Share

Bab : 3 Menjadi Anggota Kiang Jiang Pang

Kedatangan Thian Sin di perkumpulan sungai panjang menarik perhatian para anak murid perkumpulan sungai panjang yang sebaya dengannya, salah satunya adalah Kin Bwee, anak dari Pangcu Jiang-Kiang-Pang

Kin Bwee setelah tahu Thian Sin tinggal di rumah kakek Hay, ia mengajak kawan-kawannya untuk melihat Thian Sin.

Kin Bwee tertegun melihat bocah berwajah tampan tengah jalan sambil memanggul papan.

“Apa dia yang bernama Thian Sin? Tanya Kin Bwee.

“Benar Siocia! Jawab A Gu.

“Kenapa sih Suheng selalu memanggilku Siocia, panggil saja aku Sumoi, aku kan adik seperguruan Suheng,” Kin Bwee berkata dengan nada kesal, sudah sering ia beritahu A Gu untuk tidak memanggilnya Siocia ( nona ) tetapi tidak di indahkan oleh A Gu.

A Gu hanya tundukan kepala mendengar perkataan sang Sumoi, A Gu yang ber umur 12 tahun memang sangat hormat kepada Kin Bwee beserta keluarganya, karena A Gu di angkat murid oleh Kin Tho sesudah Kin Tho berhasil menolong ia beserta keluarganya dari rampok gunung yang menyerang perkampungan mereka.

“Suheng, Tolong panggil anak baru itu! Seru Kin Bwee.

Tanpa banyak bicara, A Gu langsung menghampiri Thian Sin, kemudian memberi tahu Thian Sin agar bertemu dengan Kin Bwee.

Sesudah meletakan papan, Thian Sin menghampiri Kin Bwee.

“Ada apa memanggilku? Tanya Thian Sin.

Raut wajah Kin Bwee berubah mendengar perkataan tidak sopan dari Thian Sin.

“Bicara yang sopan terhadapku, kau tahu tidak siapa aku? Tanya Kin Bwee dengan nada kesal.

“Memangnya kau siapa? Tanya Thian Sin dengan nada acuh.

“Aku Kin Bwee, putri dari Kin Tho, Pangcu perkumpulan Sungai panjang.

“Anggota baru yang seumuran harus lapor padaku,” jawab Kin Bwee sambil menatap Thian Sin.

Kening di wajah Thian Sin berkerut mendengar perkataan anak wanita seumuran dengannya, kemudian membalas.

“Kemarin aku bersama kakek Hay sudah lapor kepada Pangcu, kenapa aku harus lapor lagi kepadamu?

“Kau jangan banyak bicara, cepat lakukan apa yang di perintahkan oleh Sio, eh Sumoi,” A Gu ikut bicara mendengar Thian sin sepertinya keberatan.

“Aku banyak kerjaan,” balas Thian Sin sambil balikan badan, ketika hendak melangkah pergi. Baju belakangnya di tarik oleh A Gu, kemudian A Gu langsung membanting tubuh Thian Sin di depan Kin Bwee.

Bruk!

Suara sorak langsung terdengar dari anak-anak yang ikut bersama Kin Bwee.

Thian Sin pegangi punggungnya yang sakit akibat bantingan A Gu, Thian Sin mengerti dasar ilmu silat yang di ajarkan sang ayah, tetapi ia tidak mau orang lain tahu dan membalas apa yang di lakukan oleh A Gu.

“Kalau kau tidak menghormati aku, Suheng akan memperlakukan kau seperti ini,” Kin Bwee berkata sambil tersenyum, ia senang melihat Thian Sin terkapar di depan kakinya.

“Hei….hei! Apa-apaan ini? Teriak seorang yang tidak lain kakek Hay.

“Siocia! Ada apa ini? Tanya kakek Hay melihat Thian Sin tergeletak di depan Kin Bwee.

“Dia tidak menuruti perintah Siocia, kakek Hay,” A Gu yang menjawab pertanyaan kakek Hay.

Kakek Hay langsung menarik napas panjang mendengar perkataan A Gu, kemudian berkata.

“Siocia! Maafkan anak Sin, dia baru saja datang dan tidak tahu aturan di perkumpulan sungai panjang.

“Tetapi kakek Hay sudah lapor kepada Pangcu dan anak Sin sudah di terima menjadi anggota perkumpulan sungai panjang, apa perlu kakek Hay melaporkan lagi kejadian ini kepada Pangcu?”

Kin Bwee diam, tidak lama kemudian Kin Bwee angkat bicara.

“Suheng, mari kita pergi!”

Keduanya lalu pergi di ikuti oleh anak-anak lain meninggalkan Thian Sin.

Perlahan Thian Sin berdiri.

“Kau tidak apa-apa? Tanya Kakek Hay.

“Tidak apa-apa kek,” jawab Thian Sin sambil mengusap usap bajunya yang kotor.

“Kin Siocia terlalu di manja oleh Pangcu, jadi seperti itu tabiatnya, kau tidak sudah ambil hati, lain kali turuti saja kemauannya agar kau tidak lagi di ganggu oleh mereka,” Kakek Hay memberi nasehat kepada Thian Sin.

Thian Sin anggukan kepala, kemudian mengangkat papan dan jalan mengikuti kakek Hay.

~

Sore hari adalah waktu yang di tunggu oleh anak-anak se usia Thian Sin, karena di sore hari anak-anak berkumpul untuk menerima pelajaran silat yang di ajarkan oleh seorang Kauwsu ( guru silat ) bernama Ciang Bo

Kin Bwee dan A Gu berdiri paling depan, di belakang mereka berbaris anak-anak dari perkumpulan sungai panjang.

Ketika mereka tengah pasang kuda-kuda, terdengar teriakan.

“Tunggu….tunggu aku!?”

Kin Bwee beserta yang lain langsung menoleh ke arah suara, mereka melihat Thian Sin berlari kecil mendekat ke arah kumpulan anak-anak yang tengah belajar silat.

“Siapa bocah itu? Tanya Ciang Bo yang baru kali ini melihat Thian Sin.

“Dia anak yang di bawa oleh kakek Hay,” jawab A Gu.

“Kau sudah di terima oleh Kiang-Jiang-Pang? Tanya Ciang Bo setelah Thian Sin berada di depannya.

“Hamba sudah di terima oleh Pangcu, kauwsu.

“Kin Siocia juga sudah tahu,” jawab Thian Sin sambil tersenyum manis dan anggukan kepala kepada Kin Bwee.

Kin Bwee mendengar Thian Sin menyebutnya Siocia sambil tersenyum manis, hatinya sangat senang dan ikut bicara.

“Benar apa yang di katakan adik Thian, kakek Hay kemarin sudah melapor dan Thian Sin sudah di terima menjadi anggota Kiang-Jiang-Pang.”

Ciang Bo anggukan kepala, kemudian menyuruh Thian Sin ikut dalam barisan yang akan berlatih.

Ciang Bo lalu memberi pelajaran kuda-kuda kepada anak muridnya.

Anak-anak yang berlatih kembali ke rumah masing-masing ketika matahari mulai tenggelam, begitu pula dengan Thian Sin.

“Sam Sute! Kau mau main ke rumahku? Kin Bwee berkata sebelum pulang.

“Maaf Suci! Sute harus kembali ke rumah, biar kakek Hay tidak khawatir,” jawab Thian Sin.

Kin Bwee sangat senang mendengar dirinya di panggil Suci, lalu anggukan kepala sambil tersenyum manis.

Mereka lalu kembali ke rumah masing-masing.

Aktivitas sehari hari yang di lakukan oleh Thian Sin hanya membantu membuat perahu, berlatih di sore hari dan melatih ilmu Hud Kong Sing Kang di malam hari, sesudah berlatih Thian Sin mempelajari teori teori dari dalam kitab milik sang ayah, Thian Sin juga baru tahu kenapa ayahnya berkulit merah, itu di sebabkan racun ular merah sudah menyebar ke seluruh tubuh, hanya Hud Kong Sing Kang yang mampu melindungi tubuh dari racun merah.

“Kenapa ayah tidak mempelajari Hud Kong Sing Kang?” Batin Thian Sin setelah membaca keterangan di dalam kitab.

“Jadi aku harus minum Ang Tok Coa ( racun ular merah ) di dalam botol ini jika ingin mempelajari jurus pukulan Ang Tok Jiu,” batin Thian Sin sambil memegang botol kecil berisi racun.

~

Hari berganti, bulan dan tahun terus berlalu, tanpa terasa Thian Sin sudah tinggal di perkumpulan sungai panjang selama hampir 10 tahun.

Berkat ketekunan dan otaknya yang cerdas, akhirnya Thian Sin dalam usia 10 tahun berhasil mempelajari Hud Kong Sing Kang dengan sempurna dan jurus tambahan dalam kitab Hud Kong Sing Kang yang di beri nama Hud lek Kim Kong Sin ci ( jari sakti tenaga Buddha ) tetapi Thian Sin tidak berani mencoba ilmu jari tersebut karena mempunyai daya hancur yang luar biasa.

Jika sedang menggunakan ilmu dari pendeta shaolin tersebut, tubuh Thian Sin terkadang mengeluarkan aura berwarna kuning emas.

Di dalam kamarnya Thian Sin memegang botol racun merah, sudah lama ia ingin minum racun merah tersebut, tetapi hatinya selalu bimbang.

“Kalau tidak aku coba, bagaimana aku bisa mempelajari Ang Tok Jiu warisan keluarga,” batin Thian Sin.

Thian Sin duduk sila, kemudian membuka tutup botol dan meminum habis semua racun ular merah.

Awal meminum tidak ada hal yang terjadi, tetapi setelah racun menyebar ke seluruh tubuh, hawa panas mulai datang menyerang.

Thian Sin langsung bersemedi dan mengerahkan Hud Kong Sing Kang di dalam tubuh agar melindungi organ bagian dalam dari serangan racun ular merah.

Aura ke emasan serta aura berwarna merah bergantian menyelimuti tubuh Thian Sin.

Jika Kakek Hay belum tidur, ia pasti terkejut karena dari dalam kamar Thian Sin keluar sinar berwarna ke emasan dan merah bergantian.

Thian Sin akhirnya tergeletak tak sadarkan diri setelah tak kuat menahan rasa sakit akibat serangan racun merah, dua aura terus bergantian menyelimuti tubuh Thian Sin.

“Thian Sin….Thian Sin, kau sudah bangun? Tanya kakek Hay melihat pintu kamar masih tertutup.

Thian Sin membuka mata, kemudian jalan menuju ke arah pintu, ketika membuka pintu kamar, raut wajah kakek Hay berubah ketika melihatnya.

“Kenapa kakek menatapku seperti itu? Tanya Thian Sin melihat mata kakek Hay seperti akan lompat saat melihatnya.

Kakek Hay menunjuk ke arah wajah Thian Sin dan berkata.

“Kenapa wajahmu merah?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status