Siang menjelang sore. Ziyan yang tampak murung duduk di kantin dan makan mie ayam. Tak lama kemudian ada seseorang menyapanya.
“Hai Ziyan, gimana kerja hari pertama?” suara seorang wanita.
Dia Ilona, wanita yang tadi menyapanya saat awal datang ke kantor. Sambil membawa segelas kopi latte dingin wanita itu menyodorkan kopi ke Ziyan.
“Nih, kopi! Enak lo seger, biar ga ngantuk,” Ilona menawarkan.
Dengan santai Ilona duduk di depan Ziyan dan meminum kopi dingin miliknya.
“Wah, hari ini sibuk sekali, aku baru saja ke showroom di kantor pusat, di sana rame banget,” Ilona mulai mengajak ngobrol. Ziyan yang masih bengong menatap wanita itu dengan heran, entah apa yang dipikirkannya.
“Kamu kenapa Ziyan?” Ilona menyadari lawan bicaranya itu sedikit tidak bereaksi. Ziyan sadar dan mulai ngobrol juga.
“Ah, ga papa Bu, hanya capek naik turun angkat barang,” jelas Ziyan.
“Oh, begitu ya, seharusnya OB itu ada tiga di sini karena kerjaannya banyak banget. Tapi sepertinya masih belum dapat orang. Kalau kamu punya teman yang butuh kerja, suruh lamar saja disini buat bantu kamu!” ujar wanita itu.
Tak sadar terlintas di kepala Ziyan (Eldrian) Pak Supri dan Pak Tony, tapi tentu saja dia tidak mau melibatkan asisten rumah tangganya untuk kegilaannya.
“Eh iya, begini Ziyan, besok kan saya ada acara pameran produk di mall, apa bisa saya minta tolong kamu untuk bantu saya?” tanya Ilona. Pak Hadi ya yang memasukkan kamu ke devisi ini? Biar saya chat dia ya?” wanita itu berharap.
Ziyan agak terkejut tapi dia mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan ke Pak Hadi karena Ilona sedang menghubungi Pak Hadi lebih dahulu. Selang beberapa lama, Pak Hadi menghubungi Ziyan dan dia menyetujui tawaran Ilona.
“Yes boleh! Jadi fix ya! Kamu jadi asisten saya besok ya Ziyan, Terima kasih! Besok kita berangkat jam 9 ya dari kantor ya!” ucap Ilona sambil tersenyum Ilona dan pergi berlalu.
Ziyan menatap wanita itu dengan tatapan aneh, dia merasa ada yang berbeda darinya dan itu membuatnya sedikit penasaran.
Rumah Kediaman Eldrian
Selasa pagi, Eldrian berangkat ke kantor dengan motor matic untuk kedua kalinya. Pak Supri lagi-lagi menghela nafas mendalam melihat juragannya itu bertingkah aneh dari kemarin. Eldrian kali ini memakai kemeja yang lumayan rapi, outfitnya hari ini sudah tampak sama dengan staf office. Rencana hari ini Ilona akan mengajaknya untuk membantu pameran produk, cukup menarik bagi Eldrian (Ziyan si OB palsu) untuk meninjau lokasi para stafnya menjual produk perusahaan, yup tentu saja karena perusahaan itu miliknya.
“Selamat pagi Ziyan ayo kita berangkat!" ajak Ilona yang tiba-tiba datang dan langsung mengajaknya pergi ke lokasi pameran produk.
“Bisa tolong bawakan barang?" Ilona menunjuk beberapa tas berisi flipchart dan beberapa standing banner.
“Baik Bu Ilona,” Ziyan bergegas.
Mereka masuk ke mobil milik Ilona dan wanita itu mulai menyetir mobil.“Kamu bisa menyetir mobil Ziyan?” tanya Ilona membuka pembicaraan.
“Bisa Bu!” jawabnya.
“Wah enak, nanti kalau saya capek gantian ya bawa mobilnya, ada SIM kan?” tanyanya lagi.
“Ada Bu,” jawab Ziyan.
“Wah, sip dong, ga salah saya ngajak kamu Yan,” ucap Ilona senang.
Mobil itu melaju melewati beberapa gedung, pertokoan dan sesekali menyalip mobil di depannya. Terlihat Mall HI-Tech tempat mereka akan mengadakan pameran. Suasananya tampak ramai, beberapa pengunjung terlihat antusias mengamati pameran alat-alat teknologi di stand yang ada di sana.
Ziyan dan Ilona sampai di lokasi mereka mengadakan pameran, beberapa produk teknologi terbaru dari perusahannya sudah dipajang dengan rapi, Ilona meminta tolong Ziyan untuk membantunya mensetting banner dan lainnya. Ilona cukup sibuk mengatur beberapa staf tampak wajahnya sangat serius. Ziyan mulai melihat sekeliling, dia sangat paham betul satu persatu produk baru disana. Sudah pasti karena dia sendiri CEOnya. Pria ini cukup teliti, dan selalu mengecek produk baru keluaran perusahaannya.
“Ziyan, bisa tolong bantu Pak Candra?” Ilona memanggil dan mengenalkan staf teknisi padanya.
“Tim Pak Candra ada yang sakit hari ini, tolong bantu dia ya!” ujar Ilona.
“Baik Bu!” dengan segera Ziyan mengikuti Pak Candra.
Pekerjaan Pak Candra cukup banyak tapi dengan sedikit arahan ternyata Ziyan bisa mengatasi banyak hal teknis. Bagaikan staf teknisi profesional pria tampan itu mulai mengecek satu persatu alat dan membetulkan apa saja yang tampak kurang beres di lokasi pameran. Bahkan beberapa produk pembersih robot keluaran terbaru Ziyan paham dan bisa mengoperasikannya.
Ilona heran, bagaimana bisa seorang OB dengan kualifikasi pelamar tamatan SMA bisa melakukan hal teknis seperti lulusan teknik.Eldrian yang berpura-pura menjadi Ziyan lupa bahwa posisinya adalah OB, sifat perfeksionis dan profesionalitas kerja CEOnya memang sangat sulit disamarkan.
“Kak Ilona, itu siapa?” tanya Helena sales marketing outlet sebelah pada Ilona.
“Oh itu Ziyan staf baru” jawab Ilona.
“Boleh juga, kenalin dong kak!” Helena mulai genit.
“Ya elaahh,,, udah sana kerja, tuh SPVmu ngelihatin,,,,husss sana!” Ilona tersenyum dan menyuruh Helena pergi.
“Pokoknya pulang kerja aku mau kenalan!” Helena memaksa. Ilona hanya tersenyum kecut.
Acara berjalan dengan lancar, seperti biasa Ilona sebagai pembicara, sangat menonjol dengan presetasi produknya ke para tamu, pengunjung dan calon investor. Eldrian (Ziyan) menatap wanita itu dengan bangga, dia senang memiliki staf seprofesional Ilona di garda depan perusahaannya.
“Wah, akhirnya selesai juga ya,” kata Ilona lega. “Kamu lapar ga? Hayuk... kita cari makan dulu!” ajak Ilona.
Ziyan mengganguk dan mengikuti bosnya. Mereka duduk di area pujasera mall itu, Ilona pergi untuk memesan makanan. Dia bersikeras untuk mentraktir Ziyan karena pada hari ini lelaki itu banyak membantunya. Dari kejauhan sepasang mata mengamati. Yup itu si Helena, wanita genit dari outlet sebelah. Melihat Ilona dan Ziyan sedang makan, Helena sengaja datang dan langsung duduk di sebelah Ziyan.
“Hai Ilona, udah kelar kerjaannya?” sambil basa- basi menyapa Ilona, Helena langsung berkenalan dengan Ziyan.
“Halo, kenalin kak, namaku Helena aku kerja di outlet sebelah ya,” tuturnya sambil tersenyum. Helena mulai mengajak Ziyan berbincang- bincang.
“Kak Ziyan di bagian staf apa?” si Helena mulai kepo.
“Aku OB," jawab Ziyan datar.
“OB? Ah jangan bercanda dong! Kakak di staf bagian apa?” si Helena mulai kaget dan bertanya ulang untuk menegaskan.
“Office Boy!” jawab Ziyan tegas.
Helena kaget dan menatap ragu ke Ilona. Ilona mengangguk disambut dengan wajah kecewa Helena.“Kupikir staf marketing baru Kak!” ucap Helena ketus.
“Kemarin Ziyan ini masuk jadi staff Office Boy baru di kantorku Helena, hebat loh dia rajin orangnya,” puji Ilona.
“Oh gitu ya,” jawab si Helena sembari tersenyum kecut.
Wanita itu segera mencari alasan dan kemudian pamit dengan dalih masih ada pekerjaan.
Ziyan hanya diam, dia berpikir, “Hem,,ada lagi wanita seperti ini,” batinnya. Sepertinya akan selalu dia temui dimanapun dia berada batin Ziyan lagi. Ilona melihat lawan bicaranya itu terlihat lebih diam sejak bertemu Helena tadi.
“Hayo, mikir apa!” tanya Ilona sambil menepuk pundaknya.
“Udah tuh nasi gorengnya dimakan!” Ilona berusaha mencairkan suasana.
“Hemm, iya Bu,” Ziyan mengangguk.
“Eh iya Yan, saya mau bilang, jangan panggil saya Bu dong! Saya masih 26 tahun, belum jadi ibu-ibu, Pliss...panggil aku Ilona aja ya! Tapi misalnya di kantor atau acara formal gitu kamu panggil ibu ya ga papa juga sih, ahahaha” ucap Ilona mencoba akrab.
Ziyan menatap wajah Ilona, dia melihat mata yang tulus di wajahnya. Entah kenapa Ziyan seperti menemukan permata melihat wanita itu. Jantungnya berdetak “Deg!” wanita ini berbeda,” batinnya.
“Udah, yuk balik ke kantor Yan,” ajak Ilona.
“Ya Bu, eh, okay Ilona,” sahut Ziyan menyebut namanya.
Ilona terlihat sedikit terkejut dengan panggilan itu. Ilona tersenyum ramah dan mereka kembali ke kantor. Kali ini Ziyan yang menyetir, awalnya Ilona ragu tapi setelah melihat kemampuan Ziyan menyetir dia menjadi tenang.
“Yan, skill menyetirmu boleh juga lo. Apa mau saya bantu melamar ke bagian transportasi perusahaan kita?” Ilona membuka pembicaraan. Ziyan hanya tersenyum.
“Lumayan loh gajinya, sama kaya staf admin kita," tutur Ilona.
“Jadi ceritanya saya diusir ke devisi lain nih?” Ziyan mengajaknya bercanda.
“Hahh...? Hahaha, ya ga gitu lah, kalau saya sih senang kalau dibantuin kamu terus Yan. Kerjaan jadi cepet. Tapi saya ga boleh egois juga kan, kalau saya tau kerjamu bagus dan kamu punya potensi lain kan saya bisa menyarankan untuk kamu berkarier di sini, ya kan,” jelas Ilona.
Ziyan tidak berkomentar dia hanya tersenyum dan tetap memandang jalan. Tampak sesekali ada senyum di bibir tipisnya, dia senang ternyata wanita yang ditemuinya itu tipe yang sangat rasional. Jam 4 sore mereka sudah sampai di kantor lebih cepat dari perkiraan, jalanan yang biasanya macet hari ini cukup lengang. Sesampainya di depan kantor, Ziyan melihat sosok laki-laki yang dia kenal. Yup,,, itu Daniel, sekretaris pribadinya di kantor pusat. Sepertinya akan ada urusan penting yang harus dia kerjakan. Daniel menatap Ziyan dan langsung mendatanginya.
“Mas Ziyan, bisa minta tolong ambil barang sebentar?” Daniel memanggil Eldrian dengan nama samarannya.
“Oh iya Pak," Ziyan langsung mengikuti Daniel setelah berpamitan dengan Ilona.
Dua orang itu berlalu pergi keluar kantor. Ilona merasa agak aneh, karena dia tak tahu dan tidak pernah melihat Daniel sebelumnya, terlebih laki-laki asing itu memakai kartu tag nama perusahaannya.
hi.. terima kasih sudah membaca sampai bab dua. Tetap ikuti kisah Ilona dan Ziyan sampai habis ya :)
Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan. “Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya. “Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.Berdendang angin di bawa
Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu
Siang itu cafe tempat reuni cukup ramai. Ilona, seorang wanita berambut panjang yang makin cantik dengan rok pendek terusan berwarna putih tulang. Jaket rajut putih crop sebagai outer dan sepatu sandal coklat muda. Rambutnya yang hitam kecoklatan sengaja dibiarkan terurai dengan sedikit ikatan di belakang.Terlihat beberapa alumnus kampus Ilona mulai hadir. Ada yang datang bersama pasangan bahkan ada yang datang bersama anak-anaknya. Cafe itu cukup besar, arsitekturnya minimalis, beberapa pot bunga cantik, lukisan yang mirip aliran picaso dan alunan musik barat terbaru.Ilona duduk di sudut sambil menunggu teman satu angkatannya. Maklum saja ini reuni besar jadi hampir semua angkatan ada di sana. Ada yang tampak familiar ada yang bahkan tidak dia kenal.“Ilona, sudah lama?” tanya seorang wanita yang baru saja datang. Dia adalah Indah teman lamanya, sering mengambil mata kuliah yang sama membuat mereka cukup dekat.“Kamu tambah cantik Lona,” ujar Indah memuji.“Ya namanya juga cewek ma
Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.“Sudah, sudah
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak