Siang itu cafe tempat reuni cukup ramai. Ilona, seorang wanita berambut panjang yang makin cantik dengan rok pendek terusan berwarna putih tulang. Jaket rajut putih crop sebagai outer dan sepatu sandal coklat muda. Rambutnya yang hitam kecoklatan sengaja dibiarkan terurai dengan sedikit ikatan di belakang.
Terlihat beberapa alumnus kampus Ilona mulai hadir. Ada yang datang bersama pasangan bahkan ada yang datang bersama anak-anaknya. Cafe itu cukup besar, arsitekturnya minimalis, beberapa pot bunga cantik, lukisan yang mirip aliran picaso dan alunan musik barat terbaru.
Ilona duduk di sudut sambil menunggu teman satu angkatannya. Maklum saja ini reuni besar jadi hampir semua angkatan ada di sana. Ada yang tampak familiar ada yang bahkan tidak dia kenal.
“Ilona, sudah lama?” tanya seorang wanita yang baru saja datang. Dia adalah Indah teman lamanya, sering mengambil mata kuliah yang sama membuat mereka cukup dekat.
“Kamu tambah cantik Lona,” ujar Indah memuji.
“Ya namanya juga cewek masak iya ganteng say, hihihi,” jawab Lona.
“Aku tambah gemuk ga sih?” tanyanya.
Memang terlihat badan sahabatnya itu makin melebar, memakai kemeja dengan motif garis melintang yang malah membuatnya makin bulat. Hanya saja sebagai teman yang baik, Ilona tidak akan menyinggungnya. Belum sempat dia berkomentar Indah berbisik.
“Aku Hamil!” ucapnya.
Mata Ilona terbelalak kaget. “Hah, hamil!” dia bertanya-tanya karena seingatnya Indah bahkan belum menikah.
“Iya, aku nikah sirih dua bulan lalu!" jelasnya.
“Kenapa harus nikah sirih Indah? Kenapa ga langsung nikah resmi saja?” tanya Ilona menyayangkan.
“Suamiku sudah beristri Ilona!” bisik Indah.
Mata Ilona melotot seperti hampir copot. Mukanya merah dia tidak menyangka kalau sahabatnya seperti itu.
“Apaaaa..!! Kenapa kamu menikah dengan pria beristri Indah? Kenapa kamu mau?” Ilona merasa kelakuan sahabatnya itu kurang pantas.
“Dia bilang dia mencintaiku Lona! Tapi dia tidak bisa menceraikan istrinya karena sudah ada anak,” sanggah Indah membela diri.
“Lalu istrinya, kamu ga peduli perasaan istrinya Indah? Kita ini sesama wanita, apa pantas kita menyakiti hati sesama wanita? Lalu anaknya, apa kau tidak berpikir anaknya butuh sosok orang tua yang lengkap? Bagaimana bisa kamu menjalani hidup seperti itu?” tutur Ilona menceramahi temannya itu panjang lebar.
Indah tersenyum sambil berujar. “PRANK!"
"Hahaha, kamu kenapa percaya banget sih Ilona? Masa iya aku nikah sama cowok genit ihh?” ucap Indah yang tertawa cekikikan karena berhasil mengerjai kawan lamanya itu.
“Nih, pegang perutku! Semua ini gumpalan lemak, asli 100% daging pilihan,” jelas Indah sembari menunjukkan perut buncitnya dengan santai.
Ilona menatap Indah dengan wajah kesal, percuma dia membuang energi untuk berceramah panjang lebar, ternyata teman lamanya itu hanya berniat menjahilinya. Meskipun Ilona kesal tapi di dalam hati dia sedikit lega karena sobatnya itu tidak dalam hubungan yang cukup beresiko dengan seorang pria.
“Duh kamu ini, awas sampai kejadian nikah ga jelas kaya tadi!” Ilona mengingatkan.
“Hihihi, iya..iya,” jawab Indah menepuk pundak Ilona sambil meredakan kekesalannya.
“Gimana? Siapa saja teman kita yang sudah datang?” Indah bertanya.
“Belum banyak mungkin mereka sibuk Ndah, lagian ini kan reuni umum, ga cuma angkatan kita yang datang. Mungkin mereka pikir bakal rame banget jadi malas datang,” ujar Ilona menduga-duga.
“Iya sih aku aja males datang ke sini, gara-gara kamu bilang mau datang aku jadi datang!” jawab Indah sambil celingukan.
"Ya iya lah! Kamu harus datang, kalau kamu ga datang pasti aku pulang!" canda Ilona yang membuat teman lamanya itu tertawa.
Mereka berdua mulai berbincang santai sambil menyantap hidangan yang sudah dipersiapkan. Ada makanan prasmanan berat seperti nasi goreng, mie, kentang, nasi putih, urap dan masakan traditional lain.
Ilona makan nasi goreng dengan tumis daging seperti iga yang dibumbu seperti rendang. Wenny mengambil nasi putih, urap, ikan asin, ayam goreng, sayur nangka dan sambal teri. Mereka makan dengan lahap, sepertinya makanan enak cukup membuat keduanya agak menikmati acara reuni hari itu.
Beberapa alumnus tampak berdatangan tapi tampak tidak dikenal, lalu masuk teman Ilona si cantik kembang angkatan 2016 Fransisca, masih sama seperti dulu dia tampak full make up dengan fashion yang cukup mengesankan. Rambutnya dicat hitam gelap kebiruan, kuku tangannya penuh dengan kutek warna salmon yang soft, pakaian terusan berwarna hitam, dan tas sling bag mahal berwarna putih tulang.
“Halo teman-teman. Apa kabar kalian?” Fransisca menyapa Ilona dan Indah yang sedang asik makan.
“Halo Fransisca, yuk duduk sini!" ajak Indah. "Teman seangkatan kita hampir ga ada yang datang!" Indah menginformasikan.
“Oh ya? Wah ga seru deh!” wajah Fransisca tampak kecewa.
"Sudah ga papa, sana ambil makan dulu! Masakannya lumayan enak lo!" tawar Ilona yang disertai anggukan Indah yang hampir habis memakan nasi urap di piringnya.
"No! Aku diet badanku agak gemukan!" jawab Fransisca yang hanya tertarik dengan air putih di meja.
"Badan segini gemuk! Lalu aku apaan?"ujar Indah tersinggung.
"Kalau kamu itu ga gemuk Ndah, tapi seger! Hahaha," goda Fransisca. “Oh iya, kalian kerja dimana?” tanyanya.
Indah menjelaskan kalau dia sekarang sibuk sebagai manager sebuah toko roti, toko yang membuat aneka cake lezat dan coklat dengan berbagai macam bentuk. Sebuah penjelasan yang cukup masuk akal untuk menelusuri asal muasal gula yang membuat tumpukan lemak di perutnya.
“Kalau kamu Sis?” giliran Ilona bertanya.
“Aku sekretaris di perusahaan developer apartemen Lona, perusahanku bikin banyak apartemen dan menjual unitnya, kalau kamu?” wanita cantik itu balik bertanya.
“Aku jadi staf marketing di perusahaan teknologi R22 TECH, bikin pameran di mall, kadang jaga di show room,” jawabnya.
“Wah, kamu staf di sana? Keren sih setahuku alatnya aneh-aneh aku pernah lihat pamerannya,” ujar Fransisca antusias. “Apalagi bosmu Lona, ya ampun ganteng banget! Beruntung kamu kerja di situ, pasti bikin mata seger ya?” ujar Fransisca bergosip.
“Bos yang mana?” tanya Ilona.
“CEOnya kalau ga salah, dia masih muda, kulitnya putih, badan proporsional, rambut lurus stylish yang pasti wajahnya ganteng banget!” Fransisca menceritakan.
“Masa iya?” Indah ikut penasaran.
Mereka berdua menatap Ilona seperti ingin mendengar berita menarik. Ilona yang tidak tau hanya menggelengkan kepala karena dia memang tidak pernah bertemu dengan bosnya.
“Perusahanku luas ada banyak devisinya, ada banyak kantornya, kalau CEO tempatnya di kantor pusat, jarang ada di kantor cabang, apalagi sering ada urusan keluar negeri, malah ga pernah lihat aku Sis!” jawab Ilona.
“Oh gitu, berarti aku beruntung ya bisa ketemu pas di pameran, duh pokoknya bening lah, coba kamu lihat kalau ke kantor pusat, barangkali ketemu!” ujar Fransisca bergosip.
“Ya..ya..ya!” jawab Ilona sambil memasukkan sup buah ke mulutnya.
Fransisca akhirnya ikut makan, kebetulan di sana juga ada menu gado-gado jawa timuran. Menu sayuran sehat yang rendah kalori. Ketiganya menikmati hidangan dan asik ngobrol tentang kenangan saat masa-masa mereka kuliah dulu.
Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.“Sudah, sudah
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak
2 minggu yang laluMinggu sore, Eldrian terlihat sedang asik membuka katalog kalung berlian di sebuah toko perhiasan. Eldrian ingin memberi kejutan pada kekasihnya Venya nanti malam. Sudah beberapa minggu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Eldrian sedang mengurus beberapa urusan di Jepang. Rencana malam itu adalah menjemput Venya di apartementnya, membawa buket bunga, memesan tempat untuk makan malam, dan memberikan hadiah spesial. Persiapan yang sangat matang untuk sebuah kencan romantis .“Saya mau yang ini!” ujar Eldrian pada pelayan toko.Eldrian memilih sebuah kalung berlian berbentuk kunci kecil dengan lambang hati ditengahnya. Sangat indah, dan mampu mewakili perasaan rindunya saat itu. Sembari mengecek ponselnya dia tersenyum saat tau Daniel sudah berhasil memesan dan mengatur tempat makan yang Eldrian inginkan malam itu. Semua sudah siap sebelum jam 8 malam. Eldrian berdandan sangat tampan. Mengendarai mobil hitamnya dia sudah siap menuju apartement kekasihnya untuk m
Ilona dari pagi tampak mengotak-atik laptopnya dan melihat angka penjualan untuk minggu ini. Cukup lumayan tapi masih belum sampai ke target yang dia inginkan. Membuka website dan mulai mengupdate beberapa produk, Ilona juga mempunyai website pribadi untuk penjualan, semua staf marketing punya, hanya berbeda-beda produk saja. Ilona bertanggung jawab untuk produk robot pembersih, dan semua robot seputar rumah. Sangat laris dipasaran karena selain lucu, teknologinya juga sangat berguna. “Hai Ilona!” seseorang menyapanya. Dia adalah Jeremy rekannya dari bagian desain. “Kamu suka milk green tea?” tanyanya sembari menyodorkan cup minuman dingin. “Wow, terima kasih Jeremy,” ucap Ilona sambil tersenyum. “Gimana penjualanmu minggu ini? Aman?” tanya pria itu lagi. “Masih aman, tapi belum maksimal sih!” jawab Ilona. “Gimana desain iklanmu? Ada kendala?” tanya Ilona balik. “Semuanya sudah fix, sudah ACC Pak Jason kemarin” ujar Jeremy tamp
Kesibukan rutin CEO Eldrian membuatnya hampir tidak sempat melakukan penyamarannya. Ziyan si OB sudah lama tidak main ke kantor cabang devisi 1. Sore hari yang agak senggang membuatnya ingin pergi ke sana dan bertemu Ilona. Setelah menugaskan Daniel untuk mewakilinya bertugas. Eldrian pergi ke kantor cabang dengan membawa mobil box milik kantornya. OB serba bisa itu perannya, mobil kantor bukan sesuatu yang tampak mewah tapi cukup menjadi kakinya agar sampai ke kantor cabang.Eldrian masuk dan membawa sekotak kue. Dia duduk di lobi ruang tunggu dan membuat panggilan. Panggilan untuk Ilona teman barunya di kantor pemasaran. Teman yang cukup cantik dengan karakter baik hati yang gila kerja. Sore hari sudah dekat dengan waktu jam pulang staff. Ilona menerima panggilannya dan segera datang.Terakhir kali mereka bertemu adalah saat makan malam, sebuah malam yang menyenangkan sekaligus canggung. Ziyan tidak pernah menghubungi Ilona begitu juga Ilona. Baru sore hari itu merek