Empat dari Lima Bedebah

Empat dari Lima Bedebah

By:  Putra pribumi  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
20 ratings
20Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Galang, seorang pegulat bebas (MMA) yang sangat ditakuti mendapat sebuah tawaran pembantaian keluarga politik dengan imbalan dia akan dipertemukan dengan adiknya yang lama hilang. Namun ketika telah selesai membantai keluarga itu dia mengalami kecelakaan di tengah jalan, seorang gadis bernama Lila menolongnya. Lila gadis yang sangat manis, dan Galang menaruh perhatian terhadapnya tapi belakangan ia mengetahui bahwa Lila adalah anak tertua dari keluarga yang dia bantai. Akan kah dia sanggup menutupi perbuatannya? Lalu dimana kah adiknya sekarang? Seseorang yang memerintahnya kemudian mengirim surat kepadanya, jika Gilang ingin melihat adiknya dengan selamat dia harus menyelesaikan pembunuhan anggota keluarga yang tersisa, yaitu Lila. Galang, mau apa kau sekarang?

View More
Empat dari Lima Bedebah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
catatan madina
terus semangat berkarya mz.putro...kebanggaan om .........
2022-06-13 11:45:11
1
user avatar
Aldy arc
Ceritanya bagus, Kak. Semangat.
2021-12-12 10:10:03
1
user avatar
The_BlueMoon
Berasa harus milih cinta atau keluarga ;"
2021-11-25 11:32:45
1
user avatar
Buenda Vania
ceritanya sangat misterius, keren
2021-11-25 11:27:52
1
user avatar
Jasmine
Wah misinya ga main-main. Penasaran kisah selanjutnya..
2021-11-25 08:20:17
1
user avatar
Nina Milanova
Auto masukin rak. Lanjutkan, Kak!
2021-11-25 05:24:34
1
user avatar
Faver
Wow. Cerita berbau nuansa crime nih. Mantap.
2021-11-24 23:36:00
1
user avatar
Iekyu
asli seru banget ceritanya kak
2021-11-24 14:46:38
1
default avatar
Naonao
suka banget cerita yg beginian, semangat Thor !
2021-11-21 10:22:31
1
user avatar
Erik Setyawan
Niceeeeee niceeeee
2021-11-20 07:33:11
1
user avatar
Titin Ramawati
I like. Seru ceritanya
2021-11-20 07:30:52
1
user avatar
Wonder Icy
Kasihan ya Galang, tapi keren sih hidupnya penuh perjuangan gitu.. semangat kak
2021-11-20 02:34:23
1
user avatar
Putri Wahyuni
Keren banget!!! Greget bacanyaaaa
2021-11-19 17:26:15
0
user avatar
icher
Bagus kak, ceritanya sangat menarik. Semangat terus ya
2021-11-19 16:07:34
0
user avatar
Ai
Seru ceritanya. Mengasah otak.
2021-11-14 18:53:52
1
  • 1
  • 2
20 Chapters
BAB 1 AWAL DARI SEMUANYA
Pukulan tangan kiri Andrian akhirnya menembus pertahanan Galang, kepalan tangannya menghantam rahang bawah pria yang terkenal dengan ke kolotannya itu. Sepersekian detik berikutnya, tangan kanan Andrian menghantam pelipis kiri Galang dengan gaya pukulan menyilang. Sarung tangan dengan tebal 2 cm itu rasanya tidak menimbulkan efek meredam apa pun, pukulan terasa sangat sakit. Kaki Galang tersentak mundur, tubuhnya sedikit terempas hampir tersungkur dan ia mengalami disorientasi sesaat, telinganya berdenging. Galang terlambat melakukan pertahanan, dia meremehkan stamina lawannya yang sudah bertahan di atas ring selama 4 ronde. Dengan kecepatan seekor tupai, Andrian melanjutkan serangannya, ia melompat, mendekap tubuh Galang hingga mereka berdua pun menjerembap di matras. Penonton bersorak kegirangan. Andrian yang sejak awal dipukuli habis-habisan, kini membalik keadaan di dua puluh detik ronde terakhir ini. Pergulatan terjadi, Galang mencoba melepaskan pelukan Andrian, namun posisi Andr
Read more
BAB 2 LENYAP
"GILA, dapet banyak lo, To?" pekik Udin dengan takjub. Pria bermulut agak monyong ini pemilik warung kopi dua puluh empat jam di Kampung Melayu. Ia memegang secarik kertas putih yang berisi kombinasi angka acak. Dan untuk kesekian kalinya Udin mencocokan nomor di kertas tersebut denganp catatan di bukunya. "Ssttt, gak usah kenceng-kenceng napa, Din. Buruan sini duitnya ah. Mau berapakali lo cek juga tetep cocok nomernya." desak seorang pria bertubuh pendek yang berdiri di ambang pintu warung. Suara tawa terbahak-bahak menembus bilik kayu sampai masuk ke dalam warung. Di luar, empat orang pria sedang asik bermain kartu Poker. Salah seorang di antara mereka mengumpat dengan kesal, berbagai macam kata makian keluar dari moncongnya. Ketidak-ahliannya m
Read more
BAB 3 HANUM YANG HILANG
Suara sirine Ambulans, gemeretak baut-baut kendur, celoteh mulut-mulut bergosip dari depan, desis roda yang berputar semakin kencang, nyanyian angin yang berlalu. Galang setengah sadar mendengarkan itu semua. Dia terkapar di atas ranjang pasien yang telah reyot. Napasnya dibantu oleh tabung oksigen. Perempuan yang menyelamatkannya tidak terlihat ikut di ambulan ini.  Galang menutup matanya lagi.   Koak burung camar dari atas sana menyeruak sampai ke telinga Galang yang merintih kesakitan. Dia sadar dengan susah payah, sekujur tubuhnya gemetar berlumur darah. Gemeletuk roda kereta sudah semakin menjauh dari pendengarannya.  Beberapa menit lalu -sebelum kejadian- gendang telinganya dipenuhi klakson kereta yang semakin keras mendekat, merobek telinga. Mobil yang dikemudikan ayahnya entah kenap
Read more
BAB 4 Kasus
Pukul 06.00 di kantor kepolisian, Telapak tangan komandan berbintang tiga itu menggebrak meja dengan keras. Jejeran gelas serta alat tulis di atas daun meja melompat bergetar. Air di dalam gelas tersebut terkoyak hampir tumpah. Kedua bola mata komandan memandangi satu per satu orang di ruangan brifing para penyidik. Hanya ada enam orang di ruangan berukuran 5 x 6 m² tersebut, duduk mengelilingi meja panjang. Komandan mengambil sebuah tongkat kayu, diketuknya dengan tegas muka papan tulis putih di depannya itu. Air muka komandan yang sangar dengan kumis tebalnya yang bergerak-gerak seperti ulat bulu, membuat semua orang tegang memandanginya."Eros! Kau, lihatkan daftar kasus in
Read more
Bab 5 Rumah
Pukul 09.12 Baru saja Lila memarkirkan mobil, sebuah ambulan mengaung pergi menjauh dari halaman rumahnya. Kepala Lila menatap perginya mobil tersebut yang melaju cepat melewatinya, buru-buru ia berlari menuju rumah. Ia memelankan langkah lari ketika hampir sampai, menatap nanar ke rumah. terbatuk akibat bau hangus yang sangat menyengat. Hampir semua orang yang ada disitu, memandanginya dengan tatapan bersimpati. Lila berjalan pelan menerawang ke seluruh bangunan yang kini tidak dikenalinya lagi. Atap yang setengah roboh, pintu depan yang telah habis, jendela-jendela kaca berserakan, serta debu hitam yang menyelimuti setiap sudut ruang, ia menerjang garis polisi lalu masuk ke dalam rumah dengan perasaan gundah, lantai rumah dipenuhi barang-barang yang menjadi abu. Kakinya tanpa ia sadari terus melangkah ke depan. 
Read more
Bab 6 Sebuah Kekacauan
Mobil ambulan yang dikemudikan Galang meliuk-liuk di antara kendaraan besar di jalan protokol. Sebuah kontainer mengklaksoninya dengan geram karena ia memotong jalurnya dengan sembarangan dan gila. Namun, Galang tidak menggubris, asal mereka tahu, ia jauh lebih kesal dari para supir-supir itu. Sudah lima kali panggilan teleponnya tidak diangkat Nazar, sambil menggerutu Galang melempar telepon seluler ke bangku samping. Kedua roda depan mobil ambulan itu akhirnya berbelok keluar dari jalan protokol, memasuki jalan yang lebih kecil dan tidak terlalu ramai. Kanan kirinya berdiri bangunan ruko bekas peninggalan Belanda dulu. Satu-satunya bangunan yang paling mencolok di sepanjang jalan ini adalah sebuah apartemen berbentuk kue lapis yang berdiri kokoh menghadap jalur protokol. Galang memutar kemudi dan ambulan masuk ke parkiran apartemen.  Sebelum Galang kel
Read more
Bab 7 Kabur
Cetek… cetek… cetek… sebuah suara terdengar dari arah depan.Setelah menutup pintu kamar, Galang menoleh ke gagang pintu depan. Knop bergerak konstan naik-turun, lalu beberapa saat kemudian terdengar suara percakapan dari balik pintu tersebut. Galang terkesiap akan kehadiran orang tersebut, situasinya akan lebih buruk jika ada yang melihatnya berada di sini. Ia menatap ke seluruh sudut ruangan berharap ada celah ataupun lubang yang bisa digunakannya bersembunyi. Otaknya dipaksa berpikir cepat. Dua orang polisi bersenjata akhirnya bersepakat untuk mendobrak pintu kamar nomor 402, mereka secara bersamaan menghantamkan badan pada daun pintu. Pintu tersentak membuka, sekrup yang terpasang di engsel menjerit hampir lepas terkena hentakan untuk yang kedua kalinya.
Read more
Bab 8 tempat perkara
Pukul 09.55 di rumah sakit,  "Aku yakin sekali dia mengetahui sesuatu." Lila berbicara dengan nada tinggi menunjuk ruang tempat lelaki bernama Galang itu dirawat. "Kaburnya dia justru semakin menguatkan keyakinanku. Percayalah kepadaku, kau harus mencari dia." Eros berpikir sejenak, "Ya. Jika dilihat dari lokasi Anda menyelamatkannya, dan tingkahnya yang kabur dalam kondisi terluka, Besar kemungkinan dia mengetahui sesuatu perihal kebakaran di rumahmu atau mungkin saja itu sebuah kebetulan." Eros melirik ke gadis berusia dua puluhan tersebut. "Hai… Anda baik baik saja kan? Kenapa tiba-tiba menangis lagi?" Lila membuang muka begitu Eros memegangi bahunya. "... Andai saja, orang itu memang terlibat. Kamu pikir, Apakah a-aku telah menyelamatkan seorang penjahat? yang mungki
Read more
Bab 9
Setelah selesai mencatat beberapa poin yang dianggap penting, Eros menyuruh pak Udin untuk menunjukan lokasi terjadinya penembakan tersebut."... Bukan cuma mendengarnya Pak. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Sungguh, saya intip orang berbadan besar itu tepat saat menembak ke arah Karto. Dia menembak dengan tangan kiri pak. Ayo sini, saya tunjukan lokasi penembakannya." Mereka pergi masuk ke dalam kawasan makam yang dipenuhi dengan pepohonan tinggi, meskipun siang hari, nampak terasa aura di tempat peristirahatan terakhir ini  sangat mencekam, suara serangga serangga bising terdengar dari penjuru arah seperti tidak mau kalah bising dengan suara kendaraan kota. Sementara itu, Lila merasa lebih senang untuk tetap duduk di teras gubuk, matanya melihat ke segala penjuru, daun-daun pohon ber
Read more
Bab 10 Galang dan Rossa
Pukul 10:00 di sebuah kafe. Lonceng di pintu kaca kafe bergemerincing tiga kali ketika daun pintunya dibuka oleh seorang wanita tinggi semampai. Para lelaki yang sedang saling berbincang sambil menikmati kopi ataupun sedang makan di ruangan bernuansa klasik, secara bersamaan menoleh ke arahnya. Wanita tersebut memakai kacamata hitam besar dengan bingkai coklat emas, tas jinjing kecil yang mengkilap digapit pada ketiaknya, baju dress hijau selutut cukup ketat menyelimuti tubuhnya hingga lekukan siap sisi tubuhnya terlihat menonjol, sepatu high-heel di kakinya semakin menambah keseksiannya, rambut pirangnya tergerai ke samping seperti daun di musim semi yang berguguran, bibir merahnya yang tipis tersungging kecil begitu mel
Read more
DMCA.com Protection Status