Share

Bab 0003

6 tahun yang lalu

Indonesia

“Rain sampai kapan kamu mau seperti ini hanya karena seorang gadis?”

Skala sampai jauh-jauh datang ke Jogja karena sang keponakan yang tinggal satu apartemen dengan Rain mengabari bahwa putranya itu sudah berhari-hari mengurung diri di kamar dan tak mau berbicara. Dia hanya keluar untuk mengambil makanan yang kadang tidak dia habiskan lalu kembali masuk.

“Papa sebenarnya tidak ingin mengatakan ini karena pasti terdengar kejam di telingamu, tapi kamu harus tahu sebagai seorang laki-laki kamu lemah jika sampai seperti ini hanya karena seorang gadis. Ayo lah! masih banyak gadis lain di luar sana.”

Skala tersentak, mulutnya mengatup seketika karena Rain menoleh dengan sorot mata elang. Pria itu menyugar rambut dan menoleh ke arah istrinya-Bianca yang sejak tadi hanya bisa menahan air mata melihat keadaan putranya yang begitu kacau hanya karena diputuskan oleh seorang gadis.

“Papa akan membelikanmu tiket ke Australia! Susul dia! Atau perlukah Papa pesankan jet pribadi untukmu sekarang juga?” tanya Skala yang frustasi.

“Tidak usah disusul, untuk apa?” bentak Bianca yang sejak mendengar putranya ditinggalkan begitu saja oleh Embun menjadi murka. “Kamu laki-laki Rain, masih banyak gadis yang mau sama kamu. Dia ninggalin kamu artinya sudah tidak punya perasaan lagi ke kamu, untuk apa kamu meratapinya sampai seperti ini?”

Gama-sepupu Rain yang sejak tadi menelinga dari dalam kamar merasa bersalah. Sejatinya Gama juga terluka karena gadis yang juga membuat Rain terluka. Embun. Ya, namanya Embun. Gadis periang yang sudah membuatnya jatuh cinta. Gadis yang dia kenal dari sebuah aplikasi berbalas pesan, gadis yang dia susul sampai ke Jogja tapi sayangnya Embun malah lebih dulu berpacaran dengan sepupunya sendiri.

“Papa dan Mama tidak perlu khawatir, aku besok akan sekolah lagi,” ucap Rain sambil berdiri lantas masuk ke dalam kamarnya.

Setelah melihat punggung putranya menghilang Bianca dan Skala berbalas pandang, saling memberi kode. Dengan bahasa kalbu mereka sepakat tidak perlu kembali membahas soal itu dengan sang putra. Skala pun mendekat ke arah Bianca dengan kedua tangan berada di pinggang, berniat ingin membicarakan Rain lagi, tapi dia lebih dulu dikagetkan dengan kedatangan sang putra yang tiba-tiba keluar dari dalam kamar.

“Ponselku rusak, bisakah Papa membelikannya yang baru?” Rain memperlihatkan benda pipih di tangannya yang sudah mati dengan layar pecah. Ia membanting benda itu setelah Embun berkata bahwa cinta mereka hanyalah cinta monyet.

***

Australia

“Bagaimana keadaan anak saya Dok?”

Dengan bahasa Inggris yang lancar Axel menanyakan keadaan putrinya. Embun tiba-tiba saja pingsan setelah memakan buah strawberry. Mengingat bahwa ibu kandung Embun-Rea memiliki intoleran makanan yang akan menyebabkan sesak napas saat memakan buah itu, Axel pun menjelaskan ke dokter supaya dokter bisa lebih mudah melakukan diagnosis ke putrinya.

“Kami masih menunggu hasil tes darah, semoga hasilnya segera keluar.”

Dokter menepuk pundak Axel lantas pergi dari depan kamar perawatan Embun. Jawaban itu jelas tidak meredam rasa khawatir Axel. Pria itu menggosok mukanya kasar, sejak kembali ke Australia putrinya menjadi pendiam. Kecerian seolah musnah dari diri Embun. Axel merasa semua ini kesalahannya, dia pun menangkup sisi kepala, air matanya menetes bersamaan dengan sang istri yang membuka pintu kamar.

“Ax!” Jojo merengkuh pundak suaminya, mencoba menenangkan. Ia tahu dengan jelas Axel pasti merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi pada Embun.

“Aku merusaknya, aku membuat batin dan raganya sakit. Ayah macam apa aku?” Pundak Axel bergetar hebat, sementara Jojo berusaha menahan suara tangisannya meski kristal bening juga sudah meluruh membasahi pipinya.

“Tidak Ax, tidak. Cepat atau lambat Embun juga harus tahu, dia harus tahu kenapa dia terlahir kembar tapi malah memiliki perbedaan yang jauh dengan saudaranya. Aku yang seharusnya disalahkan, kenapa aku melarangmu memberitahunya sedari awal, kenapa harus menunggunya sampai berumur tujuh belas tahun?”

Pasangan suami istri itu masih berpelukan di depan pintu kamar perawatan putri mereka sambil menangis, hingga pintu terbuka kecil. Putra mereka ‘Sky’ menampakkan sedikit muka dan memberitahu bahwa kakak perempuannya-Embun sudah bangun.

“Mi!"

Sky mengusap bagian bawah matanya sendiri untuk memberitahu Jojo bahwa masih ada jejak air mata di sana. Axel pun memalingkan muka, mengusap wajahnya sebelum masuk menemui sang putri tercinta.

Dua hari kemudian, Embun sudah terlihat sehat. Dia bahkan sudah memakai baju biasa karena sudah diperbolehkan pulang. Gadis itu sedang duduk di atas ranjang, memandangi ponselnya untuk membaca sebuah pesan yang tidak pernah ingin dia hapus dari sana. Meskipun orang yang pernah berbalas pesannya sudah tidak bisa dihubungi lagi.

“Hallo Bubu, apa sudah sehat?”

Embun kaget dan langsung meletakkan ponsel saat dokter menyapanya menggunakan bahasa Indonesia. Jojo yang masuk bersama dokter melihat dengan jelas sang putri menyimpan ponsel dengan terburu-buru, wanita itu tahu apa yang baru saja dilakukan putrinya.

“Dokter bisa berbahasa Indonesia?” tanya Embun menggunakan Bahasa Indonesia juga.

“Tentu, karena aku keturunan Indonesia.”

Mata Embun terlihat membeliak. Ia menatap Jojo, mencoba mencari pembenaran dari ucapan dokter yang beberapa hari ini memantau kondisi kesehatannya. Senyuman dari wanita yang sangat dicintainya itu menjawab rasa penasarannya.

“Aku akan mengatakan hal ini, jika Embun tidak paham tanyakan saja, oke,” ucap dokter.

Embun malah ketakutan, dia sadar sebelum masuk rumah sakit kondisinya baik-baik saja. Tangannya sedikit gemetar, dia takut dokter memvonisnya mengidap penyakit mematikan. Hingga Jojo tersenyum dan menggenggam tangannya erat.

“Kamu memiliki intoleran makanan, dan ini terjadi karena faktor keturunan.”

“Apa?” Embun kaget mendegar ucapan dokter, dia memindai wajah Jojo dan wanita itu hanya mengangguk dan mengusap punggungnya lembut.

“Mama Rea juga memiliki intoleran makanan seperti itu,” ucap Jojo.

“Tapi untuk kamu, intoleran makananmu hanya akan muncul saat kamu sedang dalam kondisi stress,” imbuh dokter.

“A-a-apa ini penyakit mematikan?” tanya Embun terbata.

“Tidak, tentu tidak. Hanya saja jangan memakan buah strawberry saat sedang merasa lelah, suasana hati tidak enak.” Dokter menjeda kalimatnya. “Kamu tahu maksudku ‘kan?”

Embun mengangguk, dia sadar dengan kondisinya. “Tapi kenapa baru sekarang?”

Dokter dan Jojo saling pandang, mereka tidak mungkin menjelaskan bahwa mental dan kejiwaan Embun belakangan sedikit bermasalah.

“Ya, karena biasanya memang di umur lima belas tahun ke atas kondisi ini baru terjadi,” dusta dokter. Dan mungkin ini lah yang dinamakan kebohongan yang bisa dimaklumi.

“Tapi aku sarankan mulai sekarang tidak usah memakan buah itu, bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati, Bu?” Dokter bertanya sambil tertawa, dia bahkan mencubit pipi, hal ini membuat Embun merasa jika kondisinya memang tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.

Note : Intoleransi makanan Embun ini hanya karangan Nasya Mahila cantik julita jadi jangan disangkutkan dengan dunia nyata. OK 🤣

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
pasti berat banget embun buat ngambil keputusan ini
goodnovel comment avatar
Triwida
suka Mak dgn crtanya
goodnovel comment avatar
Mbak Lina
Nasya mahila cantik selalu bisa cerita menarik, punya ciri sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status