Share

Bab 9. 7/20 Minutes in Heaven

Dino dan Liana segera memaksa Diana dan Richard masuk ke dalam kamar Diana. Liana mematikan lampunya dan berpesan kalau Diana dan Richard menyalakan lampunya, maka mereka akan dipaksa berciuman depan orang tua Diana.

"Sungguh kejam! Emang kita anak-anak," batin Diana. Tapi mereka ngga punya pilihan lain. Dino dan Liana bisa menjadi sangat keras kepala kalau sudah ambil keputusan.

Richard memilih duduk di ujung tempat tidur dan Diana juga duduk di ujung satunya lagi. Mereka berdua duduk dalam keheningan. Ketertarikan seksual diantara keduanya hampir memuncak. Dengan adanya sedikit cahaya dari arah luar kamar yang menembus ke jendela, Richard sesekali melihat bibir Diana dan menelan ludahnya. Dia melihat sosok Diana yang sangat menarik di matanya. Sayangnya, Diana tidak bergeming. Richard pun menahan dirinya.

"Hmm, Diana?"

Diana menjawab, "Iya Richard."

"Agak aneh sih kalau kita diem-dieman gini. Tujuh menit lumayan lama lho. Gimana kalau kita tanya jawab biar kita juga lebih saling mengenal?"

"Okay boleh, Richard. Aku juga ngrasa aneh sih kalau diem-dieman kayak gini," jawab Diana sambil tersenyum. Hati Richard terasa meleleh melihat senyuman indah itu.

Richard memulainya, "Hmm okay, aku duluan ya..., Kamu suka warna apa Diana?"

"Merah. Kalau kamu?"

"Aku suka hitam. Oh ya, kalau boleh tahu merahnya seperti mawar?"

"Iya. Kok tahu?"

"Di ruang tamu kan ada lukisan bunga mawar. Tadi aku berpikir pasti salah satu diantara kalian menyukai bunga mawar merah."

Diana tersenyum mendengarnya. Pengamatan Richard ternyata detail juga. Richard membalasnya dengan senyuman juga. 

"Kenapa kamu suka warna hitam? Aku kira putih. Kan Luscious Foods dicat putih," tanya Diana.

"Almarhum ayahku paling suka melukis menggunakan dengan dasar cat warna hitam. Beliau berkata warna hitam adalah warna netral yang melekat dan bekerja dengan baik apabila dikombinasikan dengan warna lain. Kombinasi hitam dengan warna lainnya menimbulkan harmoni visual yang kuat. Contoh gampangnya logo Blackpink, mereka pakai warna pink yang feminin dicampur warna hitam yang kuat. Orang-orang jadi tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Selain itu, hitam juga berarti berani, kuat, dan sedikit misterius."

Diana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku ngga tahu pandanganmu tentang warna sampai sedetail itu. Tapi memang bener sih, logo Channel yang hanya hitam dan putih malah memenangkan persaingan industri fashion dibandingkan dengan logo yang beraneka warna."

Richard tersenyum dan berkata kepada Diana, "Iya betul. Walaupun warna ada yang hitam dan yang putih, tapi hidup manusia ngga ada yang benar-benar hitam maupun putih. Makanya, manusia tertarik pada warna-warna yang kuat dan berdefinisi tersebut. Mereka berharap kalau mereka akan kuat dan punya karakter tegas seperti warna itu. Termasuk aku."

Diana tertawa. Dia menoleh ke arah Richard, "Lalu kenapa Luscious Foods kamu cat putih?"

Richard segera berdiri. Diana menatapnya tanpa berkedip. Richard melangkan dan duduk kembali tepat di samping Diana, "Sorry Diana, tadi aku ngrasa kita jauh-jauhan. Akan lebih nyaman kalau aku duduk disini. Is it okay?"

Jantung Diana berdegub kencang. Dia mengangguk pelan dan menjawab, "It's okay."

Richard menoleh ke arah Diana dan melemparkan senyum kepadanya, "Okay, waktunya jawab pertanyaanmu. Kalau masalah restoran, ngga mungkin dong aku cat hitam semua. Apalagi pangsa pasarku anak-anak mahasiswa yang suka foto. Jadi konsepnya harus instagrammable dan ceria. Kalau hitam semua, bisa-bisa resto dikira studio foto atau parahnya tempat perkumpulan sekte sesat."

Diana tertawa keras. Dia mengangguk-anggukan kepalanya sambil tertawa. Richard tersenyum. Wajahnya memerah melihat Diana tertawa. Untungnya gelap, jadi tidak terlalu kentara.

Diana segera bertanya kepadanya, "Oh ya Richard, aku keinget pas tadi makan malam, Tadi kamu bilang, kalau gundul jadi ngga bisa godain cewek ya? Emang mantan kamu berapa?"

Richard terkejut Diana menanyakan mengenai mantan. Apa itu berarti Diana mulai menaruh rasa kepadanya?

Richard tersenyum lebar lalu menjawabnya,"Mantanku ada dua. Yang satunya teman sekolahku SMA dan satunya temen jurusanku di kuliah. Aku tipe orang yang bisa dibilang setia ya karena minimal pacaran itu dua tahunan. Pacar pertamaku 2 tahun dan pacar keduaku 3 tahun. Abis itu putus dan jomblo sampai sekarang."

Diana ikut tertawa dan berkata kepadanya, "Sorry Richard. Awalnya aku kira kamu playboy. Terus kalian putus kenapa?"

Richard berbisik di telinga Diana, "Karena aku ganteng ya makanya kamu sebut playboy?" Diana langsung menunduk. Wajahnya memerah. Richard menyenggolnya, "Aku cumen bercanda, Diana."

Diana tersenyum tipis. Richard menatap lurus ke depan dan menjawab pertanyaan Diana sebelumnya, "Karena mereka selingkuh dan selain itu juga mereka beda agama denganku."

"Oh, aku kira kamu atheis," kata Diana sambil tertawa.

Richard terlihat kesal. "Tuh kan pemikiranmu tentang aku salah semua. Untung kan ada kita ikutan truth or dare, jadi kita bisa saling kenalan lebih jauh. Gantian ah, kalau kamu gimana Diana?"

"Mantanku itu ada yg anak olimpiade, anak basket, sama anak band. Komplit lah. Penyebab putusnya pun beda-beda. Yang anak olimpiade putus karena aku gagal masuk lomba debat, yang anak basket putus karena dia gay, dan yang anak band," Diana berhenti bicara mendadak. Dia teringat masa-masa itu ketika dirinya putus dengan Adam.

"Ada apa Diana?" tanya Richard pelan. Diana menarik nafas panjang. Jangan sampai ingatannya tentang Adam merusak situasi sekarang.

"Sorry, tadi cumen keinget sesuatu. Jadi yang anak band, kami putus karena selingkuh di belakangku."

Diana sengaja tidak menginformasikan mengenai hubungan terlarangnya dengan Adam kala itu. "Memalukan!" pikir Diana.

Richard menangguk dan berkata lagi, "Lucu banget sih mantan-mantamu Di, tapi itu beneran ada yang gay? Kok bisa ketahuan?"

"Mereka berciuman dan kepergok olehku. Akhirnya aku interogasi dia dan dianya ngaku."

Richard tertawa lepas. Diana pun tertawa mengingat Ayden juga. Richard bertanya lagi kepada Diana, "Terakhir kamu kan pacaran waktu SMA. Pernah ada kepikiran buat buka hati lagi jalin hubungan baru?"

Suasanya menjadi hening. Diana belum menjawab apapun. Richard berkata dalam hati, "Kalau Diana bilang dia ngga mau buka hati, berarti riwayatku cumen sampe sini. Sekian dan terima kasih."

Richard menunggu jawaban Diana dengan sabar. Diana akhrinya menjawabnya, "Iya. Aku juga pengen pacar, tapi belum ketemu yang cocok."

"Emang kamu suka cowok yang seperti apa Diana?"

"Baaaaaaaa!!!!!!!" tiba-tiba pintu kamar terbuka. Liana dan Dino segera menyalakan lampunya. Diana bernafas lega karena dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Richard tadi.

Dino bertanya kepada mereka, "Jadi dari tadi kalian ngapain? Kok masih pake baju?"

Diana segera mengambil bantal dan melemparkannya ke muka Dino, " Dasar mesum!" Dino tertawa terpingkal-pingkal.

Liana berkata, "Kalian tau ngga kalian di dalem itu uda dua puluh menitan dan kita diem aja karena takut ganggu kalian."

Richard terkejut dan segera melihat jam tangannya. Dia berkata kepada ketiga sahabat karib itu, "Aku pulang duluan ya. Masih harus ke resto ini karena besok ada pesenan. Kasian temen-temen yang nglembur disana."

Diana kecewa. Dia berharap bisa bersama Richard lebih lama lagi. Diana berkata kepada Richard, "Ya udah, aku anterin kamu ke depan ya."

Richard mengangguk. Dino akhinya juga berkata, "Kalau gitu gue pamit sekalian aja ya. Uda malem."

Liana menjawab, "Ih ngga seru, malah pada pulang cepet."

"Lain kali kita main lagi. Gue juga masih kudu cari jurnal online nih. Dosen gue minta lusa dikasih referensi-referensinya."

"Ya uda deh. Gue anterin juga ke depan," kata Liana. 

Mereka pun sampe ke depan rumah. Richard berkata pada Dino, "Kosanmu mana, No? Mau aku sekalian anterin?"

Dino menggeleng dan menunjukkan rumah kosannya, "Ngga perlu. Itu kosanku. Deket kan?"

Richard pun berkata kepada Diana, "Tolong pamitin ke om tante ya."

Diana mengangguk.

"Aku pulang dulu ya semuanya." Richard melambaikan tangan dan segera masuk ke mobil sedannya.

"Hati-hati ya Richard," kata Diana sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Richard melemparkan senyum kepada Diana dari dalam mobil.

Begitu mobil Richard pergi, Liana langsung menyenggol Diana, "Misi kita sukses malam ini Diana. Tos dulu!". Liana menaikkan tangannya.

"Tos!" kata Diana sambil menepuk telapak tangan Liana.

Dino melihat mereka sambil geleng-geleng, "Temen-temen gue kayak anak TK."

"Bodo amat," jawab Liana sewot.

"Udah ya gue pulang duluan. Selamat beberes rumah, para wanita!" Dino melambaikan tangan dan berjalan ke arah kosannya.

"Ati-ati ya No," teriak Liana. Dino hanya mengacungkan ibu jarinya ke atas kepalanya.

Diana dan Liana segera masuk kembali ke dalam rumah untuk beres-beres rumah. Diana bagian membereskan dan mengelap meja sedangkan Liana bagian cuci piring. Karena mereka terbiasa bekerja sama untuk membersihkan rumah, jadi mereka sudah tahu tugas masing-masing. Mereka juga menyimpan snack-snack yang masih tersisa dan sisa-sisa minuman yang masih ada. 

Setelah semuanya selesai, Diana dan Liana segera masuk kamar masing-masing untuk beristirahat. Diana ganti baju dan merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dirinya terbayang-bayang Richard. Penilaiannya tentang Richard salah besar. Dibalik ketampanannya, ternyata dia adalah pria yang sangat cerdas dan punya filosofi kehidupan yang dalam. Jarang ada pria yang demikian.

Diana segera melirik hpnya dan terlihat ada notifikasi. Jantungnya berdebar-debar.

RICHARD : Hi Diana. Aku sudah sampai resto. Masih harus nglembur nih. Kamu istirahat aja ya. Sweet dream!

Diana tersenyum-senyum sendiri membaca pesan Richard. Dia mulai mengetik.

DIANA: Semangat ya lemburnya. Jaga kesehatan disana. Besok aku mampir restomu buat bicarain menu tadi. See you Richard!

RICHARD: Okay Diana. Tak enteni tekamu sesuk (saya tunggu kedatanganmu besok)

Diana tertawa membaca pesan Richard. Dia geli sendiri kalau ingat Richard. Wajah kebule-bulean tapi ngomong bahasa jawa. Mungkin Richard memang lebih mirip almarhum ayahnya. Kalau ibunya sama kakaknya kayak gimana ya? Diana juga bertanya-tanya mengenai hal itu.

"Ah Diana, baru juga ketemu Richard kemarin uda berharap ditemuin sama keluarganya!", kata Diana dalam hati.

Diana berusaha memejamkan matanya dan akhirnya dia tertidur pulas.

Tanpa diketahui Diana, nun jauh disana, di Resto Luscious Foods, Richard sedang merayakan keberhasilannya menaklukkan hati orang tua Diana bersama Bono.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status