"Yang mulia, mengapa anda diam saja? Gadis itu menyusup masuk dalam manor anda, apakah kita akan membiarkannya saja?" Tegur Kong Li Yong yang merupakan sahabat sekaligus tangan kanan putra mahkota Rui.
Putra mahkota Rui yang selama ini di kabarkan menghilang beberapa bulan yang lalu tak bergemi, ia terus menatap tajam nona muda yang sama sekali tak gentar ataupun takut dengan tatapan tajam dan mengintimidasi darinya.
Melihat hal itu tentu saja putra mahkota Rui merasa risih dan terganggu, selama hidupnya tidak ada seorang pun yang tak tunduk dari tatapan mengintimidasinya yang mampu membuat setiap sendi dan tulang semua orang gemetar. Tapi, nona muda yang nampak tak asing dihadapannya kini sama sekali tidak merasakan rasa takut seperti kebanyakan orang yang akan langsung gemetar ketika membalas tatapannya, nona muda yang kini berada dalam halaman manornya malah memberinya tatapan yang sangat sulit untuk putra mahkota Rui artikan dan jabarkan.
Mungkin hanya perasaannya saja, putra mahkota Rui menangkap secerca kerinduan yang mendalam di balik netra bening milik nona muda tersebut. Untuk sesaat putra mahkota Rui terhanyut dalam tatapan tersebut, entah mengapa hatinya yang telah sekian lama membeku kini merasakan getaran hangat yang terasa asing untuknya.
Putra mahkota Rui lantas menggeleng, ia tak boleh terhanyut ataupun terbawa akan suasana yang entah mengapa seakan pernah terjadi pada sebelumnya. Ia lantas menoleh dan menatap sahabatnya dan berkata "antar nona muda itu pulang kekediamannya, pastikan ia tutup mulut sebelum rencana kita selesai" kata putra mahkota Rui lalu meninggalkan Yong yang kini mematung karena tak tahu harus mengantar pulang kemana nona muda yang baru saja menyusup di tempat paling rahasia milik putra mahkota Rui tersebut?
Yong yang mendapati situasi buntu lantas menghampiri nona muda yang terus menatap punggung putra mahkota Rui yang semakin menjauh, ia mengamati pergerakan nona muda yang nampak tidak asing dimata Yong tersebut hingga punggung putra mahkota Rui menghilang dibalik pintu pavilium utama.
"Apakah kau mengenal yang mulia putra mahkota Rui?" Tanya Yong menyentak Ai dari lamunannya.
Ai lantas menoleh menatap Yong, ia lalu menggeleng dan berkata "Aku tidak yakin" jawabnya dengan nada ragu
"Tapi entah mengapa, aku merasa sudah sangat akrab dengan pemuda itu" tambah Ai yang membuat Yong mengernyit kening bingung.
"Apa maksudmu nona muda?" Tanya Yong tidak mengerti
"Entahlah, aku juga tidak tahu dengan diriku sendiri" balas Ai "bisakah kau mengantarku pulang? Kediaman keluargaku tidak jauh dari sini" pinta Ai setelah termenung sesaat.
Yong tentu saja mengangguk, ia lantas mengiring Ai keluar dari manor putra mahkota Rui di temani beberapa pengawal dan prajurit khusus yang selalu mengikuti mereka di balik kegelapan.
Sepanjang perjalanan Yong terus berpikir dan mencari ingatan - ingatan mengenai sosok nona muda yang melangkah dibelakangnya, Yong terus berpikir hingga ia tak sadar kini telah sampai pada gerbang belakang kediaman keluarga Feng.
"Terima kasih telah mengantarku pulang" kata Ai menyentak Yong dari lamunan.
Yong lantas menatap sekelilingnya dan begitu terkejut ketika mengetahui tempatnya saat ini berada tepat di gerbang belakang kediaman jendral besar Feng. Yong mengerjap tidak percaya menatap nona muda di hadapannya, pantas saja ia merasa tidak asing dengan nona muda di hadapannya, ternyata nona muda yang selama ini mereka cari untuk dilindungi begitu dekat. Bahkan nona muda tersebut entah memang sebuah kebetulan atau kesengajaan datang ketempat mereka.
"Kalian cukup mengantarku sampai disini, sekali lagi ku ucapkan terima kasih " tambah Ai saat tak mendapat respon apapun dari pemuda yang usianya seumuran dengan pemuda yang selalu memanggilnya mei mei
Ai hendak berbalik dan memasuki kediaman keluarga Feng, namun langkahnya terhenti saat Yong berkata dengan nada memperingati.
"Pastikan tidak ada yang tahu mengenai hal ini, nona muda Feng!"
Ai menoleh dan mengangguk sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Sepeninggalan Ai, Yong menghela nafas berat. Takdir seakan mempermudah rencana mereka, namun apakah pertemuan ini bisa mereka katakan keberuntungan atau sebuah keajaiban? Yong rasa belum saatnya berpikir demikian, pasalnya semua baru saja akan dimulai. Ini baru awal, masih banyak lika liku yang harus mereka hadapi sebelum mencapai merasa puas diri dan merasakan kebahagiaan. Sebab, musuh mereka selalu siap mengintai kapan saja dan dimana saja.
.
.
.
"Mengapa kau lama sekali?" Tegur putra mahkota Rui saat melihat sahabatnya baru saja memasuki ruang kerjanya dengan raut wajah yang sulit untuk putra mahkota Rui artikan.
"Dia.., di- a.. dia nona muda yang selama ini kita cari" kata Yong terbata.
"Apa maksudmu?" Tanya putra mahkota Rui tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya yang sangat membingungkan.
"Dia nona muda yang selama ini kita cari!" Tekan Yong sangat jelas tertangkap di telinga putra mahkota Rui.
"Dia nona muda yang menolong kita dari mara bahaya beberapa bulan yang lalu. Dia adalah putri bungsu jendral besar Feng Hongli yang seharusnya kita lindungi dari para penjahat sejak kejadian dimana dia menyelamatkan kita saat pesta penyambutan dan penghargaan untuk para petinggi militer yang berhasil memenangkan perbatasan selatan melawan kerajaan YongXi" jelas Yong tanpa jeda
Putra mahkota Rui tertengun, jantungnya seakan berhenti berdetak saat ini juga. Penjelasan Yong sangat mengejutkan, hal itulah yang membuat putra mahkota Rui sulit percaya jika takdir mempertemukan mereka dengan mudah.
Nona muda yang menyelamatkan nyawanya ternyata begitu dekat dengannya, nona muda yang tak ia ketahui namanya namun telah terukir dengan jelas wajah ayu dan cantiknya dalam hati dan setiap ingatan dalam memori yang ia simpan ternyata sangat dekat dengannya tanpa ia sadari.
Nona muda yang berhasil mencuri perhatiannya, nona muda yang berhasil memenuhi segala pikirannya sejak beberapa bulan yang lalu semenjak ia dikabarkan menghilang tanpa jejak, nyatanya hanya berjarak beberapa meter dari tempat persembunyiannya. Mengapa mereka begitu bodoh mencari keseluruh tempat yang jauh, padahal nyatanya mereka hanya terpisah jarak beberapa meter. Keberadaannya sangat dekat, namun mereka tak pernah berpikir mencari keberadaannya di tempat terdekat dengan wilayah mereka.
Pantas saja ia merasa femiliar dan tidak asing dengan nona muda tersebut, karena nyatanya ialah nona muda sang dewi penyelamat yang selama ini mereka cari.
"Lalu rencana apa yang akan anda ambil yang mulia? Saat perjalanan pulang kemari, aku mendapat kabar jika jendral Holing menemui yang mulia kaisar untuk meminta bantuan untuk keselamatan nona muda Feng sebagai saksi mata yang menyaksikan kejadian beberapa bulan yang lalu" tambah Yong yang membuat putra mahkota Rui langsung meliriknya cepat.
"Biarkan saja, dengan ayah yang juga turun tangan melindungi nona muda Feng, itu berarti akan semakin kecil cela mereka untuk mencelakai nona muda Feng" jawab putra mahkota Rui
"Lalu bagaimana dengan keberadaan kita? Kita sudah sejauh ini bertahan dan bersembunyi demi mengumpulkan bukti - bukti kejahatan mereka. Apakah semua ini akan berakhir sia - sia dengan ikut campurnya yang mulia kaisar?" Tanya Yong putus asa saat membayangkan usaha mereka akan berujung kesia-siaan.
"Kau tak usah khawatir, selama nona muda Feng bungkam tentang pertemuan tak terduga kita hari ini, tidak akan ada yang tahu keberadaan kita. Buktinya bahkan sudah berbulan - bulan waktu berlalu, tapi pihak kerajaan belum mampu menemukan keberadaan kita. Status kita masih dinyatakan hilang, dan bisa saja seiring berjalannya waktu keberadaan kita mulai terkikis dengan peraduga banyak orang bahwa kita telah tiada" jeda putra mahkota Rui mengambil nafas "dengan kabar bahwa kita telah tiada, bukankah akan sangat menguntungkan kita menangkap para pengkhianat yang ingin menggulingkan ayahanda dan merebut tahta Ben gong? Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat, sebelum menjalankan rencana melempar satu batu dan merobohkan dua musuh sekaligus" tambah putra mahkota Rui tak lupa menyeringai kejam.
"Semoga apa yang anda katakan benar terjadi" balas Yong dengan raut wajah sedikit lega.
"Ah, sebelum kau pergi, Ben gong ingin memintamu mencari informasi mengenai putri bungsu jendral Holing, Ben gong begitu penasaran dengan nona muda Feng" kata putra mahkota Rui tanpa diduga-duga membuat sahabatnya Yong melongo tidak percaya.
Bagaimana bisa disituasi rumit yang mereka hadapi ini, sahabatnya bisa memikirkan rasa ketertarikan pada seorang nona muda? Sangat sulit untuk Yong percaya bahwa pemuda ajaib yang seusia dengannya itu adalah sahabat sekaligus junjungannya.
Sepeninggalan pemuda yang mengantarnya pulang ke kediaman keluarga Feng, Ai hanya terus menunduk dan memperhatikan jalanan setapak yang ia lalui.Pikirannya saat ini berkecamuk dan berkelana entah kemana. Apa yang ia alami begitu rumit dan memusingkan. Ia butuh sebuah pegangan, ia butuh sebuah sandaran. Bebannya kali ini begitu berat, Ai tak mampu menanggungnya sendiri. Ia butuh teman yang mampu membantunya dan memberinya solusi keluar dari kebuntuan yang ia hadapi, ia butuh seseorang yang mampu menemaninya keluar dari tempat yang asing dan tidak ia ketahui kini.Tapi siapa yang akan membantunya, menolongnya, membimbing ataupun menemaninya? Selamanya Ai hanya sendiri. Sendiri melawan sakit, sendiri melawan lelah, sendiri melawan keputus asaan, sendiri bangkit dari keterpurukan dan penderitaan yang berkepanjangan.Hidupnya selalu suram, hanya ada kegelapan yang selalu menemani langkahnya. Tidak ada seorang pun yang memban
Qiang begitu terkejut saat menemukan adiknya terkapar diatas tanah yang kasar dan dingin dihalaman belakang kediaman mereka. Ia lantas segera mengangkat adik bungsunya dan membawanya menuju pavilium barat dan menidurkan kembali adiknya di atas peraduannya yang hangat.Qiang tidak habis pikir, mengapa adiknya bisa berada disana. Seingat Qiang, ia sudah mengecek halaman belakang berulang kali, namun keberadaan adiknya tak ia temukan. Qiang tak tahu berapa lama ia meninggalkan kediaman keluarga Feng sampai tak jika mungkin saja ada persembunyian baru dihalaman belakang kediaman mereka.Awalnya Qiang tadinya hanya hendak mengambil kudanya yang berada dihalaman belakang kediaman guna memperluas pencarian adiknya di ibukota MingQi, tapi siapa yang menyangka, ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri diatas jalan setapak halaman bekalang kediaman mereka.Sepanjang perjalanan menuju pavilium Lan yang berada di bagian
Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya."Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li LienPemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat ma
Seharusnya Ai tidak perlu terkejut ketika ia terbangun dari tidurnya, ia langsung disambut oleh sapaan para pelayan yang akan membantunya membersihkan diri. Hal ini jelas tidaklah jauh berbeda dengan kehidupannya dimasa depan. Setiap pagi Ai juga akan mendapat perlakuan yang sama dari para pelayan yang bekerja dirumahnya, hanya saja saat ini Ai belum terbiasa. Suasana dimasa lalu dan dimasa depan jelas sangat berbeda.Ai tetap saja terkejut dengan keberadaan pelayan yang mengenakan pakaian hanfu yang membalut tubuh mereka dari sengatan matahari ataupun dinginnya hembusan angin yang menyapu permukaan kulit.Ai memperbaiki posisi duduknya, ia sesekali menguap dan mengucek matanya yang terasa gatal. Sejujurnya Ai masih ingin memejamkan matanya, semalam ia kesulitan tidur karena terlalu banyak pikiran. Akhirnya ia baru bisa terlelap ketika hari telah memasuki dini hari.Tidur Ai pun rasanya tidak cukup lama, Ai merasa ia han
Pangeran Rong yang mendapat kunjungan dadakan pejabat pemerintahan kerajaan MingQi seakan merasa diatas awan. Pemuda berusia 24 tahun itu tersenyum menang saat menyaksikan para mentri dan pejabat mulai berebut mencari perhatian dan perlindungan darinya.Saat ini kondisi kaisar Wei menurun drastis. Para mentri dan pejabat pemerintahan dengan yakin dan percaya berpikir jika kematian sebentar lagi kan menyapa kaisar Wei, maka dari itu, sebelum kehancuran terjadi di depan mata, mereka berlomba - lomba menarik perhatian sang calon pewaris tahta yang masih bertahan dengan ambisinya yang besar. Terlebih lagi nampaknya pangeran Rong akan dengan mudah menaiki singgasana terlebih saat ini ia tak memiliki saingan.Keberadaan putra mahkota Rui yang masih belum jelas, juga tidak minatnya pangeran Yan ikut dalam perebutan tahta membuat para mentri dan pejabat hanya memperioritaskan pangeran Rong.Mereka dengan tak kenal lelah da
Ai yang merasa yang dirinya terancam dalam bahaya menguatkan dirinya untuk segera beranjak bangun walaupun tubuhnya kini tengah gemetar ketakutan. Kilasan - kilasan banyangan pria - pria berpakaian serba hitam dengan sebuah pedang mengkilap yang siap menebas lehernya kapan saja mulai berselewaran dalam pikirannya.Instingnya memintanya untuk segera beranjak pergi melarikan diri dari tatapan pemuda yang menatapnya tajam penuh aura membunuh yang pengintimidasi. Walaupun jarak mereka lumayan jauh, Ai mampu merasakan aura membunuh menguar dari tubuh pemuda itu dengan begitu pekat sehingga mampu mengoyahkan setiap tulang dan persendian Ai.Ai tak tahu, sejak kapan ia berlari dan berteriak memanggil Bobo untuk segera mengikutinya pergi dari suasana yang tiba - tiba mencekam hanya karena keberadaan sosok pemuda yang tidak jauh dari tempatnya. Naluri dan instingnya yang bergerak lebih cepat terus memaksanya pergi jauh dari tempat itu, dan satu - sat
Lie dan Yong baru saja memasuki halaman manor putra mahkota Rui yang berada di tengah hutan terlarang yang berada dibawah kaki bukit barat kerajaan MingQi.Lie menatap manor putra mahkota Rui dengan takjub, ia tak habis pikir, bagaimana bisa junjungannya membangun bangunan sebesar ini di tengah hutan dengan begitu megah dan mewah padahal hutan tersebut sudah sangat lama tak terjamah oleh manusia.Bukankah akan sangat disayangkan jika keindahan dan kemegahan yang manor tersebut miliki disembunyikan tanpa dinikmati banyak orang? Keindahan dan kecantikan manor putra mahkota Rui sangat sayang jika dilewatkan.Sayang Lie baru saja sadar, jika putra mahkota Rui bukanlah pemuda yang ingin berbagi miliknya begitu saja. Buktinya, saat posisi pewaris kerajaan goyah, ia tidak tinggal diam walaupun saat ini ia tengah melakukan rencana persembunyian untuk memuluskan rencana yang selama ini telah ia susun."Pantas
Disebuah bangunan yang ada ditengah hutan, nampak tiga orang pemuda saling berhadapan dengan tatapan yang serius. Ketiga pemuda itu ialah putra mahkota Rui, Yong dan juga Lie. Ketiganya saat ini tengah serius membahas masalah yang terjadi di dalam istana dalam.Lie terus menceritakan semua masalah yang terjadi tiga bulan belakangan di istana kepada putra mahkota Rui dan Yong, Lie bahkan tak melewatkan masalah apapun yang terjadi pada keduanya termasuk kejadian baru - baru ini dimana para pejabat pemerintahan mulai bergerak cepak mencari perhatian pangeran Rong yang kini menjadi satu - satunya kandidat yang akan maju mengambil alih takhta kekaisaran karena mereka berpikir putra mahkota Rui tidaklah lagi selamat mengingat waktu terus berlalu dan keberadaannya masih menjadi misteri."Sampai kapan, anda akan terus bersembunyi dan menutup kebenaran yang terjadi? Saat ini istana dalam semakin kacau, yang mulia kaisar Wei bahkan mulai mengabaikan t