Sesulit apapun kehidupan atau seberapa rasa benci yang di terima, tolong untuk selalu mengingat bila melenyapkan diri tak lantas membuat banyak dosa terampuni. Hanya sebentar saja untuk bertahan sebelumAwan gelap berganti peran dengan kehidupan secerah mentari pagi***Gue mendengus bosan saat di lihatnya tak ada hal menarik yang bisa gue lakuin. Suara tawa dan omongan penuh kebohongan itu terdengar makin jelas. Menuang kembali tequila dan menggoyangkan gelasnya."Ini monyet satu kenapa mojok sendiri di sini?" Memicing, gue cuma melempar senyum sinis."Lo nggak bawa bini?" Singgungnya lagi, yang jelas nggak bisa gue abaikan seperti sebelumnya. "Kalau dia ikut, gue nggak bebas nyari cewek lagi dong?" "Wah, sinting ya lo, dulu aja ngerjar setengah mampus. Kenapa, mulai bosen? Padahal kawin belum lima tahun." Sindiran itu sudah berapa kali gue dengar sepanjang hari ini. Rasanya gue kesal sendiri karena beberapa kenalan dan karyawan menyinggung tentang Lora. Menyebut Lora lebih banyak
Banyak yang terjadi, entah itu menyakiti atau memberi lebih banyak tawa, bukankah manusia hanya perlu selalu berkaca, bila tak akan ada yang benar-benar sempurna. Tak ada yang benar-benar tinggal selain diri sendiri. Karena kehidupan memang tak pernah menawarkan rasa sukacita, sebab duka itu akan selalu ada sekalipun manusia meminta untuk bahagia.***Gue mengamuk, membanting semua barang dan terakhir membalikan meja berisi kue ulangtahun dan beberapa kado. Rumah dalam keadaan aman, nggak ada yang mecahin kaca atau Lora yang terluka, yang ada hanya berbagai balon dengan tulisan selamat menua, sepiring penuh cupcake bertuliskan hal serupa juga beberapa konfeti yang bertebaran dimana-mana."Apa-apaan ini Lora?!" Teriak gue murka. Sedang Lora di depan sana memucat, nggak menyangka kalau gue bisa sekasar tadi. Belum tahu aja dia kalau gue ini jenis manusia yang bisa aja membinasakan dia. Sialan! Gue nggak pernah tahu kalau semua pesan-pesan itu palsu, anjing emang! Lora sengaja mau buat
Mereka hanya memberi banyak nasihat, tanpa tahu jika hati tak semudah itu untuk kembali kuat. Banyaknya luka ini membuat beberapa orang tak bisa mengerti, sebenarnya apa yang sedang di cari? Bila selama ini hal yang paling berharga hanya tinggal di genggam jari. Membodohi diri memang semudah saat sedang patah hati. Banyak pertanyaan yang seharusnya hanya menjadi pertanyaan tanpa benar-benar mendapatkan jawaban.***Gue baru saja mengirim pesan penuh kebohongan seperti yang sudah biasa terjadi. Setelah pertengkaran itu gue bahkan belum pulang ke rumah, menginap di rumah Megan beberapa hari sebelum akhirnya berangkat untuk liburan, ngomong-ngomong selama gue nginep di rumah titisan si setan, Lora nggak mengirimkan apapun, entah itu pesan atau mencoba menghubungi gue, kenapa jadi dia yang marah padahal kan dia salah, dulu semasa kami pacaran Lora ini termasuk cewek yang nggak ribet dan nggak mudah ngambek, tipe-tipe cewek independen yang memahami dengan dewasa, tapi setelah menikah entah
Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t
"Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m
Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c
"Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja
Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m