Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan.
“Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya.
“Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.
“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.
“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.
Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.
“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.
Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.
Berdendang angin di bawah awan
Membawa pesan tanpa suara
Berbisik samar dekat di telingga
Menghangatkan jiwa-jiwa yang kesepian
Ruang Kantor Pemasaran
“Drrrrr....drrr....!” handphone Ilona bergetar. Rabu yang sibuk membuatnya tidak telalu peduli dengan beberapa pesan masuk. Hanya panggilan yang berhubungan dengan pekerjaan saja yang dia jawab. Duduk di depan laptop dengan wajah serius Ilona mengotak-atik website dan mencoba mengarang konten iklan. Dia sedang berpikir konsep baru apa yang bisa dia gunakan untuk produk barunya, sebelum iklan diberikan pada staf desain. Ilona memang sering mengajukan proposal, menyumbangkan ide-ide anehnya, kadang konsep horor, kadang konsep komedi, semua itu tampak menarik dan bisa menjadi ide iklan yang original dan mudah diingat orang.
“Ilona..! HPmu berisik tuh!” Wenny salah satu staf mengingatkan.
“Okay..okay.. Aku silent mode aja!” jawab Ilona.
“Buka dulu lah, siapa tau ada berita penting!” Wenny menyarankan.
“Oh ini, ga kok hanya saja grup alumni kampusku mau bikin reuni jadi mereka berisik banget hari ini,” jelasnya.
“Reuni, kamu ga ikut?” tanya Wenny.
"Ya elah Wen, mana sempat, rencana weekend minggu depan aku ikut acara di kantor pusat,” gerutu Ilona.
“Hahaha... Datang aja sih! Aiapa tau dapat jodoh say, masak iya jomblo terus!” Wenny meledek.
Ilona memang gila kerja, setiap hari ke rumah, showroom, kantor saja yang dia tuju. Ilona beralih menatap Wenny sambil menghentikan ketikan jari di laptopnya.
“Resek lu Wen!” Ilona manyun.
“Ahahaha...” mereka tertawa sambil terus melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Tiba-tiba ada bau makanan datang, aromanya sedap sekali seperti ayam saus keju dan beberapa bumbu lada hitam tapi ada juga bau seperti udang dan aroma enak lainnya.
“Permisi Bu, paket makanan untuk Bu Ilona,” suara Ganjar (staff OB devisi iklan) mengantar makanan dari resto cepat saji yang sedang naik daun.
“Loh dari siapa Mas?” tanya Ilona heran.
Dia memang belum makan dan tidak sedang pesan makanan delivery service.
“Ini dari Pak Jason Bu, katanya untuk Tim Bu Ilona,” Ganjar menjelaskan.
“Wah..terima kasih,” jawab Ilona.
Wenny yang sedang lapar langsung mewakili Ilona dan ikut berterima kasih pada Mas Ganjar.
“Asiiik.. ada traktiran Bos!” Wenny mulai membuka kotak makanan.
“Yuk Ilona, makan dulu maag lo entar, mumpung ada makanan enak nih!” ajaknya.
Kalau soal makanan Wenny memang selalu terdepan dan tercepat, wanita bertubuh mungil itu memang suka makan. Hanya saja tak tampak dari posturnya dan seperti hilang dirombak oleh enzim pencernaannya yang hebat.
“Iya..udah kamu makan duluan aja!” Ilona masih asik mengotak-atik laptopnya.
“Ya ampun ga enak nanti keburu dingin, ayolah makan bareng!” Wenny merayu. “Lihat paha ayam ini, saus kejunya sudah memanggil, Lona...Lona...Kemari! Makan aku! Aku enak! Teganya kau mengacuhkan aku Ilona!” Wenny menggerak-gerakkan paha ayam sambil terus mengunyah.
Ilona luluh juga melihat kelakuan teman kantornya itu, dia mengambil kotak makan dan segelas kopi latte dingin kesukaannya.
“Manager kita baik ya, tau aja kalau stafnya sering lupa makan,” celetuk Wenny.
"Iya,” sahut Ilona sembari mulai memasukkan udang kemulutnya.
“ Lumayan enak juga ya makanannya, yuk kapan-kapan kita nongki di outletnya aja”, ajak Wenny. Ilona mengangguk tanda setuju.
Belum selesai mereka makan melintas Mira dan Jenni yang seperti sedang bergosip.
“Hemm, masa iya sih Mir?” tanya Jenni tampak kaget.
“Duh kamu ini kaya ga tau aja, sudah dari dulu dia playboy,” ucap Mira tampak bersungguh-sungguh.
Percakapan mereka terhenti saat tercium bau ayam yang Wenny dan Ilona makan.
“Wooow, makan-makan nih, masih banyak ga? Bagi dong say!”, Jenni tampak sumringah.
“Ini masih banyak,” Wenny menawarkan.
“Asiik!” Mira dan Jeni langsung duduk dan mengunyah paha ayam.
“Eh, kalian gosip apaan sih? Seru amat!” Wenny penasaran.
“Itu loh Wen, si Rendy pacaran sama Siska padahal baru sebulan putus sama Mita. Heboh loh tim devisi 2. Gimana bisa enak kerja kalau setim satunya mantan, satunya pacar, ya ga sih?” jelas Mira dengan wajah meyakinkan. “Sepertinya bakal ada mutasi staf, karena Pak Hadi sudah dengar kalau kerja mereka kurang profesional,” imbuh Mira lagi.
“Tuh Wen dengerin, jangan pacaran aja nanti di mutasi, mending gue jomblo!” Ilona seperti mendapat pembenaran.
Ketiga temannya menatap Ilona dengan wajah meledek setengah kasihan.
“Susah juga ya kalau ngobrol sama jomblo akut,” ledek Jenni.
“Iya Jen parah, sepertinya susah diselamatkan!” imbuh Wenny.
Mira menepuk pundak Ilona. “Sabar ya Bestie!” wajah menyebalkan tampak jelas di wajah temannya itu.
“Sudah-sudah sini ayamnya, jangan dimakan!” Ilona merajuk dan mulai menyita ayam di meja.
“Ahahahaha..” ketiga temannya tertawa melihat kelakuan temannya yang naif itu.
“Ya sudah makan saja semua, siapa tau nanti bisa mimpi kencan sama peternak ayam,” ledek Jenni makin menjadi-jadi.
“Ada yang pernah disemprot pakai hand sanitizer ga!” Ilona mengambil sprayer di meja bagai menghalau virus jahat.
“Kaburrrrr...! Ahahahaha,” Mira dan Jenni lari setelah berhasil membawa kabur beberapa paha ayam.
Ilona menatap Wenny, dan gadis itu langsung mundur dengan medorong kursi kerja berodanya.
“Ampuun Bestie, Just Kidding!” Wenny cengengesan sambil tetap waspada siapa tau dia diserang dengan sprayer.
“Ya sudahlah aku ikut reuni aja,” celetuk Ilona.
Wenny tertawa tanpa suara dan mengacungkan jempol ke arah sahabatnya itu.
“Pokoknya minggu lo yang handle ya, ga ada orang lagi yang paham masalah persiapan launching!” Ilona tiba-tiba menyerahkan tanggung jawab ke Wenny.
“Oh, tidaaaakkkk! Tapi okay lah, aku rela berkorban untuk Bestieku”, Wenny mengedipkan mata menggoda.
“Hamsyong lu Wen!” Ilona tersenyum.
“Dandan yang cantik ya!” imbuh Wenny lagi.
“Ya..ya..ya... Cerewet! Memang apa sih asiknya punya pacar?” gerutu Ilona.
Hari itu berlalu dengan cukup panjang, selepas semua pekerjaan usai Ilona segera keluar menuju parkiran. Wanita ini memang cantik rambut panjang setengah coklat, kulit putihnya tanpa cacat, tubuh tinggi semampai dengan pakaian yang fashionable menjadi satu paket yang mengagumkan. Terlebih isi otaknya, sangat pintar. Beberapa laki-laki di kantor banyak yang menyukainya tapi si flat dan gila kerja itu yang mematahkan hati mereka. Dia hampir tidak memandang pria sebagai pria, semua gender sama, seperti itu perlakuan Ilona ke rekan kerjanya.
Ilona menekan pintu lift untuk pergi ke basement, di dalam dia bertemu dengan Jason managernya dan beberapa staf bagian iklan.
“Selamat malam Pak,” sapa Ilona.
"Oh iya Ilona,” sahut Jason.
Tampak beberapa staf iklan tampak sibuk berkonsultasi sambil jalan dengan bosnya itu. Maklum Jason selalu sibuk, jadi dia selalu terbuka untuk stafnya berkonsultasi di manapun dan kapanpun, selama itu di kantor. Setelah pulang kantor kami para staf tidak berani menggangu waktu istirahatnya. Karena sangat dipastikan waktu istirahatnya sangat minim.
Staf iklan turun kelantai 2 dan tinggal Ilona dan Jason saja yang tetap tinggal di lift menuju ke parkiran basement.“Gimana ayamnya enak?” tanya Jason.
“Oh iya Pak, tadi saya mau bilang terima kasih, tapi sepertinya Bapak masih sibuk sekali,” jawab Ilona sungkan.
"Enak nggak?" tanya Jason lagi.
“Gurih dan empuk ayamnya Pak, cocok banget datang pas saya lapar,” ujarnya.
“Hahaha, itu artinya kerasa enak karena memang pas kamu lapar aja Ilona!” Jason tertawa meledek.
“Ah, nggak kok Pak! Beneran enak! Tuh si Wenny, Mira sama Jenni juga ikut makan, malah ayamnya dibawa kabur,” imbuh Ilona.
“Berarti jatah ayam kamu kurang dong?” ledek managernya lagi.
“Ya ga gitu juga sih pak, mereka aja yang resek!” sambil membela diri.
“Ya udah next time kita makan di outletnya langsung aja ya bareng sama tim kamu!” ujar Jason menawarkan.
“Siap pak, beneran ditunggu lo! Hihihi,” Ilona tersenyum.
“Oh ya Pak saya permisi duluan ya, terima kasih traktirannya, kita pasti lebih semangat kerjanya Pak,” ucap Ilona sembari menunduk sopan kemudian berlalu sambil sedikit berlari kecil ke arah mobilnya. Jason hanya tersenyum melihat tingkah stafnya itu.
Hari ini Mama Ilona sengaja datang ke apartementnya, karena itu dia ingin segera pulang dan bertemu dengan ibunya. Mobil melaju dengan cukup hati-hati dan sampai juga dia di apartementnya. Mama Ilona pasti sudah datang, beliau bisa masuk dengan mudah karena Ilona memang memberinya kunci cadangan.
“Ma...!” Ilona membuka pintu sembari memanggil mamanya.
“Ilona, itu kamu Nak?” terdengar suara lembut dari dalam rumah.
Mereka berpelukan, tampak saling merindukan, sudah beberapa bulan Ilona tidak berkunjung ke rumah mamanya karena selalu sibuk bekerja.
“Gimana kerjanya? Lancar Nak?” mulai mengajak ngobrol sambil mengeluarkan beberapa makanan.
“Sup Merah Iga Sapi! Asikk...Makasih mama!” tanpa menjawab pertanyaan ibunya Ilona lebih fokus ke makanan yang dibawa.
“Rendang Padang! Ahhh, Mama memang terbaik!” Ilona memeluk ibunya sambil terus fokus pada makanan.
“Gimana kok kerjanya? Lancar?" mama mulai bertanya lagi.
“Lancar Ma..! Aamaannn..!” Ilona menenangkan.
“Pacar gimana? Sudah punya belum?” tanya mama Ilona penuh harap.
Sambil mengunyah kroket ayam Ilona menggeleng tanda dia masih belum punya kekasih.
“Udah lah, Mama tenang aja, jodoh pasti datang pada waktunya!” Ilona berdalih.
“Iya nak, pasti datang, tapi untuk orang yang mau berusaha,” celetuk mama yang paham benar kelakuan anaknya.
“Hehehe, aku mandi dulu ya,” Ilona mencoba kabur dari introgasi ibunya dan menuju kamar mandi.
Hari itu penuh dengan makanan, makanan memang salah satu cara mendekatkan sebuah hubungan. Terlebih pada orang dengan perut-perut yang sedang lapar.
Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu
Siang itu cafe tempat reuni cukup ramai. Ilona, seorang wanita berambut panjang yang makin cantik dengan rok pendek terusan berwarna putih tulang. Jaket rajut putih crop sebagai outer dan sepatu sandal coklat muda. Rambutnya yang hitam kecoklatan sengaja dibiarkan terurai dengan sedikit ikatan di belakang.Terlihat beberapa alumnus kampus Ilona mulai hadir. Ada yang datang bersama pasangan bahkan ada yang datang bersama anak-anaknya. Cafe itu cukup besar, arsitekturnya minimalis, beberapa pot bunga cantik, lukisan yang mirip aliran picaso dan alunan musik barat terbaru.Ilona duduk di sudut sambil menunggu teman satu angkatannya. Maklum saja ini reuni besar jadi hampir semua angkatan ada di sana. Ada yang tampak familiar ada yang bahkan tidak dia kenal.“Ilona, sudah lama?” tanya seorang wanita yang baru saja datang. Dia adalah Indah teman lamanya, sering mengambil mata kuliah yang sama membuat mereka cukup dekat.“Kamu tambah cantik Lona,” ujar Indah memuji.“Ya namanya juga cewek ma
Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.“Sudah, sudah
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak
2 minggu yang laluMinggu sore, Eldrian terlihat sedang asik membuka katalog kalung berlian di sebuah toko perhiasan. Eldrian ingin memberi kejutan pada kekasihnya Venya nanti malam. Sudah beberapa minggu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Eldrian sedang mengurus beberapa urusan di Jepang. Rencana malam itu adalah menjemput Venya di apartementnya, membawa buket bunga, memesan tempat untuk makan malam, dan memberikan hadiah spesial. Persiapan yang sangat matang untuk sebuah kencan romantis .“Saya mau yang ini!” ujar Eldrian pada pelayan toko.Eldrian memilih sebuah kalung berlian berbentuk kunci kecil dengan lambang hati ditengahnya. Sangat indah, dan mampu mewakili perasaan rindunya saat itu. Sembari mengecek ponselnya dia tersenyum saat tau Daniel sudah berhasil memesan dan mengatur tempat makan yang Eldrian inginkan malam itu. Semua sudah siap sebelum jam 8 malam. Eldrian berdandan sangat tampan. Mengendarai mobil hitamnya dia sudah siap menuju apartement kekasihnya untuk m