Hanna Andira, di ambang keputusasaan, berdiri di tepi jembatan dengan niat untuk mengakhiri hidupnya. Namun, ketika ia hendak melompat, takdir mengubah jalannya. Seorang pria tampan, Caraka PraSagara, muncul dan mencegahnya dengan tegas. Meskipun Hanna menolak bantuan yang ditawarkan dengan penuh kemarahan, Sagara, begitu ia disapa, menunjukkan ketegasan yang jarang ditemui. Melihat perut Hanna yang membesar, Sagara menarik kesimpulan yang mengejutkan: Hanna sedang hamil. Dalam dialog yang sarat emosi, Sagara menawarkan sebuah proposal yang tak terduga: menikahi Anna. Untuk Hanna yang telah merasa dikhianati oleh kekasihnya dan hidup dalam kesendirian, tawaran itu menawarkan sebuah harapan baru. Namun, apakah Hanna akan menerima tawaran yang sepertinya hanya dilandasi oleh kebutuhan praktis?
View MoreWaktu sudah menunjuk angka lima sore.Cup!Baru pulang ke rumah, pria itu mencium pipi sang istri yang sedang sibuk dengan kue di dalam dapur. Lantas pria itu memeluk sang istri dari belakang dengan kepala ia sandarkan di bahu Hanna.“Lagi buat apa?” tanyanya pelan.“Brownies kukus kesukaan kamu. Tunggu sebentar, yaa. Tiga puluh menit lagi selesai. Sekarang, mending mandi dulu.”Cup!Pria itu kembali mencium pipi sang istri kemudian melepaskan pelukan itu. “Tumben banget, bikinin aku kue. Ada yang kamu inginkan?” tanya Sagara penuh curiga.Hanna menggelengkan kepalanya. “Nggak kok. Lagi pengen bikin kue aja. Tiba-tiba pengen bikinin kamu kue. Murni atas kemauan aku.”“Mungkin bawaan baby. Tau aja, kalau papanya lagi pengen makan makanan yang manis.”Hanna lantas terkekeh dengan pelan. “Mandi dulu, Sagara. Bau asem tau nggak!”“Enak aja.
Sagara menghela napas kasar. “Ada apa?” tanyanya datar. “Aku harus kembali bekerja karena sudah jam satu. Tidak perlu banyak basa-basi.”Clara mencelos mendengar ucapan Sagara. “Sagara! Kenapa mau-maunya kamu kerja seperti ini? Ada banyak perusahaan lain yang mau menerima kamu, Sagara!”Pria itu mengendikan bahunya. Kemudian meninggalkan Clara karena tidak ingin mendengar segala ocehan yang akan dikeluarkan oleh perempuan itu.“Sagara, tunggu!” Clara menahan tangan Sagara kembali.Pria itu memijat keningnya. Sungguh. Pertemuan dengan Clara di tempat yang sama sekali tidak dia inginkan itu membuatnya pusing. Ia tak mau sampai Krisna melihatnya.“Clara! Apa lagi yang ingin kamu bahas? Jangan bertele-tele. Aku harus kerja!” gertak Sagara yang sudah kesal kepada mantan kekasihnya itu.Perempuan itu lantas menghela napasnya dengan kasar. “Aku masih cinta sama kamu, Sagara. Kalau sejak awal kamu sudah selingkuh, kenapa sekarang malah ingin mengakhiri perselingkuhan kamu itu?”Sagara terseny
Setibanya di kantor.Sagara mengambil alat pel dan menghampiri ruang meeting yang sudah dipastikan sedang membahas masalah yang sama dengan Anumerta. Sebab kedua perusahaan itu tengah bersaing untuk mendapatkan hasil yang baik kemudian bekerja sama dengan perusahaan yang ada di Jerman.“Kita tidak boleh kalah oleh Anumerta itu,” kata Andi—manager produksi di sana.“Mereka bisa menang karena anak dari pemilik perusahaan itu sangat pandai mengukir desain yang diinginkan oleh costumer-nya, Pak Andi. Jelas, kita akan kalah jika bersaing dengan perusahaan itu,” ujar Malik yang sudah putus asa jika mereka tidak akan bisa memenangkan persaingan itu.“Menurut kabar yang beredar, anak dari pemilik perusahaan itu sudah meninggal, Pak Malik. Sepertinya, kita masih memiliki kesempatan untuk memenangkan persaingan ini,” ucap Andi percaya diri.Sementara yang lainnya hanya manggut-manggut. Sebab mereka tak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan perusahaan tersebut.Klek!Sagara masuk ke dalam. Ia
Hari Senin.Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Hanna dan Sagara tengah sarapan sebelum kembali pada aktivitas masing-masing. Hanna kembali ke boutique dan Sagara bekerja sebagai office boy di Lestari Coorporation.Namun, sebelum pergi ke kantor milik Krisna, Sagara akan menghampiri Damar di Anumerta Coorporation. Karena ingin memberi tahu pada semua para staff di sana jika dia masih hidup."Kamu belum memberi tahu aku, apa yang akan kamu lakukan di kantor kamu itu, Sagara," kata Hanna sembari membereskan gelas dan piring."Hanya ingin memberi tahu pada semua orang, kalau aku masih hidup. Akan memberi pelajaran juga ke si Damar kalau aku tidak bisa dibunuh dengan mudahnya.""Tapi, Sagara. Kalau Damar kembali incar kamu, bagaimana? Sedangkan dia ingin sekali kamu meninggal."Sagara menerbitkan senyumnya. "Kamu tenang saja, Hanna. Seperti janjiku seperti yang dulu. Akan baik-baik saja,” ucapnya kemudian mengusap pucuk rambut istrinya itu.Perempuan itu kemudian menghela napasnya deng
“Aku ingin ikut, Sagara. Aku akan mendampingi kamu sampai urusan ini selesai. Aku baik-baik aja kok. Kayaknya anak aku paham dengan situasi dan kondisi kita. Makanya aku nggak merasa lelah ataupun kacepek’an.” Hanna menerbitkan senyumnya, agar suaminya tahu jika dia baik-baik saja.“Beneran? Kalau capek, bilang, yaa. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa, Hanna. Karena taruhannya, kamu bisa diambil oleh papa kamu karena aku nggak bisa jaga kamu dengan baik.” Sagara menatap Hanna dengan lekat.Perempuan itu lantas mengulas senyumnya sembari menggenggam tangan sang suami. “Don’t worry. I will be fine. Lagi pula, kamu udah stok berbagai macam makanan di sini. Karena tau, aku suka makan.”Pria itu lantas terkekeh pelan. “Ya sudah kalau begitu. Maaf, yaa. Harus ikut andil dalam pencarian semua yang Papa rahasiakan dari aku. Aku nggak akan pernah melupakan kejadian ini, Hanna. Akan selalu mengingatnya. Bahkan, jika semuan
Sehingga membuat Hanna geleng-geleng kepala sembari mengulas senyumnya. “Mau ke makam papa kamu, Sagara?” tanyanya kemudian.Sagara menatap jam yang melingkar di tangannya. “Baru jam dua belas. Ya udah. Kita ke makam Papa dulu. Habis itu kita cari tau tentang dokumen yang sudah aku dan Andra ambil.”Hanna menganggukkan kepalanya.Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di sebuah tempat pemakaman umum. Di mana Satya dimakamkan di sana.“Assalamualaikum, Pa. Aku kembali. Bawa istri aku, Hanna. Dan Andra juga. Dia baru ketemu lagi setelah sekian lama nggak ketemu.” Sagara berbicara sembari menabur bunga di atas pusara sang papa.“Terakhir ke sini waktu mau menikah dengan kamu, Hanna. Meminta restu dan mendoakan Papa agar mendapat kebahagiaan di sana,” ucapnya kemudianHanna menganggukkan kepalanya sembari mengulas senyumnya. “Iya, Sagara.Terima kasih, sudah mengenalkan aku pada orang tua kamu.”Sagara mengusapi punggung istrinya itu. Sementara Andra menatap batu nisan yang
Andra menjelaskan dengan panjang mengenai kasus pembunuhan yang terjadi pada Satya. Ia yang sudah curiga kepada Mayang, semakin yakin jika Mayang yang sudah membunuh Satya.Sementara Sagara menghela napasnya dengan panjang. Menatap sang mama dengan sangat lekat kemudian memegang kedua tangan perempuan itu."Bisa jadi Mama disuruh Damar, Ndra." Sagara masih mengira jika yang menaburkan racun ke dalam kue Satya adalah Damar."Sama aja, Sagara. Mau lo nuduh si Damar ataupun nyokap lo, sama aja. Mereka yang udah bunuh bokap lo. Mereka berdua. Nyokap lo pengen nikah sama di Damar. Dan si Damar ingin segera menguasai perusahaan lo. Otomatis orang dua itu yang udah bunuh bokap lo. Dah! Urusan yang racun bokap lo udah selesai. Tinggal cari tau di mana dokumen asli itu disembunyikan Om Satya."Sagara menelan salivanya dengan pelan. Kemudian melepaskan tangannya yang tadi menggenggam tangan sang mama. Ia mengambil bunga mawar yang dibeli di jalan. Kemudian mengambil batu yang cukup besar yang a
Sehingga membuat Sagara menolehkan kepalanya kepada Andra. Lampu lalu lintas berwarna merah. Sagara menghentikan mobilnya.“Kenapa lo bisa berpikir ke arah sana, Ndra?” tanyanya kemudian.Andra mengendikan bahunya. “Hanya menebak-nebak. Jalan, Sagara. Udah hijau.”Mobil itu kembali melaju. Tingkat penasarannya semakin tinggi tentang apa yang akan disampaikan oleh Suster Indah kepadanya. Ia ingin segera tiba. Ingin segera tahu, apa saja yang terjadi selama dua minggu itu.Tiba di rumah sakit jiwa.Sagara menggenggam tangan Hana dengan erat kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang rawat sang mama. Diikuti oleh Andra di belakang mereka."It's okay, Sagara. Semuanya akan baik-baik saja. Mama kamu pasti baik-baik saja." Hana mencoba menguatkan sang suami.Sagara lantas menerbitkan senyumnya kepada Hana kemudian menganggukkan kepalanya dan kembali melangkahkan kakinya menuju ruang rawat mamanya."Pagi, Sus!" Sagara menyapa Suster Indah setelah tiba di ruang rawat Mayang."Pagi, Mas Sagara
Hanna menghentikan acara mengoles selai ke dalam rotinya kemudian menatap Andra yang masih berdiri di sampingnya sembari memikirkan ucapannya tadi.“Seusuatu apa, Andra?” tanya Hana kembali.Andra menolehkan kepalanya kepada Hana. ‘Kayaknya Sagara belum ngasih tau tentang hal itu ke Hana. Atau mungkin orangnya bukan dia. Kalau bukan, bisa menciptakan keretakan rumah tangga, gue,’ ucapnya dalam hati.Sebab, tak mungkin ia ceritakan tentang sesuatu tersebut jika Sagara sendiri belum memberi tahu kepada Hana. Ia hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan sembari meneguk air minum kembali.“Lupa. Kejadiannya di lima belas tahun yang lalu. Nggak terlalu ingat dan samar-samar,” ucapnya kemudian.“Tentang apa?” tanya Hana lagi.Andra menghela napas pelan. “Kita pernah punya teman perempuan waktu itu. Tapi, orangnya udah nggak ada. Nggak tau ke mana, dia nggak kasih tau.”“Terus … hubungannya dengan aku, apa?” Hana semakin menyudutkan Andra agar mau bercerita.“Hanya mirip.” Andra menerbitkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.