"Sayang, mengapa kau tidak menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang kau alami malam itu, apakah kau tidak menganggapku sebagai orang tuamu lagi, sehingga hal besar ini kau sembunyikan dari kami, hiks," Anita menangis sambil memeluk putrinya.
"Maafkan aku mah, Aku tidak berani memberitahu hal ini pada kalian, karena aku tidak ingin membebani mama dan papa." Jawab Anjani.
"Apa maksudmu nak, apakah kau pikir kami tidak peduli padamu, hiks, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana kau melewati ini sendirian. Semua ini karena Bryan." Anita sekali lagi menyalakan Bryan.
Anjani pun terdiam, sebenarnya dia ingin membela Bryan. Tetapi entah kenapa, dia juga merasa jika semua yang terjadi padanya karena Bryan. Di saat ibu dan anak itu tengah bersedih, dari jauh Ridwan mengamati mereka. Rasanya dia tidak sanggup untuk menemui putrinya saat ini.
_____
Di sisi lain, Rahtore mengadakan sebuah pesta untuk merayakan keberhasilannya karena dendamnya pada Anjani sudah terpenuhi, dia merasa begitu sangat senang karena telah berhasil menghancurkan hidup gadis malang itu. Semua anak buahnya dibebaskan untuk melakukan sesuatu hanya hari itu. mereka semua bergembira dengan kebebasan itu, lalu dengan sorak meriah mereka melanjutkan jamuan yang disediakan oleh Rathore untuk mereka.
"Dengan kejadian ini, pasti kehidupan gadis sombong itu telah hancur. Ini akan menjadi pelajaran bagi setiap orang yang berani bermain-main dengan Rathore sing." Ujarnya begitu puas.
____
Bryan kini telah tiba di rumahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan penampilan yang kacau. Ayah dan ibunya yang berada di ruang tamu, terkejut melihat putranya yang terlihat seperti orang yang usai tawuran. Siska lalu menghampiri putranya.
"Bry, apa yang terjadi, kenapa penampilanmu berantakan sebagai ini?" Siska bertanya dengan cemas, apalagi saat melihat tangan putranya berdarah. Bryan diam dan tidak mengatakan apa-apa dengan tatapan kosong. Alvin kemudian mendekatinya karena penasaran.
"Bryan, kau kenapa?" Tanya Alvin untuk meminta keterangan dari anaknya, namun Byan tetap diam. Dia lalu memandangi kedua orang tuanya secara bergantian. Setelah itu ia langsung memeluk ibunya disertai dengan derai air mata. Dia menangis seperti anak kecil hingga membuat orang tuanya semakin cemas.
"Bryan, kau kenapa apa yang terjadi, ayo katakan?" Alvin terus memaksanya untuk bicara. Siska kemudian menghentikan suaminya lalu menuntun putranya untuk duduk. Terlebih dahulu mereka membiarkan Bryan untuk menangis agar nanti dia merasa lega dan barulah mereka akan bertanya kembali. Akan tetapi sebelum sempat bertanya lagi, Mustika lalu datang dengan tergesa-gesa dan wajahnya menggambarkan rasa cemas yang teramat.
"Mama, papa, lihat!" Mustika lalu memperlihatkan sesuatu kepada Siska dan Alvin, dan tentu saja itu adalah video pelecehan Anjani yang tersebar luas.
Reaksi Siska dan Alvin begitu sangat terkejut. Alvin tidak ingin melihatnya terlalu lama karena meresa jijik dan malu. Sedangkan Siska menutup mulutnya merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia saksikan. Mereka pun akhirnya tahu mengapa Bryan bisa seperti ini.
"Kak Anjani, kenapa ini bisa terjadi." Mustika terduduk dengan lemas, dia begitu kasihan dengan apa yang terjadi pada calon kakak iparnya itu.
"Ini semua kesalahanku, semua terjadi gara-gara diriku, Argh!" Bryan memukuli dirinya sendiri tanpa ampun. Orangtuanya dibuat terkejut karena tindakannya itu, hingga membuat Alvin turun tangan untuk menghentikannya.
"Bryan apa yang kau lakukan apa kau sudah gila!" Alvin kemudian membentaknya agar Ia mau berhenti. Siska dan Mustika berpelukan menyaksikan Bryan yang seperti itu.
"Ini kesalahanku pah, ini kesalahanku!" Bryan terus-menerus menyakiti dirinya sendiri. Singgah membuat Alvin menamparnya dengan keras bertujuan untuk membuatnya berhenti. Hal itu kemudian membuat Siska ketakutan lalu berteriak.
"Mas, apa yang kau lakukan!"
"Papa, kak Bryan, hiks!" Mustika berucap dengan lirih.
suasana itu sungguh menegangkan, karena tamparan dari sang ayah akhirnya membuat Bryan berhenti menyakiti dirinya sendiri.
"Papa, tolong pukuli aku, tolong hukum aku." Bryan justru meminta kepada sang ayah untuk menghukumnya. Alvin kemudian menutup mata untuk menenangkan diri, dia sadar jika tidak seharusnya ia menampakkan putranya tadi. Kemudian Alvin duduk dan langsung memeluk anaknya.
"Maafkan papa nak, aku tidak bermaksud menyakitimu, ini bukan kesalahan mu, semua ini sudah takdir yang dituliskan Tuhan untuk Anjani, Jadi kau tidak boleh lemah seperti ini kau harus kuat." Alvin mencoba menghibur putranya. Siska dan mustika juga ikut duduk kemudian memeluk mereka berdua.
"Papa benar nak, kau harus kuat, kalau kau lemah siapa yang akan membantu Anjani." Timpal Siska.
Mendapat dukungan serta nasihat dari keluarganya membuat Bryan sedikit lega. akan tetapi kembali lagi, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk membantu Anjani, secara orang tua Anjani melarangnya untuk ikut campur lagi. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya Bryan pun tenang, setelah itu mereka beralih ke sofa untuk membahas masalah. Bryan lalu menceritakan tentang kejadian pada saat dia di rumah Anjani tadi.
"Pantaslah Ridwan marah, karena tidak ada orang tua yang menerima jika putrinya mengalami hal memalukan seperti ini." Ujar Alvin menanggapi.
"Mama saja yang bukan siapa-siapa Anjani merasa sangat marah apalagi orang tuanya nak, kau Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi." Ujar Siska.
"Tapi mah, pah, benar apa yang dikatakan Ayah Anjani, andai malam itu Aku tidak membiarkannya pergi sendirian mungkin semua ini tidak akan terjadi." Lagi-lagi Bryan menyalahkan dirinya.
"Semua ini bukan murni kesalahan mu nak, andai papa tidak menyuruh mu ke bandara, mungkin kau akan mengantarnya pulang dengan selamat." Alvin justru ikut merasa bersalah.
Mereka semua terdiam, tidak ada satu katapun yang terucap setelah itu. Kejadian yang menimpa Anjani membuat dua keluarga ini dalam kebimbangan.
_____
Sedangkan di sisi lain video itu terus menyebar luas, banyak netizen yang menghujat Anjani, sebagian dari mereka mengatakan bahwa Anjani adalah wanita Jalang, bahkan rekan kerjanya ikut mencemooh Anjani kecuali satu orang yaitu Santi. secara Ayah Anjani merupakan salah satu pengusaha yang cukup terkenal di kota itu. Peristiwa ini berdampak besar dalam usahanya, banyak wartawan terus mengejarnya untuk mencari tahu tentang kebenaran video itu.
Dalam kondisi ini, mental Anjani begitu terguncang. Apalagi dengan hujatan-hujatan yang ditujukan pada dirinya. Kelicikan Rathore yang memutar balikan fakta sukses membuat orang-orang percaya jika Anjani adalah tersangka utama, padahal kenyataannya dia hanyalah korban.
"Tidak, kenapa semuanya menjadi seperti ini ya Tuhan ini bohong, hiks ini bohong!" Anjani frustasi, dia tidak percaya jika kehidupannya kini sudah benar-benar hancur.
"Apa ini, hiks APA!!" teriaknya sambil menghancurkan barang-barang yang ada di kamarnya.
Begitupun dengan Ridwan, Ia terus saja diikuti oleh para wartawan, banyak investor membatalkan kerjasama dengan perusahaan Ridwan. Bahkan setiap hari perusahaannya di serang oleh para wartawan. Karena semua itu membuatnya frustasi dan akhirnya jatuh sakit.
Karena semua kejadian itu, membuat Ridwan jatuh sakit dan harus dilarikan kerumah sakit. Anjani yang mengetahui akan hal itu merasa bersalah karena menganggap dialah penyebab ayahnya jatuh sakit. Dia bahkan tidak pernah pergi mengunjungi sang ayah karena merasa tidak sanggup untuk bertemu.Dikamarnya, dia memandangi foto keluarganya di mana di foto itu dia masih belasan tahun, ia terseyum sendu sambil mengamati ekspresinya yang kala itu terlihat begitu ceria."Aku merindukan masa kecilku, aku rindu dimana aku bisa bermain dan bercanda gurau tanpa harus memikirkan masalah yang aku alami, aku rindu kehidupanku yang dulu, hiks." Ia memeluk foto itu sambil menangis.______Di sisi lain, Bryan mengetahui jika Ridwan masuk rumah sakit. Ia pun langsung pergi untuk menjenguknya, namun setibanya disana dia justru mendapat cacian dari Anita."Apa yang lakukan di sini, apakah sekarang k
Bryan pulang kerumahnya dengan perasaan marah. setelah tiba, adiknya menagur untuk bertanya dari mana dia, akan tetapi Bryan tidak menjawab dan justru langsung pergi ke kamarnya. Mustika pun di buat bingung dengan sikap kakaknya itu. Pasalnya tadi pagi seingatnya saat berangkat ke kantor bersama ayahnya Bryan baik-baik saja, namun kenapa saat ia kembali sikapnya begitu dingin. Siska yang melihat putrinya kebingungan lantas bertanya."Tika, ada apa kok bengong begitu?" Tegur Siska yang baru keluar dari dapur."Mom, ini loh kak Bryan baru saja kembali, tapi sikapnya aneh." Mustika menjawabnya kebingungan."Hah, secepat ini Bryan kembali dari kantor, ini kan masih jam kerja." Ujar Siska ikut bingung."Entahlah Mom, mungkin Kakak masih memikirkan kejadian yang menimpa ke Anjani." Ujar Mustika.Sedangkan di kamarnya, karena marah Bryan menghancurkan
"Benar kata mama Bry, aku tidak pantas lagi untuk mu, kau mungkin bisa menemukan wanita yang lebih baik dan pantas untukmu, bukan seperti aku."Ucapan Anjani terus tergiang dipikirkan Bryan, dia benar-benar sangat patah hati dengan keputusan Anjani. Dia mengandarai mobilnya tanpa arah bahkan ia menyadari jika telah menerobos lampu merah. Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya didepan sebuah clup. Karena frustasi dia ingin melampiaskannya dengan minuman.Kini dia telah berada di dalam clup itu, lampu yang remang serta musik rock menyambut kedatangan. Dia kemudian menuju bartender untuk memesan minuman."Tolong beri saya minuman." Bryan langsung meminta minum pada bartender disana."Anda ingin minum seperti apa?" Tanya sang bartender."Apa saja, yang penting bisa membuat ku lupa masalah ku sejenak." Bryan menyerahkannya pilihannya pada bartender"Sepertinya anda sedang mengalami masalah
Setelah mereka membawah Ridwan kekamar untuk istirahat, Anjani berniat untuk kembali kamarnya lagi tapi langsung dihentikan oleh Anita."Anjani tunggu nak!" Anita memanggilnya dan alhasil Anjani menghentikan langkahnya."Iya Mom!" Ia lalu berbalik menghadap Anita"Mama ingin bicara padamu, tapi bukan di sini, ayo ikuti mama." Anita kemudian berjalan menuju balkon kamar dan diikut oleh Anjani.Di balkon, Anita langsung memeluk Putrinya sambil meminta maaf atas kejadian kemarin yang membuat Anita terus kepikiran dan merasa jika dia bersikap terlalu berlebihan."Maafkan mama, sayang." Ujarnya dengan suara khas orang menangis.Anjani tidak berkutik, dia terpaku dipelukan sang ibu, air matanya pun tak menetes lagi seolah sudah kering."Mengapa mama meminta maaf, mama tidak salah.""Tidak
"Apa yang akan papa lakukan, apa papa ingin pergi memukuli mereka satu persatu, yang ada papa akan di pukuli mereka, sadar pah, sadar." Dengan emosi Anita memarahi suaminya.Sejenak Ridwan terdiam mendengar ucapan istrinya. Dia akhirnya sadar jika apa yang di katakan Anita ada benarnya juga. Ia dengan langkah lunglai berjalan menuju putrinya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya."Maafkan papa nak, karena sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu. Papa gagal menjagamu hingga kejadian ini terjadi padamu." Dengan derai air mata ia memeluk putrinya dengan erat. Bi Imah menyaksikan ketiga majikan menangis, membuatnya tidak bisa menahan air matanya juga."Hiks, kenapa hidupku bisa seburuk ini pah, kenapa!" Dengan perasaan yang hancur lebur, Anjani mengeluh akan nasibnya yang begitu malang. Ridwan hanya terdiam mendengarnya karena tidak tahu apa yang haru
Di saat panggilan itu berahir, Anjani langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Ia benar-benar deprsi dengan keadaannya, karena sudah tidak tahan lagi ia berteriak seperti orang gila. Namun, suara yang serak menghalau orang mendengar teriakannya. "Kenapa ... kenapa... kenapa!" Anjani menjambak rambutnya sendiri serta menariknya , rasa sakit pun tidak ia rasakan sama sekali. "Aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak kuat lagi. Aku ingin mati!" Kesadaran akan nalurinya sudah benar-benar hilang, di dalam pikirannya saat ini hanya satu yaitu ingin mengakhiri semuanya. Dengan kondisinya yang seperti orang gila, dia bangkit dari tempat tidur berniat mencair sesuai untuk di pakai mengakhiri hidupnya. "Dimana... dimana!" Ia menghancurkan semua barang-barang di kamarnya sampai akhirnya ia menemukan sebotol obat di dalam laci. Ada hal yang tidak
"Oh ya sudah hati hati." Siska pun mengijinkannya pergi. Bryan hanya mengangguk, setelah itu bergegas pergi menuju kediaman keluarga Ridwan. Setelah tiba di sana, Bryan dengan ragu ragu memencet bel rumah berharap ada yang membukanya. Benar saja, baru sekali ia memencetnya, Bu Imah langsung membuka pintu. "Den Bryan, ada apa den?" bi Imah kemudian bertanya mengapa Bryan datang kesana. "Bi, A-aku ingin bertemu Anjani Bi." Jawab Bryan dengan terbata. Mendengar niat Bryan membuat ni Imah menundukkan kepala karena bersedih. Bryan heran mengapa bi Imah seperti itu, kemudian ia pun bertanya. "Loh, bi ada apa?" Bi Imah kemudian menceritakan apa yang tadi pagi di saksikan kepada Bryan. Sontak Bryan syok mendengar perkataan bi Imah hingga tanpa pamit ia cepat cepat masuk ke mobil dan tancap
Tujuh hari sudah kepergian Anjani, akan tetapi Ridwan dan Anita masih di landa kesedihan yang teramat mendalam. Kehidupan keduanya seolah mati bersama putrinya, hancur sudah harapan mereka, seperti hidup tiada artinya lagi. "Sayang hiks, mama sangat merindukanmu kenapa kau tega meninggalkan kami nak." Di dalam kamar mendiang anaknya, Anita tidur di ranjang memeluk foto putrinya. Sedangkan Ridwan, dia berada di taman belakang rumah menyendiri. Dia duduk di ayunan di mana dulunya tempat itu merupakan tempat Favorit Anjani semasa kecil dulu. "Secepat itu kau pergi nak, maafkan ayah karena telah gagal menjadi ayah yang terbalik untukmu, yang telah gagal melindungi mu, kepergian mu ini sangat menorehkan luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh." Ridwan menangis tersedu-sedu membayang momen indah bersama dengan putrinya dahulu. ***