Share

Bab 4. Pesona Seorang Pria

Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.

Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.

“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu untuk bersenang-senang. 

“Baik Pak, saya permisi!” Daniel tersenyum senang. 

“Tapi jangan buat masalah ya Niel!” ucap Eldrian mengingatkan

“Iya Ian, siaaapp! Aku masih tau batasan kok! Jangan khawatir,” sanggah Daniel.

Diluar jam kerja Daniel memang memanggil Eldrian tanpa embel-embel “Pak”. Mereka teman sekampus, dan akrab seperti saudara.

“Ya sudah sana!” Eldrian membiarkan Daniel pergi sembari masuk ke kamar hotel dan mulai berganti baju.

Kamar Eldrian cukup luas, kliennya menjamu mereka dengan sangat baik. Semua fasilitas ditanggung oleh pihak investor Dubai. Usai berganti baju, Eldrian berjalan menuju balkon sambil membawa minuman segar yang dia ambil dari kulkas. Dia melihat Dubai memang gila, gedung pencakar langitnya sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Banyak sekali, tidak salah dia memilih investor di sini, karena sekali kesepakatan dibuat cukup besar nominal yang didapatnya.

Eldrian melihat ke arah bawah dan langsung tampak ke area kolam renang. Terlihat Daniel sedang asik disana berbincang dengan beberapa wanita asing. Daniel memang pria penuh pesona, dengan mudah dia mendapat teman wanita. Memang sekretarisnya itu tampan dan fasih berbahasa asing. Tiga bahasa dia kuasai, Inggris, Perancis dan Rusia jadi pasti akan membuat para wanita asing terlebih lagi dari negara yang bersangkutan untuk cepat terkesan dengannya. Ian tersenyum melihat kelakuan temannya itu.

Tampak sesekali wanita asing itu tertawa, mereka mengobrol seperti berjumpa teman lama. Sangat natural dan tampak menyenangkan. Sungguh berbeda dengan Eldrian yang selalu bermasalah saat berhubungan dengan lawan jenis. Kadang dia ingin bertanya pada Daniel tentang tata cara memikat wanita. Tapi tentu saja tidak mungkin karena gengsinya juga ada di atas rata-rata.

“Drrr.....!” Handphone Eldrian bergetar. terlihat beberapa pemberitahuan dan pesan chat yang belum terbuka. Ada satu yang membuatnya terkejut. Pesan dari nomer bernama ILONA. mata Eldrian terbelalak. Dia tak menyangka akan menerima pesan darinya. Dibukanya pesan itu. 

“Ziyan, kamu sakit ya? Kenapa beberapa hari ini tidak masuk?” tanya Ilona. 

Hati Eldrian berbunga-bunga, dia terkesan ada seorang wanita yang menanyakan kabarnya. Terlebih lagi saat dia sedang berstatus sebagai pria biasa bukan sebagai CEO.

Segera Eldrian membuat balasan.

“Tidak Bu, saya hanya di kirim ke kantor pusat oleh Pak Hadi untuk membantu beberapa persiapan launching produk baru Dubai pekan depan,” jawabnya sopan.

Eldrian menunggu, dia penasaran apa pesannya segera dibaca, ataukah segera dibalas. Tapi ternyata sudah beberapa lama dia menunggu Ilona tak kunjung membaca pesan yang dikirimnya. Mungkin dia sedang sibuk batin Eldrian. Eldrian tidak tau kalau Ilona sengaja tidak membuka handphone karena banyak pesan di grup alumni kampusnya. Ya tentang reuni tentunya. Ternyata Eldrian sedang mengirim pesan pada waktu yang kurang tepat.

Pukul 20.00 (Waktu Dubai)

Malam itu dipenuhi dengan lampu yang sangat terang. Bahkan bintang dilangitpun tampak sayu sinarnya. Eldrian berjalan ke arah restoran hotel tempat dia menginap. Perutnya sudah mulai lapar dan ia mengambil beberapa menu prasmanan. Tampak di meja agak jauh arah jam 3. Eldrian melihat Daniel sedang duduk berbincang makan malam dengan seorang wanita. Tapi itu bukan wanita asing. Rambutnya hitam. Wanita itu memakai gaun merah mencolok dengan perhiasan mewah dan tas bermerk. Itu Rachel mantan gadis yang pernah dijodohkan dengannya dulu.

Ayahnya, yaitu Pak Dewangga yang mencarikan jodoh untuk Eldrian, dia putri dari salah satu pria terkaya di Indonesia. Tapi entah bagaimana Daniel mengenal wanita itu. Eldrian tidak mau melanjutkan perjodohan karena dia tau Daniel tertarik dengannya. Begitu pula Rachel, alih-alih mengencani Eldrian, Rachel seperti terlihat lebih nyaman di dekat sekretarisnya itu.

“Ternyata Rachel tinggal di Dubai. Pantas saja Daniel bersikeras untuk segera menangani investor Dubai. Ternyata ini salah satu alasannya,” batin Eldrian.

Dia tidak mau mengganggu kencan mereka dan memilih untuk mencari meja yang tidak terlihat dari pasangan itu. Sambil terus melihat handphonenya Ian mulai menyantap hidangan ala Uni Emirat Arab. Yang pasti memang terasa dominan dengan daging sapi dan kambing. Entah kenapa Ian sempat merasa rindu ingin makan ayam Indonesia. Yup ayam crispy dengan saus keju dan lada hitam.

“Drrrr...!” ada beberapa pesan masuk. Eldrian tampak antusias membukanya tapi itu hanya pesan seputar pekerjaan dan beberapa laporan keuangan.

Rasanya ingin sekali Eldrian menekan nomor Ilona dan memulai panggilan. Tapi dia sadar dia hanya laki-laki kemarin sore yang berstatus OB. Dia yakin Ilona akan tidak nyaman jika Eldrian tampak berlebihan. Eldrian mulai menahan diri. Iga sapi menjadi pelampiasan ketidaknyamanannya, dan memang benar dia menggigit tulang iga sapi itu sampai patah. “Au..!” giginya ngilu. Tulang itu cukup keras meskipun dagingnya sudah empuk dan enak dimakan.

Eldrian merasa bosan dia bermaksud kembali ke kamar hotelnya. Tapi kemudian datang beberapa wanita asing berpakaian minim. Mereka memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa investor Dubainya yang mengirim mereka untuk menemani Eldrian malam ini. 

“Gila!” pikirnya. Fasilitasnya sudah mulai diluar dugaan.

Tapi tampak sekali gadis-gadis itu sedang bekerja untuk menarik sisi laki-lakinya. Eldrian segera berdiri dari meja tempat dia makan. Dia buru-buru permisi alih-alih menanggapi para wanita itu. Bukan karena Eldrian tidak tertarik denga wanita, tapi dia memang benci dengan wanita murahan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi.

Eldrian masuk kamar hotel dan segera menguncinya. Dia agak ngeri bila tiba-tiba ada wanita tak dikenal mengikutinya.

“Hhhhhh....!” Eldrian menghela nafas. Sekali lagi dia menarik diri dari dunia. Kepalanya tiba-tiba berat dan memutuskan untuk rebahan di ranjang empuk bulu angsa.

Dia melihat handphonenya .

PESAN MASUK!

Eldrian membuka pesan dan yup Ilona membalas pesannya. 

“Oh iya Mas Ziyan, saya pikir sakit ternyata memang dipindah devisi, ya sudah kalau begitu,” jawab Ilona.

Belum sempat Eldrian mengetik balasan ada pesan masuk lagi dan itu dari Ilona lagi.

“Hari minggu sebenarnya saya juga ikut acara launching di kantor pusat, tapi saya cancel karena saya ada keperluan. Nanti kalau Mas Ziyan butuh dengan tim marketing bisa langsung ke Bu Wenny saja ya, saya sudah serah terima tugas kemarin, selamat bekerja ya SEMANGAT!” pesan Ilona.

Eldrian sumringah. Seperti mendapat hujan di padang pasir cabang Arab. Pesan Ilona yang biasa saja itu mebuatnya lupa dengan wanita menyeramkan yang baru saja ditemuinya.

“Ya Ilona, terima kasih. Kalau kamu butuh sopir, kapanpun saya siap,” balas Eldrian.

Malam hari di Dubai tampak bersinar dengan nyala kembang api di hati Eldrian. Tampak kembang api itu meledak-ledak dan hanya tampak oleh Eldrian, karena tentu saja malam itu memang bukan malam pergantian tahun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status