Share

Protect Her

'Tidak perlu terkejut, brengsek! Beraninya Kau membuat Elenora hampir pingsan, sialan!' 

******

Tiba-tiba, Sevanya mengambil pistol yang berada dibalik ikat pinggang milik Jackson dan menodongkan benda berbahaya itu tepat diwajahnya.

Kilatan obsidian birunya terlihat penuh amarah.

Dan Jackson tahu jika itu bukan tatapan Elenora, gadisnya.

"Berikan itu padaku!"

'Tidak! Kau- Beraninya membuat Elenora ketakutan!'

"Ini bukan urusanmu! Sevanya, berikan!"

Gadis itu menarik pelatuk pistolnya dan― DORR! Peluru melesat keluar. Semua pengawal tergopoh melindungi Tuan Mereka.

"APA YANG KAU LAKUKAN?"

Dalam sekali sentak, pistol itu terlepas. Perebutan senjata antara Sevanya dan Jackson terjadi. Keduanya berguling diatas tanah ruangan tersebut hingga Jackson berhasil menindih tubuh gadis itu dan mencengkeram kedua tangannya ke atas― 'Lepaskan Aku, brengsek!'

"Borgolnya, Seth?"

Pemuda bernama Seth tersebut langsung memberikan benda berbahan besi itu pada Jackson dan borgol telah terpasang diantara pergelangan tangan Sevanya.

"Ikat Dia di kandang bersama para herderku! Jangan biarkan siapapun menemuinya disini. Sementara itu―" Amber Jackson menatap tajam pada Bill didalam sana, pria itu menyeringai bak psikopat gila- "Urus Dia! Pastikan Dia tidak bisa kembali lagi ke Italia!"

Perintahnya. Kemudian Jackson pergi, meninggalkan sang istri yang terus berteriak didalam sana.

Kepalanya berdenyut nyeri, memikirkan tindakan 'Sang alter ego' yang begitu agresif. Jackson khawatir jika suatu hari nanti Sevanya bisa menyakitinya dalam keadaan tidak sadar.

Ia harus membawa gadis itu ke psikiater untuk berkonsultasi perihal Alter Egonya tersebut.

******

Pukul tujuh malam.

Suasana Mansion Hoffman terlihat tenang dan sepi. Tidak ada suara apapun yang terdengar sampai akhirnya suara teriakan Alexis menggema dalam satu ruangan― "Kau sudah gila? Dia istrimu, Jack!"

"Bukan urusanmu."

"Ini akan jadi urusanku jika Kau bersikap buruk padanya." Alexis menunjuknya― "Dan apa-apaan Kau ini! Mengikatnya bersama para herdermu? Kau gila, Jackson!" Alexis masih berapi-api. Ia kembali menunjuk Jackson dengan telunjuknya.

Tadi Ia mendapat laporan jika Jackson menghukum Elenora di ruang bawah tanah bersama para anjing liar milik Jackson.

Sean, Max dan Alexis datang karena hal itu.

"Lepaskan Elenora, Jack. Kumohon~"

Sean memalingkan wajah ketika melihat wanita yang Ia cintai memohon pada Jackson seperti itu. Hatinya dibakar api cemburu, namun Ia bisa apa?

"Ya, Jack. Dia istrimu bukan tawananmu!" Sean akhirnya menyahut.

"Aku tidak akan melakukan sesuatu tanpa sebab. Dia-" Ucapan Jackson menggantung, hampir saja Ia kelepasan perihal kondisi istrinya- "Sudahlah! Lebih baik Kalian pulang."

"Lepaskan gadis itu Jackson!"

Suara itu.

"Kau tidak waras jika mengurung istrimu sendiri disana! Lepaskan!"

"Jangan ikut campur. Ini urusanku, Madre." Sikap tenang Jackson patut diacungi jempol ketika semua orang menatapnya penuh intimidasi. Baginya, tidak peduli jika semua orang balik menyerangnya. Ia tetap berpegang teguh pada pendiriannya.

"Jackson-"

"Suka atau tidak, Aku tetap akan mengurungnya disana! Jangan coba-coba untuk melepaskan gadis itu atau Kutembak keluar isi perut Kalian!" Ancaman itu terdengar tak main-main.

"Bagaimana jika Madre yang melakukannya? Kau juga akan menembak ibumu sendiri?"

Bukan jawaban yang terdengar dari Jackson, pria itu justru pergi meninggalkan Mereka dan menuju satu tempat yang bisa membuatnya tenang.

Makam Rachel.

"Sayang~"

Seulas senyum tipis terlihat disana. Jackson menatap sendu nama yang tertulis diatas batu nisan tersebut.

"Madre meminta seorang cucu. Apa Aku harus membuat gadis itu hamil?" Pria itu terkekeh, entah apa yang lucu dari ucapannya itu.

"Tapi Aku mencintaimu. Seandainya gadis itu Kau― Tanpa diminta, Aku pasti dengan senang hati membuatmu hamil."

Ia mencium batu nisan Rachel dengan lembut, menjadikannya sebagai sandaran seolah gadisnya masih hidup― "Bangunlah! Aku merindukanmu, Rachel."

******

Kondisi Elenora tidak baik-baik saja. Gadis itu kembali tersadar dan merasa pegal pada bagian bahunya.

"Dimana Aku?"

Ketika jeruji besi itu terbuka― Suaminya berdiri disana. Kedua tangan Jackson masuk ke dalam saku celana. Ia berjalan mendekat dengan langkah berbahaya.

Mencengkeram dagu Elenora hingga ringisan dari bibir si cantik terdengar― "Herr."

"Kau kembali?"

Tanpa ragu, pria itu mencium kasar bibir Elenora yang kering.

Tubuh istrinya dipenuhi oleh luka cakaran akibat serangan para anjing liarnya didalam sana. Terbesit rasa iba ketika Jackson melihat bibir cherry yang menjadi candunya tersebut terlihat pucat. Jelas gadis itu begitu tersiksa karena semalaman Jackson membiarkan Elenora menggantung disana.

"L-lepaskan Saya, Herr."

"Aku terlalu bingung harus memberimu hukuman apa tapi-" Jackson merenggangkan ikatan ditangan Elenora― "Kita pergi ke Dokter. Aku ingin memeriksa keadaanmu."

Lalu satu kalimat perintah maka ikatan ditangan Elenora terlepas. Tubuhnya yang lemas tak mampu menahan beratnya sendiri. Beruntung, Jackson segera menopang tubuh mungil itu hingga Elenora berada dalam dekapannya.

"Kau menyakiti Frau Hoffman, Seth."

"Maafkan Saya, Herr." Pria itu menunduk ketika Jackson membawa tubuh Elenora dalam gendongan ala bridal.

Diluar, Alexis dan kedua sahabatnya berdiri untuk melihat keadaan Elenora.

"Ya Tuhan, Elenora! Siapkan mobil." Perintah Alexis.

Sementara Jackson berjalan dengan tenang, mengabaikan ketiga sahabatnya yang mengikuti dibelakang― "Max, sebaiknya Kau kembali ke kantor dan batalkan semua jadwalku hari ini. Aku ingin menemani istriku selama satu hari penuh."

"Biarkan Aku membantumu menjaga Elenora, Jack." Alexis menginterupsi. Wanita itu masih mengikuti Jackson dibelakang sana.

"Tidak usah. Urus saja pekerjaanmu!"

"Tapi Jack, Aku-"

"Alexis."

Wanita itu menghentikan langkahnya ketika Seth menahan tubuhnya untuk tetap diam. Membiarkan mobil porsche itu melaju, meninggalkan istana Hoffman dan ketiga orang disana.

"Si brengsek itu bersikap seolah ini semua bukan kesalahannya. Aku jadi kasihan dengan gadis kecil itu." Kata Max dengan wajahnya yang dibuat sedih.

Sean berdecih, "Perbaiki ekspresimu. Kau terlihat menggelikan!" Pria itu pergi mengikuti Alexis yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil untuk menyusul Jackson dan istrinya. Sean tidak tahu apa yang sedang wanita itu pikirkan hingga Ia nekat menyusul Jackson ke rumah sakit.

Ia hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Alexis.

Bagaimana pun, Jackson tidak mudah ditebak. Pria itu bisa kelepasan dan menyakiti siapapun yang melawan perintahnya.

"Kau pikir Kau bisa pergi begitu saja, huh?"

"Jangan halangi Aku, Max! Jika Jackson sampai menyakiti Alexis maka Aku tidak akan diam begitu saja!"

"Dasar budak cinta yang bodoh! Kau dan Jackson sama saja! Terlalu dibutakan oleh cinta." Cibir Max ketika melihat Sean mengendarai mobilnya bak seorang pembalap.

"Oh baiklah! Seharusnya Aku mendengarmu, Boss."

******

Mereka berada di ruang pemeriksaan. Semua penjagaan diperketat. Jackson tidak ingin siapapun bisa masuk tanpa seizin darinya.

Enam pengawal berlaras panjang telah Ia tugaskan untuk berjaga didepan ruangan Elenora. Dan Seth; orang kepercayaan Jackson― Juga berdiri disana selagi Tuan-nya masih didalam.

"Sulit bagi Anda untuk mengendalikan Dia."

Elenora tidak mengatakan banyak hal, gadis itu masih lemah. Semua luka ditubuhnya telah diobati. Ia tak menyangka jika Sevanya bisa bertindak gegabah; menyerang suaminya dan membuatnya dalam masalah.

"Sevanya muncul ketika Saya merasa terancam. Hanya itu, Dokter."

"Maka jangan biarkan dirimu merasa begitu! Kau tahu jika Alter Ego-mu hampir membuatku celaka!" Desis Jackson.

"Saya tidak akan merasa terancam jika Anda tidak menyakiti Bill. Kenapa Anda melakukan itu? Dia teman Saya, Herr."

Tidak. Jackson tidak boleh terpancing. Ia tidak ingin Sevanya muncul diantara Mereka.

Jadi ketika Ia beranjak, suara selembut beledu itu terdengar memohon padanya― "Tolong lepaskan Bill, Herr. Jangan menyakiti orang lain atas kesalahan Saya pada Anda."

Kedua tangan Jackson terkepal dibagian sisi celana bahan yang menggantung dikakinya. Ia tidak mungkin meledakkan amarahnya disini, terlebih keadaan Elenora begitu lemah karena dirinya. Jadi lebih baik Ia diam saja dan pergi. Membiarkan Dokter Shawn mengurusnya.

"Kenapa Anda begitu tega pada Saya, Herr?"

******

Touch vote and like, please

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status