Share

Bab 7. Pertemuan

Diana dan Liana tersenyum puas. Mereka melihat makanan dan minuman sudah tertata rapi di atas meja makan. Snack pun dalam toples-toples juga sudah terisi penuh.

"Akhirnya kelar juga, Di," kata Liana padanya. Liana segera membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol coca-cola. Liana lalu mengambil gelas di kabinet bawah.

"Minta sini," kata Diana padanya. 

"Okay." Liana segera menuangkan coca-cola di dua gelas dan menyerahkan satunya kepada Diana. Mereka meminumnya dalam satu kali tegukan. Diana berkata pada Liana, "Li, menurut lo, Richard nanti beneran dateng ngga?"

"Iya beneran lah Di. Dia udah confirm kan waktu lo kirim kabar?"

"Iya sih, cumen gue takut aja kalau dia ngga show up," kata Diana dengan nada cemas. Liana mendekati Diana dan memeluk bahu sahabatnya, "Kalau dia ngga show up berarti lo harus jauhin dia. Anggap aja dia stranger kemarin sore."

Diana mengangguk. Hatinya sedikit lega mendengar ceramah singkat Liana. Liana memegang kedua pipi Diana dan meyakinkannya kalau semuanya akan baik-baik saja. Mereka segera menuju ke ruang keluarga dan beristirahat sejenak di sofa. Tiba-tiba Pak Wisnu datang dari belakang mereka dengan membawa gelas.

"Diana, papa mau bicara sama kamu."

Diana segera menegakkan badannya. Padahal dia belum beristirahat. Melihat papanya membawa gelas, Diana menatap Papanya dan bertanya, "Mau Diana bikinin teh lagi, Pa?"

Papanya menggeleng. Papa segera duduk di salah satu kursi sofa yang terletak di samping Diana. "Diana, tadi mama kasih tahu papa kalau nanti ada laki-laki yang dateng kesini. Apa benar?" Diana mengangguk pelan. Dalam diam, Liana mendengarkan percakapan Diana dan papanya. Dia berusaha tidak mencampuri percakapan mereka.

"Dia kerja atau kuliah?" tanya Pak Wisnu lagi.

"Dia punya usaha sendiri, Pa. Resto dekat dengan kampus. Diana memang sengaja masak supaya dia bisa cobain karena dia lagi cari koki yang bagus," jawab Diana dengan halus

Mendengar hal itu, Papanya jadi naik pitam. Papanya berkacak pinggang dan berkata pada anak perempuannya itu, "Koki yang bagus? Diana Chandra Wisnu! Kamu itu Papa sekolahin tinggi-tinggi bukan buat jadi koki resto. Otakmu itu encer, kamu bisa jadi eksekutif kek, atau mungkin kuliah lagi, atau malah kalau bisa jalanin usaha Papa Mama."

Diana berusaha menarik nafasnya dalam-dalam. Dia sadar dia telah dalah bicara dan menyebabkan papanya salah paham. Diana mencoba untuk tenang menjawab, "Maksud Diana itu Diana mau bantu Richard buat ngembangin usahanya. Diana bisa tulisin resepnya atau bikin bumbunya lalu koki-kokinya dia disana tinggal bikin menunya. Sesimpel itu Pa!. Bukan berarti Diana jadi karyawannya Richard. Mungkin di pemahaman Papa istilahnya itu konsultan."

Pak Wisnu terlihat masih memproses jawaban Diana. Diana berkata lagi, "Papa tahu bayaran chef jaman sekarang tinggi-tinggi? Jadi kalaupun jadi chef, sebenarnya ngga masalah juga kan? Papa kan juga chef."

Pak Wisnu mengernyitkan dahi mendengar jawaban Diana. Beliau segera bertanya, "Maksudnya papa chef? Papa bukan koki, Diana."

"Tugas koki kan orang yang mengolah barang mentah jadi bahan jadi yang siap dikonsumsi. Papa juga ngolah cengkeh, nilam mentah jadi minyak atsiri. Berarti papa itu koki juga kan? Dalam hal yang berbeda pastinya. Buktinya, papa juga sukses. Diana bisa sekolah di tempat bagus-bagus karena Papa."

Papa mengangguk-angguk dan berkata pada Diana, "Kamu memang cerdas Diana. Maafin Papa ya Di tadi jadi agak marah sama kamu padahal kamu ngga salah apa-apa. Papa takut kalau kamu kenapa-kenapa. Walaupun kamu sudah besar, namun di mata Papa, kamu tetap putri kecil Papa Mama. Selain itu, karena baru kali ini kamu mau bawa cowok ketemu papa mama. Pacar-pacarmu sebelumnya yang katanya ganteng aja ngga kamu kenalin ke papa mama. Papa cuman tau foto dan ceritanya tapi ngga pernah tahu orangnya langsung."

Diana tersenyum dan memeluk papanya, "Diana sampai kapanpun akan tetep jadi putri kecil Papa. Tapi Diana minta tolong satu hal ke Papa?"

Papa melihat wajah anaknya dan bertanya, "Apa Diana?"

"Diana belum kenal Richard banget. Diana baru mengenalnya kemarin. Richard juga bukan pacar Diana. Jadi jangan terlalu neken Richard ya pa. Anggap Richard kayak Dino."

Papa tertawa dan mengusap-usap rambut Diana. "Iya sayangku. Papa tahu kok porsinya. Tenang ya."

Diana mengangguk. Liana yang selama ini diam memperhatikan mereka, tersenyum dalam hati. Liana segera duduk tegak dan menengok ke arah Pak Wisnu dan Diana, "Om, Diana, saya mau ke kamar dulu ya."

Pak Wisnu mengiyakan. Liana segera berjalan menuju ke kamarnya.

"Oh ya Liana," panggil Pak Wisnu. Liana segera menoleh ke arah Pak Wisnu, "Iya om."

"Nanti ajak Dino juga ya."

"Okay, baik om." Liana mengangguk mohon ijin masuk kamarnya. Diana tersenyum melihatnya.

Pak Wisnu segera berkata pada Diana yang masih terdiam disitu, "Mandi sana. Pakai baju yang bagus. Hargai dirimu sendiri."

Diana mengangguk dan segera mencium pipi papanya. Lalu dirinya segera masuk ke kamarnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 6 sore. Diana sudah bersiap. Dia memakai gaun hitam pendek yang menampilkan sisi femininnya. Tak lupa dia pun mengepang rambutnya di bahu sebelah kiri. Poninya pun dibiarkan sedikit berantakan. Dia segera keluar dari kamarnya dan mengecek tempat makan kembali. Memastikan semuanya sudah siap dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Liana membantu Diana mengecek semuanya. Liana memakai gaun floral pendek berwarna hijau.

Jantung Diana berdegub kencang namun dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tak lama kemudian terdengar suara ketokan di pintu rumah. Pasti itu Richard. Liana segera memberikan isyarat pada Diana supaya dirinya yang membuka pintu. Diana mengangguk dan segera berjalan ke pintu membukanya.

Begitu Diana membuka pintunya, Richard tersenyum dan melihat Diana dari atas sampai bawah dengan takjub. Diana merasa risih, namun Richard terus melihatnya dan mematung.

"Halo Richard!" seru Diana sambil mengarahkan tangannya ke depan mata Richard.

"Halo.. Halo.. Richard!"

Richard terkejut dan berkedip. Dia tersadar, "Oh hi Diana. Maaf tadi aku kaget banget liat kamu. Kamu cantik banget malam ini."

Wajah Diana terasa memerah. "Thank you. Ayo sini masuk Richard. Ada Papa dan Mama di dalem." Hati Diana seperti melompat melihat Richard, namun dia menunjukkan sikap coolnya.

Richard malam itu memang terlihat lebih tampan dari biasanya. Dia memakai kemeja putih yang dibalut dengan rompi warna abu-abu dan celana hitam panjang. Parfumnya pun tercium sangat maskulin. Penampilan yang casual namun stylish.

"Ayo, duduk disini dulu Richard. Aku ijin ke belakang sebentar ya."

"Sebentar Diana." Richard segera memberikkan tas kertas coklat besar kepada Diana. "Ini pancake buat tambahan makan malam."

Senyum Diana mengembang tipis, "Campuran dong eastern sama western food malam ini."

Richard berbisik ke telinga Diana, "Seperti aku juga kan? Campuran?" Diana tertawa namun hatinya berdegub kencang. Bukan karena perkataan Richard, namun karena bisikannya yang membuat Diana dapat merasakan nafasnya di telinga.

Richard segera mencari tempat duduk yang membuatnya nyaman. Diana segera menuju ke dapur untuk mengambil minuman dan mengatur pancake yang dibawa oleh Richard. Diana segera mengambil piring-piring kecil sebagai alas pancake tersebut.

Richard duduk dan melihat sekitarnya. Ada foto-foto Diana dan Liana tergantung di dinding ruangan tersebut dengan berbagai pose dan ada lukisan bunga mawar besar di ruangan itu. Richard bertanya-tanya dalam hati apakah bunga Mawar adalah bunga favorit Diana. Richard terus memandang lukisan itu sampai dia mendengar suara sapaan di belakangnya. "Halo, ini pasti Richard ya?" 

Richard segera berdiri dan menyambut wanita paruh baya yang mirip dengan Diana. "Pasti ini ibunya", pikir Richard. Richard segera membalas sapaan itu, "Iya. Selamat malam tante. Saya Richard" Richard menunduk kepala sebentar menunjukkan sikap hormat pada bu Wisnu.

Bu Wisnu tersenyum melihat sikap Richard. Dia sangat senang dengan kesopanan yang ditunjukkan oleh Richard. Tak lama kemudian Pak Wisnu keluar dari kamarnya dan segera menemui Richard juga, "Halo nak Richard." Richard menoleh kepalanya dan melihat pria gagah yang diduganya sebagai papa Diana.

"Selamat malam Om." Papa Diana tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Richard. Richard menjabat tangan Papa Diana dengan mantap. Pak Wisnu segera berkata kepadanya, "Ayo duduk dulu."

Richard mengangguk lalu kembali duduk. Papa Diana segera duduk di samping depan Richard. Richard tampak gugup namun dia berhasil mengendalikan perasaannya. Pak Wisnu membuka percakapannya, "Tadi kesini naik apa Richard?"

"Naik mobil om, tante. Mohon ijin mobilnya saya parkir di depan rumah."

Pak Wisnu menggangguk dan mengiyakan, "Iya gpp. Kosong itu. Pake aja."

"Oh ya, nak Richard dari mana tadi?" tanya Bu Wisnu.

"Dari Resto langsung om, tante. Kebetulan besok pagi ada pesanan makanan, jadi temen-temen mulai menyiapkan bahannya mulai sekarang biar ngga buru-buru," jawab Richard sambil tersenyum.

"Wah lumayan juga ya, banyak pesanannya?" tanya Pak Wisnu lagi.

"Sekitar 500 porsi om, tante, karena besok ada acara jurusan MIPA. Ya usaha kecil-kecilan sih om, tante. Yang pesan ke tempat saya juga palingan temen-temen kampus seperti anak-anak BEM, atau anak-anak Himpro."

Papa Diana mengangguk dan mengernyitkan dahi, "Lha kamu kuliah juga atau ngga?"

Belum sempat menjawab itu, Diana datang membawa gelas berisi teh hangat. Dia segera menghidangkannya depan Richard dan kedua orang tuanya. Diana sekilas mendengar percakapan mereka lalu menimpali, "Papa ah, ngga usah interogasi Richard. Ini minumannya mari diminum dulu."

Richard melihat Diana dan berkata kepadanya, "Terima kasih Diana. Gapapa kok."

Diana tersenyum dan dia kembali masuk ke dalam.

Richard kembali menjawab Pak Wisnu, "Saya sudah lulus kuliah om, tahun lalu. Saya ambil Hubungan Internasional kemarin." Pak Wisnu tampat terkejut.

"Wah, bisa jadi diplomat itu. Bener kan ma?" tanya Papa Diana sambil melirik istrinya. Bu Wisnu mengangguk dan tersenyum.

"Iya, mungkin ke depannya. Tapi ini masih fokus dengan usaha dulu sih om, tante," jawab Richard sambil tersenyum.

"Iya ya. Yang penting ikutin kata hati. Seperti kita kan ya Pa?" kata bu Wisnu sambil melirik suaminya. Mereka pun tertawa bersama.

Diana dan Liana mengamati Richard dari jauh. Liana berbisik kepadanya, "Tuh Di, cakep banget. Udah sikat Di!"

Diana menjawab, "Apaan sih. Gue deg-degan nih, ngomong apaan ya papa mama ke Richard?"

"Sejauh yang gue lihat, mereka tertawa-tertawa aja sih, Di. Jadi kayaknya lancar jaya. Udah ngga usah kebanyakan mikir lu!"

Diana tertawa lalu melihat ke arah Liana, "Dino uda dimana? Kalau ngga dateng-dateng, bakalan molor ini acaranya. Mana gue uda laper nahan ngga makan dari tadi."

"Oh iya. Mana ya tuh bocah? Gue telp dia dulu deh," Liana segera berjalan menjauh menelepon Dino. Diana termenung sambil menatap Richard dan kedua orang tuanya yang bercakap-cakap di ruang tamu.

Tak lama kemudian, bel pintu rumah kembali berdering. Liana langsung menuju membukanya dan permisi kepada ketiga orang yang sedang bercakap-cakap dalam ruangan tersebut.

"Halo Dino!" kata Liana.

Dino memakai kemeja dan celana coklat. Senyum Dino melebar melihat Liana.

"Halo Liana. Udah pada disini semua ya?" tanya Dino sambil mengintip ke belakang Liana. Liana menginjak kakinya dan berkata, "Tinggal nunggu lo. Lama banget sih."

"Iya maaf. Maaf."

Pak Wisnu terkekeh melihat adegan itu dan segera berkata kepada mereka, "Udah Liana, jangan galak-galak sama Dino. Kalian ini dari kecil ngga berubah."

Dino segera menyapa mereka, "Malam om dan tante,"

"Malam Dino. Ayo masuk," kata bu Wisnu kepadanya.

Pak Wisnu menimpali, "Ayo sini masuk, No. Kenalan sama Richard."

Richard segera berdiri dan mengulurkan tangannya pada Dino. Dino tersenyum dan membalas jabatan tangannya.

"Halo Richard. Aku Dino temennya Diana dan Liana," kata Dino memperkenalkan diri.

Richard mengangguk dan berkata, "Akhirnya ketemu kamu juga, No. Diana sama Liana sempet cerita tentang kamu."

"Oh ya? Semoga ngga yang aneh-aneh ya," kata Dino menjawab.

Richard tertawa mendengarnya. Diana segera berkata kepada mereka, "Yuk, mari semuanya langsung ke ruang makan. Chef Diana sudah masak Rawon untuk semuanya." Diana melirik Papanya. Papanya tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status