Share

Kaulah Orangnya

"Bagaimana bisa kau hidup kembali?"

Wajah Yuksel nampak begitu terkejut setengah mati. Serta rasa penasaran yang menyelimuti, hingga tubuh mulai turun ke kuburan yang digali sendiri. Dengan tangan yang masih memegang cangkul, membuat tubuh Kimberly beringsut. Yuksel ... tidak akan melanjutkan pemakaman dengan mencincang tubuhnya menggunakan cangkul tersebut kan.

"Tolong jangan mendekat Grand Duke," pinta Kimberly masih memiliki rasa takut.

Namun, Yuksel terus saja mendekat hingga menyudutkan Kimberly di galian kuburan. "Kenapa kau bisa hidup lagi? Apa tadi kau pura-pura mati?"

Kimberly menatap netra hazel milik Yuksel yang dipenuhi kepanikan. Wajah yang dikabarkan begitu dingin, tak pernah terjamah ekspresi. Di hadapannya, Grand Duke ini seperti bukan Yuksel saja. Cangkul baru saja terjatuh dari tangan Yuksel, lantas jemari yang dibalut sarung tangan mulai menyentuh nadi karotis Kimberly.

"Bagaimana ...."

Tubuh Yuksel perlahan mundur usai memastikan sesuatu. Hal yang tak mungkin itu baru saja Yuksel saksikan. Istri yang disentuh harusnya meninggal, tapi Kimberly justru hidup kembali. Meski heran dengan reaksi Yuksel, tapi kepala Kimberly langsung terangkat dan mata menatap ke atas, langit telah menurunkan hujan pada kulit bumi.

Seketika Kimberly menjadi panik. "Kita harus segera keluar Grand Duke! Bila tidak galian ini akan menjadi kolam dan kita akan mati!"

Sorot mata Yuksel menatap serius. "Kau lebih takut mati tenggelam, dari pada mati di tanganku?"

Kimberly tertegun. Pria yang dirinya sebut suami ini, tak akan mencoba membunuhnya dengan membiarkan Kimberly mati tenggelam karena air hujan kan? Itu hal yang cukup memalukan jika menjadi buah bibir di masyarakat kota Lefan. Mata Yuksel masih menatap serius, kemudian berjalan mendekat.

"Di sini tidak ada siapa pun," ujar Yuksel sembari menyeringai.

Wajah Kimberly menunjukkan ketakutan. "Apa maksudmu Grand Duke? Apa kau tidak takut tidurmu dihantui oleh istri-istri yang kau bunuh!"

Yuksel telah menyudutkan Kimberly kembali, jemari tersebut menyentuh pipinya. "Roh para istriku pun, berpikir ribuan kali untuk menghantuiku."

Mata birunya melotot mendapati Yuksel yang sedang melepaskan kancing piyama tidurnya. Terburu Kimberly menangkap tangan suaminya ini. Matanya saling bertatapan dengan Yuksel, mata yang kembali menyorot dingin serta tajam.

"Grand Duke, apa kau akan menyentuh istrimu di galian kuburan? Terlebih tempat ini akan segera tergenang air hujan!"

Yuksel menyeringai dan berbisik, "hujan apa yang membuat kuburan tergenang dalam waktu singkat? 15 menit juga cukup bagiku untuk mencicipimu, istriku."

Ketika kepala Kimberly menoleh, tanpa penuh pertimbangan Yuksel langsung mencium bibirnya. Menyesap cukup rakus dan tangan kiri mengukung kedua lengannya, sementara jemari lain sibuk melepaskan kancing baju tidurnya. Ini pemaksaan!

"Ugh!"

Yuksel yang semula menyesap kulit leher Kimberly, sempat berhenti dan menyeringai. "Kenapa? Apa rasa sakitnya mulai hinggap lagi? Rasa sakit seperti menuju ajal."

Tubuh Kimberly menjadi lemas. Mulutnya ingin memaki namun sama sekali tidak bisa bergerak. Seluruh otot tubuhnya melumpuh. Dalam keadaan seperti ini, Yuksel justru memanfaatkan untuk melucuti seluruh pakaian Kimberly dengan cepat.

Mata Kimberly berusaha tetap terjaga, hanya demi memastikan tato di dada Yuksel itu! Tapi nyatanya. Jangankan mata, seluruh nadi di tubuh Kimberly pun berhenti berfungsi. Yuksel menatap pada Kimberly yang sepenuhnya telah mati.

Meski begitu, sama sekali tak menyurutkan niat Yuksel untuk menyetubuhi Kimberly. Di tengah-tengah galian kuburan, untuk kali pertama, Kimberly diterobos. Tanpa jeritan rasa sakit atau tangisan, sama sekali tak ada meski Yuksel terus saja bergerak liar. Karena Kimberly telah mati!

Hingga rintik hujan tak lagi memberi berkah pada bumi. Saat itu mata Kimberly mulai mengerjap. Samar-samar telinga mendengar suara berbagai jenis binatang saling bersahutan.

"Tiga, dua, satu."

Kepala Kimberly menoleh mendengar suara itu. Segera, tubuh beringsut begitu mendapati Yuksel duduk di sebelahnya. Namun, Kimberly meringis ketika tubuh di bawah sana terasa sakit dan perih. Mata Kimberly terbelalak menyadari sesuatu telah terjadi, sampai netra birunya melotot pada Yuksel.

"Sudah kuduga," ujar Yuksel sembari menyeringai, "kaulah orangnya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status