Share

Bab 2. Keluarga Parasit

Revi masih termangu, bahkan saat suaminya itu pergi bergandengan tangan memasuki kamar utama yang selama ini ditempatinya.

"Ya Tuhan… apa yang harus aku lakukan? Kenapa nasibku semalang ini Tuhan…"

Revi hanya bisa merintih, di rumah itu dia bahkan tidak bisa berbicara keras apalagi menangis puas. Ada ibu mertuanya yang sedang sakit di salah satu kamar di dalam rumah itu, dia tidak mau ibu mertuanya itu tahu tabiat asli putranya. Bagiamanapun juga Rizal adalah suaminya dan dia harus menutupi aib-aibnya, namun sekarang pria itu berani membawa wanita lain ke dalam rumah. Tampaknya Revi sudah tidak bisa lagi menutupi keburukan suaminya jika sudah begini keadaannya.

Dalam diamnya Revi, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. Itu adalah Raya, kakak perempuan Rizal yang entah habis pergi dari mana.

"Rev, dimana ibu? Udah dimandiin belum sih?" tanya wanita itu, datang-datang bukan tanya kabar malah ngomel.

Revi segera mengusap air matanya, "sudah Mbak. Tinggal makan siang sebentar lagi." Jawabnya.

Melihat Revi yang berbicara tanpa melihat ke arahnya, Raya mendadak kepo dan mendekati adik iparnya itu untuk memastikan sesuatu.

"Kamu habis nangis? Kenapa nangis pagi-pagi begini, bukannya ngurusin rumah sama anak. Makanya hidup itu jangan terlalu nganggur, jadinya banyak pikiran." Tanyanya.

"Lagian kamu mikirin apa sih? Hidup kamu itu udah enak banget, tinggal diam di rumah ngurusin rumah tangga. Kan segala sesuatu sudah dipenuhi sama suami kamu itu." Lanjutnya masih ngomel-ngomel, karena dimatanya adik iparnya itu adalah wanita paling tidak bersyukur.

Seperti biasa Revi hanya bisa diam saat keluarga dari suaminya marah atau ngomel, lagipula sudah jadi makanan sehari-hari dia diperlakukan begitu.

"Tuh, mana gak ada makanan lagi. Jam berapa ini Revi, kenapa kamu belum masak hah?" 

Terdengar wanita itu kembali ngomel saat membuka tudung saji dan didalamnya tidak ada masakan sama sekali.

"Aku lapar Revi, ayo masak kamu. Suami kamu sama ibu juga pasti lapar, ini hari minggu harusmya kamu masak enak."

"Pantas suami kamu cari wanita lain diluaran, di rumah ada istri tapi berasa kayak gak punya istri. Pemalas kamu Rev, gimana bisa adikku itu kuat hidup sama kamu sih?" 

Raya terus saja ngomel-ngomel, dari dapur hingga ruang tengah. Perempuan itu memperhatikan segala sudut rumah, meja berdebu, lantai kotor, dapur berminyak, semua jadi sasaran kemarahannya.

Revi geram, rasanya hari ini dadanya ingin meledak saja. Pagi-pagi sekali dia baru selesai memandikan ibu mertuanya yang struk, lalu mengurus bayinya, saat akan mengurus rumah dan memasak untuk suaminya. Tiba-tiba ada seorang wanita mengetuk pintu rumah dan dia datang sambil membawa koper, seolah masalahnya tidak selesai sampai disitu. Suaminya lalu memperkenalkan jika wanita itu adalah calon istri mudanya, lalu kini ditambah lagi dengan kakak iparnya yang terus saja ngomel dan berkicau seperti burung beo. 

Revi memang pemilik sah rumah itu, tapi keluarga Rizal diboyong ke rumah tersebut saat dirinya menikah dengan pria itu. Makin kesini dia yang direpotkan, dia bahkan diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri. Namun apa yang bisa wanita itu lakukan, jika dia keluar dari rumah ini. Mau kemana dia pergi?

"Akh, aku berasa ngomong sama benda mati!"

Terdengar Raya semakin marah, wanita itu kini masuk ke kamar dan membanting pintu kamar dengan keras. Suasana rumah kembali hening, kedua mata Revi kini tertuju ke arah kamar dimana suami dan calon istri mudanya berada.

"Aku menyesali semuanya, namun apa yang harus aku lakukan sekarang Tuhan?"

Revi kembali merintih, beberapa kali dia memukul-mukul dadanya namun rasa sakit itu seolah pergi begitu saja. Matanya masih tidak mau menangis, air matanya tidak mau keluar. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status