Share

Melamar Menjadi Babysitter

Siang sudah hilang, bahkan sore sudah pergi, sekarang waktu sudah petang dan Cheryl tengah berada di sebuah Rumah mewah yang tengah membutuhkan seorang babysitter.

Cheryl terlihat begitu asyik memperhatikan tablet yang ada di di tangannya, dia tengah memperhatikan bagaimana anak laki-laki yang usianya masih masuk kategori balita.

Anaknya ganteng banget, jadi penasaran gimana Ayahnya?

Rasa penasaran dalam diri Cheryl begitu tinggi akan sosok Ayah dari anak laki-laki yang mempunyai paras yang tampan dengan kulit putih bersih dan mata indah itu.

“Bagaimana?” tanya Reno.

“Anaknya keliatan cuek ya sama lingkungannya?”

Cheryl merasa yakin dengan akan hal ini, karena dari banyak video yang dia tonton, dia tidak sering melihat interaksi dari anak itu dengan temannya.

“Ya, seperti itu Tuan El. Tidak mudah untuk orang lain bisa berdialog dengannya, bahkan dengan orang Rumahnya saja dia tidak banyak berucap, mungkin dia tidak mudah bergaul karena dia kehilangan sosok Ibu sejak kecil.”

Kening Cheryl mengernyit, dia menatap Reno dengan serius. “Kehilangan sosok Ibu sejak Kecil?”

Kepala Reno mengangguk. “Saya tidak bisa menceritakan banyak tentang Tuan muda, hanya saja memang Tuan muda tidak mendapatkan kasih sayang dari sang Ibu, sehingga dia tumbuh menjadi anak yang cuek seperti itu.”

“Oh, iya, iya, saya paham.”

“Bagaimana? Masih tertarik untuk mencoba menjadi Babysitter Tuan El?”

Sebuah anggukkan penuh dengan keyakinan Cheryl berikan. “Saya suka pada El, saya akan mencoba untuk mendekati El, mungkin saya bisa belajar banyak dari pengasuh El yang sebelumnya?”

Cheryl sudah terlanjur membutuhkan uang itu, terlebih bayaran untuk seorang babysitter yang ditawarkan begitu tinggi, sehingga Cheryl memilih untuk mencobanya.

Harapan utamanya adalah dia bisa mendapatkan uang, kemudian dia bisa lepas dari tekanan Abangnya yang membuat dia tidak bisa jauh dari pacarnya.

“Baik, mungkin bisa dicoba dengan menemuinya terlebih dahulu.”

“Di mana dia sekarang?” tanya Cheryl dengan antusias yang begitu tinggi.

“Dia di Kamarnya,” jawab Reno dengan menggunakan nada bicara yang santai.

“Memangnya tidak sedang tidur?” tanya Cheryl.

“Tidurnya Tuan El, sangat teratur, dia akan bersiap-siap untuk tidur dari jam 7:30 dan jam 8 malam biasanya dia sudah tertidur. Sekarang baru jam 6, masih ada waktu untuk berkenalan dengannya.”

Pandangan Cheryl dia alihkan memperhatikan benda penunjuk waktu yang melingkar di tangannya, hingga kemudian dia menganggukkan kepalanya.

“Kamarnya ada di lantai 2, kamu naik, terus nanti kamu belok kiri dan terus saja melangkahkan kaki melewati 2 kamar dan kamar yang ketiga adalah kamar Tuan El, hari ini hari Rabu, biasanya dia ada di sana.”

Mendengar kalimat yang sudah Reno ucapkan membuat Cheryl terdiam dalam beberapa saat. “Sebentar, hari ini adalah hari Rabu, biasanya El ada di sana, memangnya El berpindah kamar setiap hari?”

Bagi Cheryl, hal itu adalah hal yang aneh, sehingga dia sangat terdiam kala mendengarnya.

Terlihat jelas kalau Reno mengukirkan senyumannya. “Masih banyak hal yang mungkin bagi orang biasa terdengar aneh, hanya saja memang Tuan El seperti itu dan kalau kamu berhasil bekerja di sini, pasti kamu akan menemukan banyak keunikan tentang Tuan muda El.”

Cheryl menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil memperkirakan kalau hal ini adalah salah satu alasan kenapa gaji yang tertera sangat tinggi, padahal hanya sekedar menjaga anak yang berusia 4 tahun.

“Mari saya antar ke kamarnya,” ajak Reno.

“Oh iya, boleh.”

Setelah itu Cheryl melangkahkan kaki bersama dengan Reno, hanya saja saat mereka berada di tengah-tengah tangga, Cheryl mendengar dengan jelas kalau ada panggilan masuk.

“Sebentar, ada yang menelepon,” ucap Reno.

“Oh, silakan.”

“Jika tidak keberatan, mungkin kamu bisa pergi sendiri ke kamarnya. Apakah kamu mengingat di mana kamarnya?” tanya Reno terlebih dahulu.

“Iya, saya ingat.” Cheryl memberikan jawaban yang apa adanya.

“Ingin menunggu saya selesai menelepon atau kamu pergi sendiri?”

“Sepertinya saya pergi sendiri saja,” jawab Cheryl.

“Tidak keberatan?” Reno memastikan.

Kepala Cheryl menggeleng. “Saya ingin lebih lama dengan El, siapa tahu saya bisa lebih mudah akrab dengan El.”

Tidak mungkin Reno menolak. “Silakan kalau begitu. Nanti ketuk saja pintu dan permisi untuk masuk, jika tidak ada jawaban, kamu bisa perlahan masuk, karena El malas untuk berbicara orangnya.”

“Terima kasih sebelumnya,” ucap Cheryl.

“Saya permisi.”

Mereka melangkahkan kaki bersama-sama dengan tujuan yang berbeda, hingga kemudian Cheryl memperhatikan pintu cokelat yang tertutup rapat.

Secara perlahan Cheryl mengetuk pintu kamar. “Permisi, bolehkah saya masuk?”

Beberapa saat menunggu, tidak ada sebuah jawaban yang diberikan, hingga kemudian Cheryl kembali mengetuk pintu, hanya saja masih tidak ada jawaban apa pun dan setelah itu Cheryl secara perlahan membuka pintu.

“Permisi ... El?” panggil Cheryl dengan penuh kelembutan.

Langkah kaki Cheryl dia teruskan sampai pada akhirnya dia memperhatikan tempat tidur yang terlihat sangat rapi dan Cheryl tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di atas kasur.

“El ... di mana kamu?” tanya Cheryl sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari di mana keberadaan El.

Kedua bola mata Cheryl dengan seketika membelalak setelah dia melangkahkan kaki di kamar yang cukup luas ini untuk mencari El, tapi ternyata dia malah melihat seorang pria yang terlihat sangat jelas baru keluar dari kamar mandi.

Rambutnya masih terlihat setengah basah, kulit tubuhnya juga masih terlihat begitu lembap. Pria itu tengah menggunakan handuk kimono, hanya saja bagian dada bidangnya masih terlihat jelas dengan sedikit bulu di bagian dadanya yang membuat pria itu terlihat begitu mempesona di mata Cheryl.

Pria itu melangkahkan kaki mendekat ke arah di mana Cheryl berada dan aroma sabun mandi pria itu begitu tercium oleh Cheryl yang membuat Cheryl merasa dimabuk oleh wangi sabunnya.

Pandangan Cheryl terus terfokuskan memperhatikan wajah pria di hadapannya, dia memperhatikan bagian mata yang tak lama dari itu membuat dia dengan seketika mengingat sesuatu.

“Sebentar, saya masuk ke kamar ini untuk mencari El, tapi kenapa saya malah bertemu Om?” Cheryl kebingungan sendiri, dia terus memperhatikan pria berparas tampan di hadapannya.

“Saya merasa pernah bertemu dengan Om sebelumnya, tapi di mana?” Dengan sangat keras, Cheryl mengingat beberapa kejadian ke belakang.

Senyuman miring terukir dengan jelas di bibir pria bernama lengkap Dirga Regantara, dia melangkahkan kaki yang kemudian tangannya mengelus pipi mulus milik Cheryl.

“Sepertinya kamu akan mengingat saya, jika berada di atas tempat tidur.”

Tangan Cheryl memegangi tangan milik Dirga, dia merasakan sebuah aliran yang sangat hebat dalam dirinya, apalagi kala dia menatap netra milik Dirga.

“Maksudnya?” Cheryl masih terlihat kebingungan.

“Apakah Nona manis ini sudah melupakan saya?”

Setelah pertanyaan itu keluar, apalagi dengan pergerakan tangan Dirga yang turun mengelus lehernya, membuat Cheryl teringat pada sebuah malam dan dia merasakan yakin kalau orang di hadapannya memang orang yang sama.

“Apakah Om adalah orang yang sudah menemani saya saat di Red House malam itu?” Cheryl bertanya to the point.

Di saat Cheryl tengah menunggu jawaban, Dirga malah mengukirkan senyuman miringnya dan senyuman yang Dirga ucapkan semakin membuat Cheryl yakin kalau pria di hadapannya adalah pria yang sama dengan pria yang sudah menemaninya malam itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status