Share

Elmaut Berwajah Merah
Elmaut Berwajah Merah
Author: Jack Mad

Bab : 1 Masa Suram Dunia Persilatan

Pada tahun 1272 Bangsa Mongol berhasil menaklukan Dynasti Song, membuat bangsa Han harus merelakan negara mereka di pimpin oleh Bangsa asing.

Pemerintah Mongol yang di pimpin oleh Kubilai Khan resmi mendirikan negara yang di beri nama Yuan Raya.

Sejak kerajaan Song runtuh, bangsa Han mulai kehilangan kepercayaan diri.

Bangsawan serta mantan pembesar Song memilih bersembunyi agar keluarga mereka selamat.

Hal tersebut juga terjadi di dunia persilatan, para pesilat bangsa Mongol yang terus membanjiri Tiongkok membuat kerusuhan dan menantang para pesilat Han, tetapi para pesilat bangsa Mongol masih menahan diri dan tidak terlalu berani lebih jauh mencampuri urusan bangsa Han karena para pesilat bangsa Han mempunyai 8 tokoh yang sangat di segani oleh dunia persilatan, termasuk para pesilat dari Mongol.

Walau ke delapan tokoh tersebut terbelah menjadi dua dan saling berseberangan, tetapi mereka dalam satu hal mempunyai satu kesamaan, mereka sangat membenci bangsa Mongol yang sudah menjajah bangsa Han, itu sebabnya para pesilat Mongol tidak berani ikut campur terlalu jauh, karena adanya kedelapan tokoh tersebut.

~

Dunia persilatan Tiongkok terbagi menjadi dua golongan.

Golongan hitam dan putih.

Golongan hitam di pimpin oleh Su-Tay-Ok-Ji ( empat Maha jahat ) 4 tokoh pendekar yang menjadi pemimpin dari golongan hitam.

Sedangkan golongan putih di sebut, Su-Toa-Thian-Su ( empat besar Rasul langit ) 4 tokoh yang di percaya oleh golongan putih mempunyai kesaktian paling Tinggi di kolong langit.

Kedua kelompok selalu bertarung untuk memperebutkan posisi puncak yang diadakan 10 tahun sekali di puncak gunung Thian San.

Ke empat para Rasul dunia Persilatan walau mereka berkumpul dan mengeroyok hanya bisa melukai tanpa bisa membunuh Ang-Bin Moko, salah satu tokoh Su Tay Ok Ji

Di pertemuan terakhir tersebut, kejadian mengerikan terjadi saat pemimpin dari Su-Tay-Ok-Ji tewas oleh Am Gi ( senjata rahasia ) beracun saat tengah bertempur melawan para pendekar Su-Toa-Thian-Su.

Ang-Bin Moko ( Iblis muka merah ) pemimpin dari golongan hitam tersungkur dengan punggung terkena lemparan paku beracun dan tewas di arena pertempuran.

Suasana langsung geger dan pertempuran langsung di hentikan, semua pendekar dari golongan hitam dan putih mencari siapa yang melempar paku beracun dan berhasil menewaskan Ang-Bin Moko.

Su-Tay-Ok-Ji dengan tewasnya Ang-Bin Moko sebenarnya hati mereka senang tetapi mereka tidak berani menunjukkan kesenangan mereka, karena Iblis muka merah adalah tokoh yang mempunyai kesaktian diatas mereka.

Su-Tay-Ok-Ji merasa Ang-Bin Moko tidak sejalan dengan mereka yang gemar membunuh dan membuat huru-hara di dunia persilatan.

Sementara golongan hitam sangat terpukul dan berjanji akan terus mencari siapa orang yang sudah membokong pemimpin mereka.

~

Empat puluh hari sejak kematian Ang-Bin Moko, perkampungan merah tampak lengang, hiasan bendera putih tanda berkabung masih terlihat di setiap sudut perkampungan.

Perkampungan merah adalah tempat tinggal Ang-Bin Moko bersama murid serta istrinya, tidak banyak yang tahu tentang perkampungan merah yang terletak di pinggiran sungai Huang Ho karena Ang-Bin-Moko memang tidak pernah memberi tahu dimana tempat ia tinggal kepada para sekutunya.

Puluhan bayangan hitam bergerak cepat menuju ke arah perkampungan di pinggir sungai Huang Ho

Perkampungan di kelilingi oleh pagar tinggi yang terbuat dari kayu dan di hiasi oleh bendera-bendera putih tanda sedang berkabung.

Puluhan bayangan hitam setelah melihat situasi aman, mereka lalu masuk ke dalam perkampungan tersebut.

Suara tanda bahaya serta teriakan-teriakan terdengar dari dalam perkampungan tersebut saat para penyusup berhasil di ketahui oleh sang penghuni.

Seorang wanita paruh baya berpakaian putih dengan wajah penuh duka menatap seorang anak berusia 7 tahun di depannya.

“Ibu sudah menyangka hal ini akan terjadi, tetapi ayahmu selalu saja keras kepala dan ingin membuktikan bahwa ia adalah tokoh nomor 1 di dunia persilatan.

“Kau pergi dari sini dan bawa kitab pusaka keluarga kita dan pelajari, setelah kau berhasil mempelajari kitab yang ada di dalam kantong ini, balaskan dendam ayah serta keluargamu,” wanita paruh baya tersebut berkata kembali sambil menatap tajam putranya.

“Thian Sin! Setelah kau besar nanti, kau harus memakai gelar Ang-Bit-Sat-Sin ( Elmaut berwajah merah ) habisi semua orang yang sudah mencelakai keluarga kita dan ingat pesan terakhir ibu.

“Jangan percaya dengan kata manis dari orang-orang di sekitarmu, karena itu akan membuatmu jatuh dalam jurang kehancuran.

Sesudah memberi nasehat dan arahan, wanita paruh baya tersebut lalu memeluk sang putra, setelah puas memeluk dan menciumi wajah putra yang ia kasihi, sang ibu berkata.

“Cu Liang! Tolong bawa anakku pergi dari sini.”

“Baik Subo.”

Cu Liang yang merupakan murid pertama dari Ang-Bin-Moko berkata sambil anggukan kepala, mendengar perintah istri sang guru.

“Tidak….aku tidak mau pergi dari sini, aku mau tinggal bersama ibu,” ucap Thian Sin.

Tanpa menunggu perintah lagi sesudah mendapat isyarat dari sang Subo, Cu Liang langsung menyambar tubuh Thian Sin, lalu membawanya pergi melalui pintu belakang.

Sementara para penyusup sudah mulai masuk ke ruangan dalam, gelak tawa para pembunuh terdengar dari ruangan tengah ketika mereka membantai para pelayan serta anggota perkampungan yang berusaha melawan.

Perkampungan merah sebenarnya bukan perkampungan yang mudah untuk di serang, mereka mempunyai orang-orang sakti yang di takuti oleh kaum dunia persilatan, tetapi mereka tidak tahu bahwa sumur yang airnya mereka ambil untuk sehari hari sudah di beri racun pelemah tenaga, sehingga tenaga dalam mereka lenyap dan menjadi bulan-bulanan para penyusup.

Cu Liang sambil membawa pergi Thian Sin, terus mengibaskan pedangnya ke kiri dan kanan berusaha menghalau para penyusup yang jumlahnya semakin bertambah banyak.

“Celaka! Kenapa tenaga dalamku seperti timbul tenggelam,” batin Cu Liang sambil menangkis tebasan pedang lawan.

Trang!

Cu Liang mundur dengan tangan bergetar, matanya menatap ke arah sekeliling, ketika melihat perahu kecil tertambat di sisi sungai, Cu Liang langsung melesat ke arah perahu, sambil di kejar oleh para penyusup.

Seorang pria bertopeng hitam meminta satu busur kepada anak buahnya, sesudah memasang anak panah, tangannya menarik tali busur dan melepaskan setelah membidik tubuh Cu Liang.

Shing!

Suara mendesing dari anak panah terdengar, tidak lama kemudian panah tepat menancap di punggung Cu Liang.

Jleb!

Cu Liang hanya bisa menyeringai menahan sakit, tetapi ia terus bergerak ke arah perahu kecil.

“Paman….paman Cu!? Teriak Thian Sin melihat dari bibir sang paman mengalir darah segar.

“Anak Thian, Kau pergilah! Ingat pesan terakhir dari Subo ( istri guru ) balaskan dendam ayahmu.”

Cu Liang lalu meletakan Thian Sin di dalam perahu, kemudian menebas tali yang mengikat perahu dan mendorong perahu dengan sekuat tenaga ke arah sungai.

Perahu meluncur deras menuju tengah sungai dan mulai mengikuti arus.

Thian Sin dari dalam perahu menatap ke arah Cu Liang, murid setia sang ayah yang di kepung oleh musuh, sambil bertempur mata Cu Liang tidak pernah lepas dari perahu yang terus bergerak mengikuti arus sungai.

Perlahan gerakan Cu Liang melemah seiring dengan banyaknya luka bacok serta tusukan tombak, akhirnya mata Cu Liang menutup ketika ia tidak bisa melihat perahu yang di tumpangi oleh anak sang guru.

Tetapi bibir Cu Liang tersenyum, karena pesan terakhir dari Subo untuk menyelamatkan putra sang guru sudah berhasil, walau dirinya harus mati tetapi kematiannya tidak sia-sia, Cu Liang sebelum menghembuskan napas terakhir berharap dalam hati.

“Thian Sin! Balaskan dendam kami.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Andi Heryadi
akhirnya ketemu juga karya author favorit sy,sukses selalu bung jack
goodnovel comment avatar
Arif Khoirudin
awal yang baik
goodnovel comment avatar
PUTU WONGSO
Mantaaaap Bang Jack
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status