagi Ai juga akan mendapat perlakuan yang sama dari para pelayan yang bekerja dirumahnya, hanya saja saat ini Ai belum terbiasa. Suasana dimasa lalu dan dimasa depan jelas sangat berbeda.Ai tetap saja terkejut dengan keberadaan pelayan yang mengenakan pakaian hanfu yang membalut tubuh mereka dari sengatan matahari ataupun dinginnya hembusan angin yang menyapu permukaan kulit.Ai memperbaiki posisi duduknya, ia sesekali menguap dan mengucek matanya yang terasa gatal. Sejujurnya Ai masih ingin memejamkan matanya, semalam ia kesulitan tidur karena terlalu banyak pikiran. Akhirnya ia baru bisa terlelap ketika hari telah memasuki dini hari.Tidur Ai pun rasanya tidak cukup lama, Ai merasa ia han
Pangeran Rong yang mendapat kunjungan dadakan pejabat pemerintahan kerajaan MingQi seakan merasa diatas awan. Pemuda berusia 24 tahun itu tersenyum menang saat menyaksikan para mentri dan pejabat mulai berebut mencari perhatian dan perlindungan darinya.Saat ini kondisi kaisar Wei menurun drastis. Para mentri dan pejabat pemerintahan dengan yakin dan percaya berpikir jika kematian sebentar lagi kan menyapa kaisar Wei, maka dari itu, sebelum kehancuran terjadi di depan mata, mereka berlomba - lomba menarik perhatian sang calon pewaris tahta yang masih bertahan dengan ambisinya yang besar. Terlebih lagi nampaknya pangeran Rong akan dengan mudah menaiki singgasana terlebih saat ini ia tak memiliki saingan.Keberadaan putra mahkota Rui yang masih belum jelas, juga tidak minatnya pangeran Yan ikut dalam perebutan tahta membuat para mentri dan pejabat hanya memperioritaskan pangeran Rong.Mereka dengan tak kenal lelah da