Share

Bab 5 : Tidak Sopan

"Kasihan," ucap Aldiaz dengan senyum mengejek. Ia menyadari kesedihan Shirin yang tertolak sebelum berjuang.

Shirin perlahan mendongak dan menatap Aldiaz sebal. Padahal, matanya berkaca-kaca. Pipi tembamnya semakin mengembung.

Aldiaz membuang muka seraya menyembunyikan tawa. Lalu mengulurkan tangan dan mengelus puncak kepala Shirin.

Shirin refleks mundur saat mendapat perlakuan itu. Aldiaz kembali berusaha menyembunyikan tawanya. Namun, berbeda dengan Abi, Aldiaz malah merampas kotak bekal di tangan kanan Atha.

"Oy, Al—" Atha menghentikan protesnya kala Al maju beberapa langkah menghadap Shirin. Atha mendengus ketika gadis itu tidak mundur seperti saat ia mendekatinya tadi.

Al membungkuk untuk menyejajarkan tingginya dengan gadis itu, seraya menyodorkan kotak bekal yang dipegangnya. "Makasih, ya. Ini buat lo aja, sisanya buat gue sama Atha."

Meski enggan, Shirin tetap menerimanya. Tatapan sebal masih ia layangkan pada Aldiaz meski pipinya sudah memanas tanpa sebab. Hal itu membuat Al lagi-lagi harus menyembunyikan tawa tanpa suaranya. Shirin mendengus dan membungkuk isyarat pamit seraya melenggang pergi tanpa mengucapkan apa pun.

Al kembali berdiri tegak dan memandangi punggung Shirin yang mulai menjauh. Ia kemudian berbalik dan merangkul sohibnya. "Yuk, Ath, ke kelas."

"E-eh, tunggu dulu!" Atha menepis tangan Al dan menatap arah kepergian Shirin seperti tak rela. Ia mengulurkan tangan seolah dengan begitu bisa meraih Shirin kembali. "Gue 'kan, belum tau ... namanya."

"Gak boleh naksir."

Atha berkedip dan langsung mengubah ekspresinya. "Enggak, gue cuma penasaran."

"Oh, gitu? Ya udah."

"Ya udah apa?"

Al melirik Atha sekilas, kemudian lanjut melangkah. Senyum tercetak di wajahnya. "Buat gue."

Atha melotot tak terima. Namun, mulutnya tak mampu mengeluarkan kata-kata. "Inget tugas lo!"

Al terkekeh. Ia tak memedulikan ucapan Atha seraya melenggang ke kelas.

***

"Mia, besok jadi?" Atha menghampiri Mia yang berjalan di koridor sambil membawa beberapa buku, kemudian ikut berjalan di sampingnya. "Btw, mau ke mana?"

"Ke ruang guru, mau naruh buku-buku ini di meja Bu Dewi," jawab Mia sambil tersenyum.

Atha mengangguk dan mengambil buku-buku itu dari tangan Mia. "Yuk, biar gue yang bawa."

"Makasih."

Mereka pun berjalan bersisian menuju ruang guru. Usai meletakan buku-buku itu di atas meja Bu Dewi, keduanya duduk di kursi koridor. Terlihat para siswa banyak yang berlalu-lalang, ada juga yang baru datang dan langsung mengobrol di koridor. Bel baru akan berbunyi sepuluh menit lagi. Namun, Atha dan Mia masih santai.

"Oh, iya, nanti gue mau ajak temen gue." Mia akhirnya bersuara.

"Temen lo yang mana? Cewek kaku itu?"

"Kaku?"

"Eh, sori." Atha terkekeh canggung. "Gue gak tau namanya."

Mata Mia menyipit seraya mendesah jengah. "Jangan panggil dia kayak gitu. Namanya Shirin, Shirina Haruki. Dia cewek baik yang cuma mau jadi diri sendiri."

"Padahal, kemarin lo juga bilang kalo dia itu nolep dan gak cantik," cibir Atha.

"Y-ya ... gue 'kan, jujur. Gue pikir kalian mau ngegebet dia."

Atha mendelik mendengar jawaban Mia, tetapi kemudian, Mia mendekat seraya memelankan suaranya. "Eh, btw, kemarin si Al ngapain aja ke rumah Shirin?"

"Cuma ngembaliin buku doang, terus pulang," jawab Atha dan memilih untuk tidak menceritakan detail yang terjadi.

Mia menghela napas. "Hadeh, gue pikir mau PDKT."

"Ngarep amat, sih." Atha risih sendiri, tetapi kemudian ia teringat. "Eh, bentar."

"Apa?"

"Boleh minta kontaknya Shirin?"

"Katanya gak suka." bukan Mia yang mencibir, melainkan Aldiaz yang tiba-tiba sudah ada di sana. Ternyata, Al sudah lama duduk di samping mereka sambil membaca buku dengan tenang.

Atha menendang tungkai kaki Al pelan. "Apaan, sih? Dibilang gue gak suka, cuma penasaran."

Mia melirik kedua lelaki itu bergantian dan mengeluarkan ponselnya dari saku. Kemudian, jarinya menari di atas layar.

Di detik berikutnya, dering pesan terdengar dari ponsel Atha yang ada di sakunya. Atha memeriksa ponselnya, Mia mengiriminya kontak dengan nama 'Shirin Bestfriend'. Atha mendongak, kemudian tersenyum lebar. "Makasih."

Mia hanya mengangkat bahunya seraya tersenyum meremehkan. "Coba aja kirim pesan ke dia."

Atha mengerutkan dahi, tetapi kemudian menuruti ucapan Mia.

Athalas Fernan : P

Athalas Fernan : Save back, gue Athalas.

--Shirina blocked you--

"Pffftttt!" Al menahan tawanya, tetapi kemudian, ia dan Mia sama-sama tertawa lepas.

"Parah, tuh, cewek!" geram Atha. Ia bangkit dan berjalan menuju kelas XI IPS 2 dengan tergesa. Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di sana, dilihatnya Shirin keluar.

Dengan sigap, Atha mencekal lengannya dan menariknya kasar menuju suatu tempat. Bel sudah berbunyi dan membuat Shirin meronta ingin kembali ke kelas … tetapi melawan tenaga Atha yang kuat, sangat mustahil baginya.

Sampai di atap sekolah, Atha menghentakkan tangan Shirin dengan kasar. "Buka blokirnya," ucapnya.

Shirina diam dan melihat ke jam tangan yang melingkar di pergelangannya, kemudian membuang muka. "Gak sopan!"

Atha melotot. "Apa lo bilang?"

"Gak sopan!" Shirin mengulangi dan kali ini dengan berani balas menatap Athalas.

"Lo, tuh, yang gak sopan. Main ngeblokir nomor orang sembarangan," balas Atha.

Shirin diam dan hendak melewati Atha untuk kembali ke kelasnya. Namun, dengan sigap Atha menarik tangannya hingga kembali berbalik menghadapnya. "Jangan ge-er, gue cuma mau nambah kontak." setelahnya, Atha berbalik dan melenggang pergi meninggalkan Shirin yang tetap diam.

Shirin mengembuskan napas panjang. Tanpa memedulikan kata-kata Athalas, ia bergegas menuju kelas. Hingga akhirnya, di persimpangan koridor ia terduduk di lantai karena menabrak seseorang.

"Kalo lari, matanya juga dipake," ujar Aldiaz. Ia bersandar ke tembok sambil menyilangkan tangan di dada. Kali ini ia sengaja membiarkan gadis itu terjatuh.

Shirin segera bangkit, wajahnya datar saat memandang Aldiaz. "Siapa, sih?" deliknya seraya lanjut berjalan meninggalkan Al yang ternganga.

Aldiaz buru-buru menahan lengannya. "Lo gak tau siapa gue?"

"Aku mau ke kelas." bukannya menjawab, Shirin justru nyaris memohon.

Al menatapnya beberapa lama. Namun, bukannya melepaskan lengan Shirin, ia justru menarik Shirin agar mendekat ke tubuhnya.

Shirin meneguk ludah saat hidungnya hampir membentur dada Aldiaz. Dengan kaku, ia mendongak, dan menatap Aldiaz yang ternyata sedang was-was melihat ke arah lain. Shirin menoleh ke belakang. Namun, belum sempat melihat sesuatu, Aldiaz kembali menarik lengannya menuruni anak tangga.

"Gue Al," ucapnya, "Aldiaz, kelas XII IPA 2, absen lima, duduk di bangku paling belakang barisan tengah."

"Gak nanya," dengus Shirin.

"Tadi lo nanya gue siapa."

"Tapi 'kan, gak sedetail it—" belum sempat menyelesaikan ucapannya, bahu Shirin didorong menjauh saat sampai di koridor IPS kelas XII.

"Udah-udah, mending lo masuk. Bye-bye."

Mata Shirin menyipit, ia menoleh. Aldiaz sudah beranjak menuruni tangga sambil melambaikan sebelah tangan padanya sebagai isyarat pamit. Bukannya balas melambaikan tangan, Shirin mendelik menjauh. "Dasar orang-orang gak sopan."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status