Share

Agreement

"Kau baik-baik saja?"

Elenora tertegun saat melihat tubuh jangkung Suaminya menghilang dibalik pintu kamar.

Gadis itu merasa iba dan takut secara bersamaan. Perasaan ini membuatnya tak nyaman dan serba salah. Ia tidak tahu rasanya jatuh cinta itu seperti apa dan bagaimana?

Hanya saja, melihat Jackson pergi tanpa mengucapkan apapun, membuat sudut lain didalam hatinya terasa kosong.

"Elenora ..."

Sean berusaha merebut atensi gadis itu ketika tak menemukan jawaban darinya semenjak lima detik yang lalu, "Saya baik-baik saja." lirihnya.

"Kau tidak usah khawatir. Kami akan selalu melindungimu. Kami berjanji." Max berusaha meyakinkannya.

Dan Alexis menambahi, "Ya. Kami selalu berada di sini untukmu. Sekarang istirahatlah, Kau pasti butuh waktu untuk terbiasa dengan suasana di sini."

Seharusnya kalimat itu lebih cocok untukmu, Al!

Pintu kembali ditutup. Elenora berdiri didepan kaca dan melihat pantulan dirinya sendiri di sana.

'Kau cantik tapi bodoh diwaktu yang sama! Dan poin pentingnya lagi, Kau sudah membuatku kesal, El!'

Sevanya.

"Haruskah Kita bertengkar sekarang?"

'Jangan mengubah topik pembicaraan yang ada! Dengar El! Jika Kau tidak ingin terjatuh semakin dalam, pergi dan akhiri semua ini! Pernikahan konyolmu tidak banyak membantu urusan Kita! Kau melupakan tujuan awalmu?'

"Aku tidak tahu, Sevanya! Aku tidak tahu! Pergi! Biarkan Aku sendiri!"

Sevanya pergi dan tubuh Elenora jatuh, terkulai lemas diatas lantai marmer yang beralaskan karpet bulu. Kesadarannya semakin menghilang lalu semua menjadi gelap.

Gadis itu pingsan.

******

Mereka memang sepasang suami dan istri. Namun semua itu hanya tertulis diatas kertas.

Apa arti sebuah status jika tidak ada cinta didalamnya?

Jackson pulang setelah jarum jam menunjuk pada angka dua dini hari. Keadaan Mansion sudah sepi dan gelap. Ia yakin jika ketiga sahabatnya sudah pulang semenjak tadi.

"Dari mana saja Kau?"

Haruskah pria itu terkejut saat melihat eksistensi Alexis masih di sini menyambut kedatangannya tapi Jackson terlihat biasa saja.

"Istrimu pingsan, J."

"Aku tidak peduli!"

Sinting, gila, tidak waras dan sebutan apalagi yang pantas diberikan pada sosok pria jangkung tersebut.

Alexis berusaha memahami situasi yang terjadi. Sebenarnya yang membuat perjanjian itu bukan Sean atau Max, melainkan wanita itu sendiri.

Ia sengaja menuliskan poin penting; married without sex, didalam perjanjian itu dan membuat Sean serta Max menyetujuinya dengan alasan; usia Elenora masih dibawah umur.

Sudah cukup satu wanita yang merebutmu dariku, J! Aku tidak akan membiarkan wanita lain melakukannya juga, termasuk Elenora.

Ya, Alexis mencintai Jackson. Tumbuh dan besar bersama sejak usia sepuluh, membuat Alexis diam-diam memiliki perasaan itu pada Jackson.

Tidak ada yang tahu tentang hal ini kecuali Sean bahkan Jackson sekali pun .... Pria itu tidak menyadarinya.

Dan sayang, ketiganya terlibat cinta segitiga yang rumit hingga sekarang.

Tidak mudah baginya memendam perasaan selama bertahun-tahun tapi Alexis berusaha kuat dan berjuang untuk mendapatkan hati pria diktator itu.

Dan sekarang, ketika wanita yang begitu dicintai oleh Jackson pergi selamanya ... Seorang gadis biasa masuk ditengah-tengah kehidupan abnormal Jackson dan menjadi Istrinya.

Tidakkah pria itu menyadari jika ada hati lain yang terluka melihatnya mengucap sumpah pernikahan didepan makam pagi itu?

Hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membuat Mereka berpisah dan Ia bisa memiliki hati Jackson seutuhnya.

******

Jackson tidak mengerti, atas dorongan apa Ia datang ke kamar Istrinya.

Ya, pernikahan Mereka hanya sebuah formalitas, tercatat sah dimata hukum negara dan agama saja tapi tidak dengan hati Jackson yang masih terikat pada satu nama hingga Ia mengambil keputusan tidur di kamar yang berbeda.

Pria itu belum siap dengan kehadiran seseorang disisinya.

Dengkuran halus terdengar. Jackson menatap wajah cantik itu tertidur pulas. Segaris tipis diwajahnya terbentuk; Jackson tersenyum.

"H-herr, sejak kapan Anda di sini?"

Sial! Gadis itu terbangun saat Jackson mencoba merapikan anak rambut yang menutupi wajah Elenora.

"Kau istriku dan ini Mansionku. Tidak ada yang salah dengan keduanya, El."

Benar. Elenora merutuki ucapannya yang terdengar bodoh. Ia tidak punya hak melarang Suaminya datang dan pergi sesuka hati.

"Maafkan Saya, Herr." cicitnya.

Jackson tak mengatakan apapun, obsidiannya tertuju pada belahan basah milik sang istri yang terlihat menggoda untuk dikecup.

"Kudengar Kau pingsan kemarin."

Wajah Elenora mendongak. Dalam jarak sedekat ini, Jackson begitu tampan dengan garis rahang yang tegas. "Saya hanya kelelahan, Herr. Selebihnya, Saya baik-baik saja." Ia tersenyum tipis.

"Kalau begitu tidurlah lagi."

Jackson hendak beranjak pergi tapi langkahnya terhenti saat Elenora mencekal lengannya, "Herr, izinkan Saya kembali ke sekolah. Saya tidak ingin tertinggal banyak pelajaran."

Bahkan Aku lupa jika Elenora masih siswi Senior High.

"Pergilah. Kimmie dan selusin pengawal yang akan mengantarmu ke sekolah."

"But Herr ..." Bibir gadis itu kembali terkatup ketika Jackson menatapnya dingin, "Maaf."

"Kau selalu saja mengulang kata maaf meski itu bukan sesuatu yang besar."

"Saya hanya takut Anda marah."

Jempol dan jari telunjuk Jackson mengapit dagu Elenora hingga keduanya saling beradu pandang, "Kau Istriku bukan tawananku, El. Berhenti merendahkan dirimu sendiri karena Aku benci melihat gadis lemah sepertimu." Terakhir, Jackson langsung mencium bibir cherry yang menjadi candunya akhir-akhir ini.

Tanpa menyadari seseorang yang berdiri dibalik pintu kamar Elenora dengan kemarahan yang membuncah.

"Brengsek!"

******

Sekarang hari selasa. Elenora begitu bersemangat berangkat ke sekolah.

Tentu selusin pengawal bersamanya.

"Frau, Anda sudah siap?"

Kimmie berdiri disamping mobil sembari membuka pintu untuk Nyonya Mudanya itu. Gadis itu merasa canggung sebab ini berlebihan.

Selain mobil miliknya, ada tiga mobil porsche lain yang sudah berjejer rapi dibelakang sana, "Dimana Herr Hoffman?" Ia bertanya sangat hati-hati. Matanya berpendar ke sekeliling dan tidak menemukan eksistensi Suaminya sejauh mata memandang.

"Herr Hoffman sudah berangkat ke kantor sejak pagi. Beliau ada rapat, Frau."

Gadis itu mengangguk paham, segera masuk ke dalam mobil sebelum Ia terlambat.

Sepanjang perjalanan, Elenora hanya menatap ke arah jendela. Memikirkan banyak hal yang sudah terjadi dalam beberapa hari ini.

Dalam sekejap, kehidupannya berubah. Bak seorang Cinderella, segala fasilitas kemewahan yang tak pernah ada dalam impiannya ... Pun Ia dapatkan.

Hanya satu perbedaan yang mencolok antara dirinya dan kisah Cinderella; cinta.

Ia tidak tahu tujuan Jackson menikahinya tapi Ia sempat mendengar jika sosok 'mayat itu' mirip dengannya.

Entah apa yang dimaksud dengan arti kata mirip.

Terlalu sibuk memikirkan banyak hal, Elenora tak menyadari jika mobil sudah berhenti semenjak lima menit yang lalu.

"Maaf, Frau. Kita sudah sampai."

"Ah, ya Herr Kim..."

Kimmie menyela cepat, "Cukup panggil Kimmie saja, Frau." Pria itu tersenyum canggung.

"Usia Anda lebih tua dari Saya, Herr. Jadi tidak perlu merasa sungkan."

"Ya Frau- Eh, maksudku Elenora. Tapi jika Kau sedang bersama Herr Hoffman, maka Aku tidak bisa memanggilmu tanpa sebutan Frau." Pria itu terkekeh, "Herr Hoffman bisa membunuh jika Aku memanggilmu selancang ini."

Keduanya sama-sama tertawa, mengingat betapa kakunya sikap Jackson selama ini.

******

TOUCH VOTE AND LIKE, PLEASE!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status