Share

Keputusan

Bryan pulang kerumahnya dengan perasaan marah. setelah tiba, adiknya  menagur untuk bertanya dari mana dia, akan tetapi Bryan tidak menjawab dan justru langsung pergi ke kamarnya.  Mustika pun di buat bingung dengan sikap kakaknya itu. Pasalnya tadi pagi seingatnya saat berangkat ke kantor bersama ayahnya Bryan baik-baik saja, namun kenapa saat ia  kembali sikapnya  begitu dingin.  Siska yang melihat putrinya kebingungan lantas bertanya.

"Tika, ada apa kok bengong begitu?" Tegur Siska yang baru keluar dari dapur.

"Mom, ini loh kak Bryan baru saja kembali, tapi sikapnya aneh." Mustika menjawabnya kebingungan.

"Hah, secepat ini Bryan kembali dari kantor, ini kan masih jam kerja." Ujar Siska ikut bingung.

"Entahlah Mom,  mungkin Kakak masih memikirkan kejadian yang menimpa ke Anjani." Ujar Mustika.

Sedangkan di kamarnya, karena marah Bryan menghancurkan semua barang-barang yang ada di sana. Setelah puas Ia pun menjatuhkan diri di sofa sambil memijat pangkal hidungnya. 

"Brengsek, tidak akan kubiarkan kau hidup dengan tenang Rahtore sing." Teriak Bryan dengan emosi

lalu tiba tiba ponselnya berdering dan itu adalah panggilan dari Anjani, Bryan pun dengan cepat menjawabnya

"Hallo sayang!" Ujar Bryan

"Bry, hiks mama menyalah aku, aku sudah tidak tahan dengan semua tekanan ini, aku benar tidak sanggup lagi, hiks."  Terdengar Anjani terseduh dari sebrang telpon.

"Apa yang kau katakan Anjani, kau ingin apa?" Dengan panik Bryan bertanya. 

"Maafkan aku kalau selama ini aku pernah melakukan kesalahan, maafkan aku!" Ujar Anjani yang langsung memutuskan panggilan.

Hal ini makin membuat Bryan panik, dia kemudian mencoba menghubungi Anjani lagi, tetapi tidak di angkat olehnya, ponselnya berdering namun tidak di jawab. 

"Anjani, apa yang akan kau lakukan, aku mohon jangan bertindak bodoh." Bryan mondar mandir sambil terus menghubungi Anjani. Namun, tidak ada jawaban darinya. 

Dia pun dibuat semakin panik saat mendapat notif pesan dari Anjani yang bertuliskan "Semoga kau bisa menemukan wanita yang baik dari pada diriku yang hina ini." (Blok)

"Anjani, apa-apaan ini apa yang sedang kau lakukan, ya tuhan aku harus segera pergi kesana, tapi aku mungkin akan terlambat, aku harus memberi tahu Mama Anita." Dengan tangan yang gemetaran ia memencet nomor telpon rumah Anjani.

"Tolong jawab, please!" Bryan begitu tidak sabar menunggu ada orang yang menjawab panggilan. 

"Hallo, Siapa ini?" Jawab seseorang dari sebrang telpon. 

"Hallo, mama ini aku Bryan ada hal yg ingin___" 

"Kau, kenapa kau menelpon, hah!" Teriak Anita padanya kemudian ingin menutup telpon itu. 

"Mama tunggu, tolong dengarkan aku, ini tentang Anjani,  tolong periksa dia karena tadi dia menelpon ku dan mengucapkan selamat tinggal, sepertinya dia akan melakukan hal buruk pada dirinya." Bryan dengan cepat berucap hingga membuat Anita tidak jadi menutup telepon. 

"Apa maksudmu?" Anita kemudian bertanya dengan bingung.

"Mah, aku mohon hentikan Anjani, dia sepertinya akan menyakiti dirinya sendiri." Bryan memohon pada Anita. 

Dan benar saja sesaat setelah itu, Anita mendengar terikan bi Imah yang berasal dari kamar Anjani. Anita terkejut dan langsung berlari menuju kamar putrinya tanpa menutup telpon Bryan,  sedangkan Bryan juga mendengar teriak itu hingga ia merasa ketakutan jika benar Anjani menyakiti dirinya seperti apa yang ia katakan tadi. 

"Hallo, mama apa yang terjadi!" Ujarnya dengan panik, akan tetapi tidak ada jawaban. Tanpa ia tunda lagi, Bryan langsung pergi menuju ke rumah Anjani.

____

"Kyaaa... Nona Anjani awas disana ada tikus!" Bi Imah berteriak melihat seekor tikus saat masuk membawa makanan untuk Anjani. 

Anjani hanya melirik ke tikus itu, dan memandangnya beberapa saat dan justru terseyum. Sedang bi Imah langsung berlari naik ke sofa untuk menghindari tikus itu. Kemudian tak berapa lama Anita pun datang dengan panik.

"Anjani, putriku apa yang terjadi!" 

Melihat Anita yang panik, mambuat Anjani dan bi Imah keheranan. Anita yang menyaksikan putrinya yang baik-baik saja langsung berlari menghampirinya dan memeluknya erat seperti orang yang ketakutan. 

"Kau tidak apa-apa kan nak?" Tanya Anita cemas. Dan Anjani memandangi ibunya dengan penuh rasa heran dan bertanya-tanya mengapa ibunya terlihat panik. 

"Nyonya, ada tikus awas." Bi Imah berteriak pada Anita untuk memperingatinya.

Anita berbalik dan tersentak kaget melihat tikus itu, karena dia sangat jijik dengan mahluk yang satu ini. Sehingga membuatnya teriak ketakutan. 

"Kyaa... Kenapa mahluk itu ada di sana." Anita langsung berlari ke belakang putrinya untuk bersembunyi.  Melihat kejadian itu entah mengapa Anjani merasa itu sangatlah lucu sehingga ia tanpa sadar tertawa.  Dan kebetulan Bryan juga baru tiba dan semakin panik saat mendengar terikan Anita. Dia langsung cepat-cepat berlari ke kamar Anjani dan tertegun saat melihat Anjani tertawa lepas. 

Karena tawa Anjani, membuat Anita merasa bahagia, Bryan yang menyaksikannya juga ikut terseyum. Ternyata apa yang ia takutkan tidak terjadi, hati sedikit lega melihat Anjani yang baik-baik saja.

Beberapa menit Anjani tertawa, sampai akhirnya ia pun tersadar dan segera menghentikan tawanya. Anita terharu dan lagi-lagi memeluk putrinya.

"Mama tidak tahu, kapan terakhir kali kau tertawa seperti ini nak, tapi mama merasa sangat bahagia karena bisa melihatmu tertawa lagi seperti tadi."  Anita meneteskan air mata kebahagiaan. 

Anjani hanya diam, dia tidak tahu mengapa tadi dia bisa tertawa seperti itu. Akan tetapi, meskipun hanya beberapa saat, namun itu membuat diri sejenak lupa akan masalah yang ia hadapi saat ini. 

"Anjani, kau tidak apa-apa kan!" Bryan berniat mendekati Anjani, Namun di hentikan oleh Anita. 

"Kau, jangan coba-coba mendekati putriku, kau telah menipuku dengan mengatakan Anjani akan menyakiti dirinya sendiri, tapi apa hah, dia baik-baik saja. Ohh atau ini adalah salah satu taktik mu agar kau biasa datang ke sini lagi hah." Anita marah, karena menduga jika Bryan hanya mempermainkannya saja. 

"Tidak mah, aku__." Bryan mencoba membela diri tapi lagi-lagi omongan langsung di potong oleh Anita. 

"Halah, Jangan kira aku tidak tahu permainan busukmu, kau memang licik pergi kau dari sini dan dari kehidupan kami." Anita sekali lagi mengusir Bryan.

"Mah, dengarkan aku dulu tolong biara aku bicara pada Anjani dulu." Bryan mencoba merayu Anita, akan tetapi nihil, Anita tidak mau mendengarnya.

"Pergi kau, atau aku akan menghubungi polisi biar mereka menangkap mu." Anita justru mengancamnya.

"Mama, apa yang kau katakan!" Anjani menatap ibunya terkejut. 

"Tidak nak, kali ini mama tidak akan tinggal diam lagi, pria ini tidak boleh mengganggu kehidupanmu lagi."

"Mama, tolong jangan begini, aku ingin bicara sekali saja dengan Anjani." Bryan terus mencoba agar dia diizinkan bicara pada Anjani.

"Tidak artinya tidak, mulai saat ini hubungan mu dan Putriku sudah berakhir dan masalah pertunangan, semua itu tidak akan pernah terjadi." Kecam Anita dengan tegas. 

Perkataan Anita membuat dua insan itu terkejut tak percaya. Sehingga membuat Anjani meneteskan air mata.

"Jangan mah, jangan lakukan ini, aku mencintai Anjani." Bryan memohon agar pertunangan mereka tidak dibatalkan. 

"Apa cinta hah, kau mencintai putriku tapi menjaganya saja kau tidak becus." Ujar Anita.

"Anjani, aku mohon buat mama mengerti, agar dia tidak membatalkan pertunangan kita." Bryan berbalik memohon pada Anjani.

"Hiks, benar kata mama Bry, aku tidak  pantas lagi untuk mu, kau cari saja wanita yang lebih baik dan pantas untukmu." Jawaban Anjani, seketika membuat hati Bryan hancur berkeping-keping, dia begitu tidak percaya dengan apa yang baru saja Anjani ucapan. 

"Apa maksudmu nak, yang tidak pantas untukmu itu dia, bukan dirimu." Anita menyelah ucapan putrinya. 

"Stop, cukup hentikan semua ini, pergi kalian jangan ganggu aku, aku ingin sendiri." Anjani berteriak mengusir mereka semua. 

"Nak, kau mengusir mama, hiks kau tega nak pada mamamu sendiri?" Tanya Anita tidak percaya.

"Mama, please tolong mengerti lah, aku ingin sendiri saat ini jadi aku mohon pada kalian untuk pergi dari sini, hiks." Anjani langsung berbalik membelakangi mereka semua. 

Dan dengan terpaksa, Anita pergi dari sana kemudian di susul oleh BI Imah, sedang Bryan masih tetap stay di tempatnya.

"Anjani, jika ini adalah keputusanmu, maka aku akan menerimanya. Namun, satu hal yang pasti bagaimana dirimu, aku akan tetapi mencintaimu sampai kapan pun." Bryan mengatakan itu dengan suara serak menahan tangisnya.

Mendengar itu, membuat Anjani merasa bersalah dan menyesal, akan tetapi keputusan sudah bulat untuk membatalkan pertunangannya dengan Bryan. 

"Tolong tinggalkan aku, lupakan aku." Pinta Anjani.

"Baiklah, aku akan pergi!" Bryan pun menuruti permintaan Anjani, kemudian dengan perasaan hancur ia pergi meninggalkan rumah itu. 

Sepeninggal Bryan, Anjani menjatuhkan diri di lantai dan menagis dengan kerasa, hatinya juga hancur sama seperti Bryan.

"Maafkan aku Bryan, hiks hiks, aku melakukan ini agar kau bahagia, aku sudah tidak pantas lagi untukmu, aku hanyalah wanita kotor dan memalukan."  Tangis pecah di dalam kamar itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status