Share

Bab 4. Flashback

"Kita sudah lima tahun pacaran Rev, apa salah jika aku ingin menikahimu?" tanya Rizal sambil berkacak pinggang.

Perempuan cantik berhijab yang dipanggil dengan nama Revi itu hanya bisa terdiam, bukannya dia tidak bahagia kekasihnya itu melamar dan mengajaknya menikah. Revi hanya merasa jika waktunya belum tepat, usianya baru 25 tahun dan dia sedang menikmati masa-masa indah dalam hidupnya. Setidaknya dia berharap satu atau dua tahun lagi targetnya untuk menikah.

Saat ini Revi bahkan baru diangkat menjadi kepala bagian di sebuah perusahaan besar di ibukota dengan gaji perbulannya gak kaleng-kaleng, wanita itu bahkan bisa menabung paling sedikit 10 juta perbulannya. Dari hasil kerjanya selama 5 tahun, Revi bahkan sudah bisa membeli rumah dan kendaraan mobil.

"Kenapa diam saja Rev? Apa selama ini kamu hanya main-main denganku?" tanya Rizal lagi, kini pria itu malah seolah menjadi orang yang paling tersakiti.

"Piuh! Sia-sia saja aku menghabiskan waktu lima tahunku jika begini akhirnya." Lanjut pria itu lagi, sambil mendengus kasar.

Revi masih terdiam, bukan apa-apa tapi dia masih ragu dengan pilihan menikah itu.

"Mas, beri aku waktu satu minggu untuk berpikir ya." Pinta Revi, akhirnya bersuara.

"Satu minggu? Untuk apa kamu minta waktu satu minggu? Kamu mau minta ijin sama siapa? Kamu kan gak punya siapa-siapa." Tanya Rizal mencerca Revi dengan banyak pertanyaan.

Revi menghela napas, berat sekali rasanya saat tidak ada seseoramg yang bisa diajaknya berbicara. Yang dia ingat hanya satu nama, yaitu Aryan.

"Akh baiklah, aku kasih kamu waktu satu minggu. Kalau kamu masih ragu, berarti hubungan kita berakhir." Desah Rizal, lalu pria itu melengos pergi meninggalkan Revi yang masih terdiam di taman lingkungan tempat wanita itu bekerja.

Cukup lama Revi terdiam, namun akhirnya dia pun memilih pergi dari tempat itu. Sambil berjalan menuju gedung tempatnya bekerja, wanita itu sambil berpikir dengan jawaban apa yang harus dia ambil setelah satu minggu nanti. Disisi lain dia cinta banget sama Rizal, namun disisi lain juga dia sayang dengan pekerjaannya sekarang.

"Hey, fokus banget ngelamunnya." Sapa seseorang dari belakang hingga Revi tersentak karena kaget.

"Aryan. Kamu ya, bikin jantungan aja." Balas Revi bete.

"Ada apa sih, udah ketemu pacar kok gak happy gitu?" tanya pria yang sudah jadi sahabat Revi sejak kecil itu.

Revi terdiam, dia bingung apa dia harus curhat soal ajakan nikah dari pacarnya tadi?

"Hey, mau cerita? Gimana kalau pulang kerja nanti kita ke cafe biasa?" Ajak Aryan, seolah dia tahu kegundahan hati sahabatnya itu.

"Kamu memang paling tahu, oke deh." Jawab Revi, lesu.

"Oke deal, ayo cepet kita masuk kerja dulu." Balas Aryan lagi, sambil mendorong punggung Revi agar berjalan lebih cepat.

Revi mulai tersenyum, kedua orang dewasa yang sudah bersahabat sejak lama itu kini berjalan sambil bercanda seperti anak kecil. Mereka berdua bahkan tak segan saling balas pukulan kecil nan manis, saling jail dan saling ejek meskipun di depan para karyawan yang bekerja di gedung tersebut.

Sore harinya sepulang bekerja, sesuai janji kedua sahabat itu pergi ke Cafe untuk sesi curhat. Begitulah persahabatan keduanya, Revi paling suka bercerita dan Aryan adalah orang yang tak pernah lelah mendengarkan apapun yang diceritakan oleh wanita itu.

"Ar, ini tentang Rizal." Kata Revi memulai percakapan.

Aryan mengangguk, "emangnya ada yang lain selain cowok arogan itu huh!" dengusnya di dalam hati.

"Ih… kok kamu diem aja sih… gimana nih, mau gak dengerin curhatan aku?" tanya Revi, merengek.

"Akh, ya sudah tinggal cerita. Biasanya juga kamu itu nyerocos langsung." 

Jawab Aryan dengan wajah datar.

"Seakan kamu peduli saja dengan perasaanku." Lanjutnya tapi kali ini hanya di dalam hatinya.

"Dia ngajak nikah."

Deg! Jantung Aryan terasa berhenti berdetak, lalu bergemuruh dan berdegup tak beraturan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status