Share

Di Balik Topeng Pria
Di Balik Topeng Pria
Penulis: Melia Halim

Moreno (Cinta itu basi)

Sesulit apapun kehidupan atau seberapa rasa benci yang di terima, tolong untuk selalu mengingat bila melenyapkan diri tak lantas membuat banyak dosa terampuni. Hanya sebentar saja untuk bertahan sebelum

Awan gelap berganti peran dengan kehidupan secerah mentari pagi

***

Gue mendengus bosan saat di lihatnya tak ada hal menarik yang bisa gue lakuin. Suara tawa dan omongan penuh kebohongan itu terdengar makin jelas. Menuang kembali tequila dan menggoyangkan gelasnya.

"Ini monyet satu kenapa mojok sendiri di sini?"

Memicing, gue cuma melempar senyum sinis.

"Lo nggak bawa bini?" Singgungnya lagi, yang jelas nggak bisa gue abaikan seperti sebelumnya.

"Kalau dia ikut, gue nggak bebas nyari cewek lagi dong?"

"Wah, sinting ya lo, dulu aja ngerjar setengah mampus. Kenapa, mulai bosen? Padahal kawin belum lima tahun." Sindiran itu sudah berapa kali gue dengar sepanjang hari ini. Rasanya gue kesal sendiri karena beberapa kenalan dan karyawan menyinggung tentang Lora. Menyebut Lora lebih banyak dan menyindir gue habis-habisan.

Gue memilih mengabaikan Arsen, meladeni pria itu sama dengan menguras kewarasan alias melelahkan dan nggak guna.

"Lora tahu lo di sini?" Gue pikir Arsen akan segera tutup mulut, nyatanya pria itu malah semakin mendekat. Gue yakin Arsen pasti ngerasa kalau gue mulai menyelami fase bosan dalam hubungan. Arsen adalah manusia yang sudah merasakan banyak hal dalam hidupnya termasuk pernikahan.

Arsen ini udah kayak mesin hidupnya, seolah orangtuanya punya tombol di kepala anak semata wayangnya untuk mengatur apapun, gue bahkan ingat banget waktu Tante Clarissa alias ibunya Arsen memilihkan pelacur untuk anaknya. Saat itu Arsen dalam posisi menunggu sidang perceraian dan meski membantah dan menyangkal gue tahu kalau si setan ini jatuh cinta beneran. Sampai tante Clarissa memilih seorang wanita bayaran demi menghibur sang putra yang di tinggalkan karena pria lain.

Ck, sudah nikah hasil perjodohan, jadi cinta beneran. Eh, ujung-ujungnya tetap aja di tinggalkan. Sampai tahun keenam pria itu masih juga betah menduda padahal umurnya jauh lebih tua dibanding gue dan Megan.

Menggeleng, karena memang Lora nggak tahu, ini jadi kebiasaan karena sering bohongin Lora selama ini. Dulu mana pernah gue bohong, seperti yang Arsen bilang kalau gue itu cinta setengah mampus dan takut banget kalau sampai Lora sakit hati.

Entahlah tapi akhir-akhir ini bertemu Lora buat gue pusing, perasaan gila yang dulu sekali menggebu entah hilang kemana, perasaan itu seolah pergi dengan sekejap. Gue merasa rumah tangga kami nggak semenarik itu ternyata, gue kehilangan euforia, dengan kenyataan bahwa restu ibu Julia belum juga turun bikin gue tambah banyak mikir. Kalau waktu bisa gue ulang, mungkin pernikahan itu nggak akan secepat ini terjadi. Gue bakal banyak mikir untuk berani lamar anak orang, rasanya gue pengen jedotin kepala ke tembok sambil teriak "jangan buru-buru nikah goblok! Emang paling bener jadi single."

Reno, Reno kok dulu lo oon sih. Banyak perandaian yang gue putar dalam kepala, berharap Tuhan mengizinkan gue memutar waktu, gue ngerasa hidup bareng Lora tenyata rasanya biasa-biasa aja, nggak ada yang spesial, sayangnya semua udah terlanjur. Nggak ada Doraemon di dunia nyata yang bisa balikin semua waktu, nggak ada penyihir yang bisa bikin gue merubah segala yang udah terjadi, kalau Spongebob itu nyata udah gue pinjem itu kerang ajaib, gue bikin hidup ini jadi menyenangkan lagi sama kayak semula.

Gue menyadari kalau waktu benar-benar nggak bisa di beli dengan apapun, yang tersisa dari semua ini hanya menunggu keajaiban yang meniupkan kembali rasa sayang yang gue punya atau menunggu Lora muak dan pergi. Apa semua akan baik-baik aja kalau kami masih bertahan dalam pintu yang sama atau semuanya bertambah kacau kalau kami memilih saling melepaskan.

Entahlah, gue nggak bisa mikir sekarang. Apapun yang terjadi nantinya gue hanya berharap nggak akan ada yang terluka. Sudah cukup Lora dan kehidupan sebelumnya yang cukup menyedihkan.

Sial! Gue jadi ingat kalau Lora adalah salah satu anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan penuh manusia-manusia yang lebih mirip setan dibandingkan manusia biasa. Terus sekarang gue bakal jadi alasan Lora terluka lagi mungkin, gue jadi egois dengan merasa tak melakukan kesalahan padahal gue juga tahu kalau gue itu bersalah.

Gue jadi sering bohong sekarang, keluar rumah hanya untuk minum-minum atau sekedar menyeduh mie instan di minimarket. Gue juga suka sewa pemandu lagu cuma buat ngilangin suntuk dan jenuh, nggak ada yang bisa gue lakukan selain terus menghindar.

Kenapa dulu gue bisa secinta itu sama Lora dan setelah menikah gue malah jadi males. Gue mencari rasa cinta itu dan nggak ketemu. Gila, gila, dasarnya gue emang bajingan kali ya, ngerasa udah dapatin malah ngerasa bosan. Kemana Reno yang udah kayak superhero yang mau melawan dunia asalkan sama Lora?! Ck, omongan gue dulu benar-benar bahaya, bahaya karena banyak bohongnya.

Gua aja masih suka gagal buat bikin perdamaian antara mami dan Lora tapi sok banget dengan menebar banyak harapan-harapan di masa depan. Seolah gue akan selalu mencintai wanita itu selamanya, bagai dongeng Disney kesukaan Martha, gue melupakan bahwa realita pernikahan menyimpan banyak kenyataan-kenyataan pahit di dalamnya, menikah nggak sesederhana kisah fiksi favorit remaja.

Ini lebih rumit dari sinetron emak-emak.

Perasaan manusia memang penuh kebohongan, termasuk kisah-kisah yang tertulis dalam buku cerita atau alur dari sebuah drama, mereka menutupi banyak kegetiran, melempar alur penuh kemudahan padahal dalam dunia yang asli tak pernah ada cara yang benar-benar mudah untuk di jalani. Kalau gue bisa kembali berbicara dengan Reno versi masa lalu, gue benar-benar pengen bilang kalau perasaan manusia itu bisa menipu. Memanipulasi perasaan sebenarnya.

Gue pengen banget bilang kalau cinta bukan satu-satunya alasan untuk membangun sebuah pernikahan. Karena sedari awal yang gue punya cuma cinta sebagai alasan pertama melamar wanita. Saat itu yang gue tahu kalau cinta itu abadi, gue jumawa dengan berkata kalau nggak akan menyakiti tapi buktinya? Jauh dari ekspektasi. Ha ha ha memang selucu itu ternyata kehidupan.

jadikan Belum apa-apa gue udah bikin Lora sakit hati dengan menutupi banyak hal yang harusnya diketahui, gue bahkan nggak mikir dua kali buat bohongin dia. Kebohongan yang gue pikir bisa berhenti malah semakin menjadi saat di rasa perasaan cinta itu hilang dari hati.

Sial! Terlalu mendengarkan nyonya Dionar alis mami tercinta bikin gue gedek sama Lora. Padahal Lora nggak bikin kesalahan, cewek yang begitu menolak gue di awal kini jadi keliatan cinta banget sama gue itu pelan-pelan jadi sasaran kemarahan gue yang nggak jelas ini. Bener ya, kalau dunia itu berputar dan gue lagi ngalamin itu semua, Lora yang keliatan antipati di awal sekarang malah takut kehilangan gue, gobloknya gue yang malah ngerasa jenuh ngejalanin perkawinan. Padahal gue baru aja mulai.

Gue sering nanya sama diri sendiri, gue juga nggak lupa sama perjuangan supaya dapetin Lora, anehnya semuanya jadi biasa aja, hambar, basi.

Gue malah jadi suka bingung, kayak malam ini contohnya, gue bilang sama Lora kalau ada lembur, padahal kenyataannya gue ada di acara rutin yang keluarga besar adain. Mami nggak bisa menerima Lora dan menolak menantunya datang, yang gue langsung iyakan. Gue nggak membela Lora atau memilih menemani wanita itu yang mungkin sekarang lagi kesepian karena sering gue tinggal, percaya deh, waktu bujang gue mana mau ambil tugas luar kota, tapi sekarang pas udah kawin, gue jadi sering kerja rodi. Seolah perusahaan bokap bisa kolaps kalau gue absen.

Gue jadi budak paling setia di perusahaan papi tanpa mengeluh, gue menyembah pekerjaan dan mengabaikan keluhan-keluhan Lora. Papi sampai mau ngasih libur khusus, waktu tahu anak bungsunya kerja macam jadi budak kompeni, Megan aja sampai sujud syukur karena gue sering ambil tugas dia untuk keluar kota. Semua orang ngira gue berubah karena Lora dan masa depan bersama, padahal aslinya gue emang males aja ada di rumah. Memilih menghindar sudah menjadi bakat gue selama ini.

"Nih, monyet ngapain di sini? Mana adek ipar kesayangan gue?" Suara keras itu buat gue noleh, sebelum akhirnya mendengus keras.

Sialan! kenapa Megan harus nyamperin sih. Sekedar informasi Megan ini kakak gue dan paling tua tapi kelakuannya bikin orang rumah nyerah. Megan ini kalau ibarat setan ya, levelnya paling jahanam.

"Jangan lo ganggu lah si Moreno, nih anak lagi kurang waras. Masa tadi dia bilang mau nyari cewek baru, kan asu ya." Arsen dan mulut sialannya yang nggak berhenti nyerocos.

"Jangan maen gila ya lo anak babi! Mau gue tempeleng lo?! Enak bener tuh mulut. Mana yang dulu mohon-mohon buat minta restu? Mana yang katanya cinta mati dan nggak mau di pisahkan. Bacot bener jadi laki." Sembur Megan keki, ini, ini yang paling gue benci, si Megantara ini emang kadang-kadang suka ngerasa paling bener sendiri nggak sadar sama kelakuannya yang mirip Firaun.

Suka paling berkuasa untuk mendikte kehidupan orang lain.

"Jangan banyak ngomong deh, sana! Biasanya juga lo nggak datang kenapa sekarang di mari?" Setahunya Megan ini spesies manusia paling langka yang pernah ada, aneh saja melihat Megan dengan setelan rapi dan bersedia datang di acara keluarga.

"Suka-suka gue dong! Acar timun! Mau gue ngadain lomba renang juga lo nggak ada hak!" Katanya sembari mengacungkan jari telunjuknya.

"Ren, lo tahu alasan gue nggak mau nikah sampai sekarang kan?"

Gue melihat tatapan tak biasa dari Megan, gue bungkam, memilih mendengarkan kalimat selanjutnya.

"Gue udah seneng banget waktu lo mutusin buat serius, lo keliatan sungguh-sungguh waktu minta gue datang sebagai perwakilan mami dan papi, sepanjang lo berdiri di pelaminan gue beneran berdoa kalau lo menemukan jalan yang bahagia setelahnya. Lo nggak main-main lagi sama hidup, gue yakin dari semua anak mami lo yang paling waras.

Lo tahu di keluarga kita nggak ada contoh suami yang baik, gue mikir kemungkinan besar gue juga bakal sama kayak papi dan kakak-kakaknya yang bajingannya udah nyentuh ozon bumi, gue berharap lo beda Ren, lo beda, karena lo nikah atas dasar cinta, bukan balas budi atau bisnis keluarga. Denger lo ngomong kayak gitu walau cuma candaan bikin gue ketampar. Kalau darah bajingan itu mengalir jatuh ke semua keturunannya. Tanpa kecuali. Harusnya lo ngaca ya babi! Jangan mau jadi kayak papi atau yang lainnya, lo kok tolol sih Ren!" Megan meneguk whiskey nya sekali teguk, ia menyimpan gelasnya setengah melempar. Tak peduli pecahannya mengenai orang lain.

Matanya memandang kecewa sekaligus marah, Megan ini emang emosian, gue sering banget dapet tonjokan gratis dulu. Tapi, mata itu, sorot di dalamnya nggak pernah gue terima sekalipun dulu gue pernah ngerebut ceweknya.

"Kalau dari awal lo mau jadi anjing nggak usah sok-sokan berubah jadi hello kitty ya bangsat! Kenapa nggak sekalian aja lo jadi penjahat kelamin sejati, kagak udah sok dewasa, gaya banget lo nikah eh ujung-ujungnya malah bikin neraka baru. Gue ingetin lagi ya, Moreno si anak babi, hidup kita itu udah rusak nggak usah sok jadi manusia hina dengan ngerusak hidup orang lain, gue emang nggak pantes ngomong ini tapi, Ren, coba lo buka mata yang lebar! Liat baik-baik! Kalau hidup lo jauh lebih beruntung karena di cintai."

Kalimat itu jadi kalimat terakhir yang gue denger, Megan pergi meninggalkan gue yang merasa makin pusing. Terlalu banyak yang coba ikut campur. Bukan meringankan beban, si biadab malah bikin gue jadi pening.

Mereka mungkin nggak menduga kalau perasaan gue berubah, pun dengan gue yang sama sekali nggak ngerti. Gue nggak tahu, kenapa perasaan itu jadi kerasa basi sekarang. Omongan gue dulu yang bilang kalau cinta ini bakal abadi nyatanya bikin gue kebingungan sendiri. Gue juga punya hati yang ngerasa kalau gue udah keterlaluan, mau bagaimana lagi orang-orang bakal menyalahkan. Sebagus apapun alasannya, orang-orang pasti bakal nggak suka sama apa yang gue rasain sekarang.

Merasa bosan gue aktifkan ponsel yang sedari tadi sengaja gue matiin. Gue males ngasih alasan atau balas pesan-pesan Lora yang udah kayak teks pidato. Tapi mata gue berhenti di pesan yang dua jam yang lalu masuk. Kalimat yang berisi :

Sexy-lovely-cuty

Aku ngerasa ada orang yang gedor-gedor pintu depan, padahal mbok Yati sama suaminya udah pulang dari sore.

Ren, ada yang lempar batu ke kaca kamar kita.

Kamu masih lembur?

Gue menahan nafas tanpa sadar, gue scroll lagi dan ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor Lora. Tuhan, apa yang gue lakuin sekarang. Segera gue dial nomor Lora dengan perasan takut. Gue berlari mengabaikan mami yang berteriak meminta berhenti dan Arsen yang malah mengekor gue pergi. Gue kembali marah saat nomor Lora tak bisa gue hubungi.

Tangan gue udah gemetar, membayangkan Lora ketakutan di sana atau paling buruk dari itu semua adalah Lora di sakiti.

Nggak mungkin! Gue menggelengkan kepala, memohon agar bayangan mengerikan itu enyah dari kepala.

Dengan masih berusaha menghubungi, satu tangan gue yang lain mencoba membuka kunci mobil, karena terlalu gemetar gue menjatuhkan kunci itu yang langsung Arsen tangkap.

"Gue aja yang nyetir! Muka lo udah kayak Sadako nahan boker sekarang! Minggir!"

Segera gue beralih ke bangku penumpang, keringat dingin bisa gue rasa di sekujur badan. Gue hampir muntah karena terlalu pusing dan kaget.

"Lora." Bisik gue tanpa sadar. Lirih gue menyebut nama itu, gue ketakutan. Gue akan merasa sangat berengsek saat sesuatu terjadi, sumpah gue tolol banget! Tanpa sadar gue membenturkan kepala ke kaca jendela, kesal sekaligus cemas sebab nomor Lora benar-benar tak bisa di hubungi.

Hatinya menjerit kesal, jalanan di depan sana macet total. Sial! Gue makin mengutuk orang-orang di jalan. Gue kembali membenturkan kepala saat mobil tak bisa bergerak.

Gue butuh waktu empat jam untuk sampai di rumah, sepi dan gelap, gue meneguk saliva yang terasa makin kesat, gue bisa dengar suara detak jantung yang semakin menggila.

Dengan perasaan tak menentu, gue buka pintu yang ternyata nggak kekunci, memejamkan mata. Pintu itu terdorong dengan keras dan mata gue hampir melotot saat melihat apa yang terjadi di dalam sana.

Spontan gue mengumpat, "anjing! Babi! Apa-apaan ini?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status