Share

04 badut

Hari Senin di sekolah menengah atas 'Semesta'

Para murid sudah berada di lapangan, 30menit sudah berlalu dibawah terik matahari pagi.

Bruk seorang remaja perempuan pingsan, padahal sebentar lagi upacara sudah selesai. Siapa lagi kalau bukan Aya Septiana.

Anak-anak yang bertugas untuk membantu siswa/siswi yang sakit langsung saja membawa tubuh Aya, ditaruhnya di atas tandu. Lalu mereka dengan gerak cepat membawa Aya ke UKS.

15menit Aya pingsan, Ia membuka matanya perlahan melihat Raditya disampingnya.

"Kak Radit, kakak sakit juga ?" Tanya Aya.

"Engga, gue nunggu Lo bangun." Kata Raditya

"Kenapa ?" Tanya Aya.

"Ga ada alasan." Kata Raditya, membuat Aya terdiam sejenak memikirkan perkataan Raditya.

Raditya berkata kepada Aya, membuat pikiran Aya buyar, "Aya Lo pasti belum makan."

"Iya kak, lupa." Kata Aya.

"Aya, gue mau cerewet sedikit. Lo tuh ya harus makan tepat waktu, jangan telat makan, Lo jangan terlalu kecapean, minum air putih yang banyak, satu lagi jangan pura-pura tegar dihadapan gue." Kata Raditya.

"Iya kak Radit." Kata Aya.

"Yaudah ayok ke kantin dulu." Kata Raditya.

Raditya dan Aya berjalan menuju kantin, ada sedikit sorot mata yang menatap Aya dan Raditya layaknya pasangan yang melakukan 'pdkt'

"Cewe baru dit ?" Tanya teman Radit, tak diketahui namanya.

"Otw." Kata Raditya, berhasil membuat Aya berpikir keras.

'maksut!?' Tanya Aya kepada dirinya sendiri.

"Ay Lo mau apa ?" Tanya Raditya.

"Nasgor sama air anget satu gelas." Kata Aya, lalu dibalas anggukan oleh Raditya.

Ketika Aya sedang menunggu pesanan yang akan dibawakan Raditya, ia melihat Ronald dengan si anak Ayahnya itu. Bingung.

Mereka sedang asyik berbicara, Aya sedih rasanya sesak, nafasnya terengah-engah.

"Aya Lo kenapa ?" Tanya Raditya dengan wajah paniknya itu.

"Ga, nunggu kakak lama banget." Kata Aya sambil tersenyum kepada Raditya.

"Ah masa sih ? Perasaan gue masih sebentar ga lama banget." Kata Raditya.

"Iya kak, kan yang ngerasa kalau itu lama yang nunggu kalau yang melakukan mah ga kerasa." Kata Aya.

"Bodoamat deh pusing gue, makan nih." Kata Raditya.

Kali ini Aya tak minum kopi yang biasanya ia minum pagi hari, entah karena apa. Ia segera menyelesaikan makannya.

"Kak aku mau ke kelas dulu ya." Kata Aya.

"Cepet bener Ay, ga Lo kunyah dulu ? Bentar heh, tunggu gue bentar lagi ni." Kata Raditya, lalu meneruskan makannya dengan cepat.

Raditya sudah menyelesaikan makannya. Ia dan Aya berjalan bersama menuju kelas Aya.

"Ay tadi pertanyaan gue belum Lo jawab." Kata Raditya.

"Aku kunyah sebentar terus langsung ku telan, Ayah aku yang ngajarin hehe." Kata Aya sambil tertawa kecil.

"Hebat ya Lo, Ayah Lo juga hebat bisa ngajarin anak cewenya makan kek gitu." Kata Raditya.

Aya lalu memikirkan perkataannya tadi, lalu wajahnya beralih dari yang ceria menjadi tak berekspresi. Raditya yang melihat perubahan raut wajah Aya lalu bertanya kepada Aya, "Ay, lo kenapa ? Gue salah ngomong ya ?"

"Ahh engga kok, engga kakak yang salah." Bohong Aya.

"Aya lo ga salah, kita berdua ga salah dalam percakapan tadi. Jadi ada yang salah dengan orang yang lo sebut tadi, sosok Ayah lo bukan ?" Tanya Raditya.

"Huum iya." Kata Aya.

Tangan Raditya menepuk pundak Aya lalu berkata, "Kalau Lo butuh tempat bersandar sama orang buat cerita, gue siap kok jadi orang itu." Kata Raditya.

"Iya kak, makasih." Kata Aya.

"Kalau lo lagi down biasanya ngapain Ay ?" Tanya Raditya.

"Baca buku, makan eskrim coklat, dengerin lagu mas Aji, mas Pam atau engga mas Baskara." Kata Aya.

"Syukurlah lo ga ngelakuin yang aneh aneh." Kata Raditya.

"Maksutnya kak ?" Tanya Aya, bingung.

"Ya kan biasanya orang-orang coping mechanism nya trying suicide, or much more maybe." Kata Raditya.

"Aya ga kepikiran sampe situ, maksutnya kek belum teringat aja soal itu." Kata Aya.

"Ihh, kok belum sih Ay. Ya jangan dong." Kata Raditya.

"Kenapa kak ?" Tanya Raditya.

"Ya pokoknya jangan, kalau ada apa-apa langsung call gue pokoknya!!!" Kata Raditya.

"Kan Aya ga punya nomor telfon kakak." Kata Aya.

"Oh iya, sini-sini hp nya." Kata Raditya.

Aya pun memberikan ponselnya kepada Raditya, mereka berhenti sejenak. Menunggu Raditya memasukan nomornya.

"Udah." Kata Raditya.

Aya melihat nama kontak yang diberikan Raditya. 'kak ganteng.'

"Ihh kak Radit, kok dinamain kek gini." Tanya Aya, kebal.

"Tapi kenyataannya gue emang ganteng kan Ay ?" Tanya Raditya.

"Iya iya ganteng kek, kek apa ya..." kata Aya.

"Kek masa depan kamu, kiw kiw." Kata Raditya.

Para murid yang tak sengaja mendengar gombalan dari Raditya pun menyoraki mereka berdua.

"Huu, kiw kiw."

"Ciee si Aya sama kak Radit."

"Kawal sampe jadian, kiw."

"Kapal Raya niii."

"Raya paan ?"

"Raditya and Aya."

"Adududu, kiw kiw."

Aya sangat malu, huhu rasanya ingin menghilang saja dari planet Earth ini.

Akhirnya, mereka sudah sampai didepan kelas Aya.

"Makasih untuk semuanya kak, aku masuk dulu ya kak." Kata Aya.

"Iya, sama-sama. Aya, jaga diri baik-baik ya." Kata Raditya sambil menepuk bahu Aya, lalu dibalas anggukan oleh Aya.

"Ola kemana Rel ?" Tanya Aya kepada Farel.

"Ga masuk keknya, gatau juga deh." Kata Farel.

"AYYAAAA!!" Teriakan Ola berhasil membuat Aya hampir jantungan.

"Astaga kaget! Kemana aja sih Ol baru masuk." Kata Aya.

"Halah lo aja juga baru masuk, tadi gue dihukum sama guru BK gegara telat. Tadi gue juga lihat Lo pingsan, wajah lo bikin ngakak tau waktu pingsan." Kata Ola sambil tertawa keras.

"Capek anjir berdiri terus." Kata Aya.

"Sama." Kata Ola.

Percakapan mereka pun terhenti, karena guru sudah memasuki kelas mereka.

Istirahat-

"Ol dikelas aja, kalau engga ke perpus aja gue males ke kantin." Kata Aya.

"Yaudah dikelas aja Ay, gue juga mager keluar kelas." Kata Ola.

"Gue mau cerita sama nanya-nanya sama Lo." Kata Aya.

"Apa tuhh." Kata Ola.

"Gue tuh gatau kenapa Ol kalau lihat kak Ronald jantung gue rasanya berdebar-debar gitu, terus juga kalau lihat dia sama cewe lain kek sakit ni dada. Itu kenapa ya Ol, apa gue kena serangan jantung ?" Tanya Aya.

"Tolil, sangat tolil ga gitu konsepnya. Itu keknya Lo jatuh hati sama tu kakel." Kata Ola.

"Gue ga percaya. kata temen-temen gw di kosan juga, jatuh hati sama orang yang ga tepat itu ga enak banget tau." Kata Aya.

"Lahh itu kan kata orang, dan belum tentu juga ini orang ga tepat buat lo Ay. Coba lah Lo pepet." Kata Ola.

"Gimana caranya woi!!!." Kata Aya.

"Kalau dia ditakdirkan ada di bagian hidup Lo pasti bakal ada jalan buat Lo deket sama dia." Kata Ola, lalu dibalas anggukan Oleh Aya.

****

Sekarang bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Para murid keluar dari kelasnya masing-masing. Suasana hari ini sangatlah rusuh sekali. Aya kini sendirian menuju keluar gerbang, Ola sudah pulang terlebih dahulu tadi. Ia melihat anak itu lagi, ia memberanikan diri untuk berkenalan dengannya.

"Hai." Sapa Aya.

"Hai kakak, kayak pernah lihat tapi dimana ya ?" Tanyanya.

"Aku yang kerja di minimarket, waktu itu kamu pernah beli makanan di sana, inget ga ?" Tanya Aya memastikan.

"Ohhh iya kak, ingat ingat. Kenalin nama aku Alvena murid kelas 10 aku pindahan dari kota X." Kata Alvena memperkenalkan diri.

"Salken aku Aya dari kelas 11. Oh ya kamu pulang sama siapa ?" Tanya Aya.

"Nanti di jemput sama papah, ini lagi jemput adek. Kakak sendiri, mau pulang sama siapa ?" Kata Alvena sambil tersenyum.

"Oh iya iya, aku pulang naik bus. Yaudah ya Alvena aku duluan." Kata Aya, laku dibalas lambaian tangan oleh Alvena.

Aya pergi meninggalkan Alvena. Ia berjalan menjauh namun Aya tidak menuju halte bus, ia menunggu di gerbang depan memastikan apa benar yang dimaksud papah oleh Alvena itu ayahnya.

Benar saja sepertinya memang benar dugaan Aya, kini Alvena menaiki motor bersama Ayahnya dan adik kecilnya.

Aya melihat dengan wajah tak berekspresi nya. Ia masih melihat kepergian Alvena, lalu ia tersenyum kepada Alvena yang melambaikan tangan kepadanya. Dengan wajah yang nampak bahagia namun hancur didalamnya. Ia berjalan menuju halte, byur badan Aya terkena cipratan air yang diberikan oleh teman sekelasnya.

Ia marah, kesal, sakit bercampur jadi satu. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena, temannya itu memakai mobil dan langsung saja menancapkan gasnya kencang.

Aya belum beranjak dari tempat itu, matanya terasa panas ia masih berusaha nampak baik-baik saja. Abbey, Farel, Nabil, dan Fahrezi yang melihat kejadian itu lalu bergegas menuju Aya.

"Aya Lo gapapa ?" Tanya Farel.

"Gila Lo ya, dia kenapa-napa ege." Kata Fahrezi.

"Udah Ay, gue anter Lo pulang yok. Besok gue sama bocah-bocah ni bakal negur mereka." Kata Abbey.

"Iya, Ay pulang aja yok kerjanya biar gue aja yang gantiin." Kata Nabil.

"Iya makasih kalian." Kata Aya.

"Yaudah Ayok gue antar." Kata Abbey.

"Nabil baik-baik disana ya, makasih udah gantiin gue. Farel, Fahrezi gue sama Abbey duluan, makasih kalian." Kata Aya sambil tersenyum manis:)

"Iya sama-sama Ay." Kata Farel, lalu dibalas anggukan oleh teman-temannya.

Abbey dan Aya sedang menuju kosan Aya, ditengah perjalanan Aya meminta Abbey untuk berhenti sejenak.

"Abbey gue mau ke taman dulu." Kata Aya.

"Iya, ga mau ganti baju dulu ?" Tanyanya.

"Engga bey, Aya ada bawa jaket." Kata Aya.

"Yaudah dipake." Kata Abbey.

Mereka sudah sampai di taman, Abbey membelikan Aya eskrim coklat kesukaan Aya.

"Ni buat Lo." Kata Abbey.

"Makasih bey, Aya mau cerita." Kata Aya.

"Iya Ay apa, cerita aja." Kata Abbey.

"Aya rasa ga pantes buat hidup, Aya capek bey mau udahan aja boleh ga sih bey ?" Tanya Aya.

"Aya jangan gitu, gue sama temen-temen yang lain kan sayang sama Lo walau ada beberapa bajingan sedikit." Kata Abbey.

"Ga sedikit Abbey, yang ga suka sama Aya banyak. Emang salah ya jadi anak yang di buang ?" Tanya Aya.

"Iya sih, tapi kan masih ada yang sayang sama Lo, kalau Lo pergi kita-kita bakal sedih Ay. Ga salah kok Ay, yang salah mereka karena ga becus jadi orangtua." Kata Abbey.

"Gitu ya. Abbey, makasih udah dengerin Aya." Kata Aya.

"Iya sama-sama." Kata Abbey.

"Abbey, Aya mau pulang sekarang." Kata Aya, lalu dibalas anggukan oleh Abbey.

Mereka sudah sampai di kosan Aya,

"Lo ga mampir dulu bey ?" Tanya Aya.

"Heleh tadi aja pake nama sekarang Lo gue. Ngga ah emang ada neng cantik Ay?" Kata Abbey.

"Kan gue lagi sedih tadi, Lo kan juga tau ihh. Jam segini pasti kak Adya masih diluar." Kata Aya.

"Yaudah, nitip salam buat neng Adya cantik." Kata Abbey, lalu dibalas anggukan oleh Aya.

Abbey sudah melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Aya yang melihat kepergian Abbey pun langsung masuk ke kosannya.

Ia masuk kedalam kamarnya dengan kesedihan yang masih menyelimutinya.

Aya selalu saja begini, terlihat sudah baik-baik saja padahal tidak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status