Siang sudah hilang, bahkan sore sudah pergi, sekarang waktu sudah petang dan Cheryl tengah berada di sebuah Rumah mewah yang tengah membutuhkan seorang babysitter.
Cheryl terlihat begitu asyik memperhatikan tablet yang ada di di tangannya, dia tengah memperhatikan bagaimana anak laki-laki yang usianya masih masuk kategori balita.
Anaknya ganteng banget, jadi penasaran gimana Ayahnya?
Rasa penasaran dalam diri Cheryl begitu tinggi akan sosok Ayah dari anak laki-laki yang mempunyai paras yang tampan dengan kulit putih bersih dan mata indah itu.
“Bagaimana?” tanya Reno.
“Anaknya keliatan cuek ya sama lingkungannya?”
Cheryl merasa yakin dengan akan hal ini, karena dari banyak video yang dia tonton, dia tidak sering melihat interaksi dari anak itu dengan temannya.
“Ya, seperti itu Tuan El. Tidak mudah untuk orang lain bisa berdialog dengannya, bahkan dengan orang Rumahnya saja dia tidak banyak berucap, mungkin dia tidak mudah bergaul karena dia kehilangan sosok Ibu sejak kecil.”
Kening Cheryl mengernyit, dia menatap Reno dengan serius. “Kehilangan sosok Ibu sejak Kecil?”
Kepala Reno mengangguk. “Saya tidak bisa menceritakan banyak tentang Tuan muda, hanya saja memang Tuan muda tidak mendapatkan kasih sayang dari sang Ibu, sehingga dia tumbuh menjadi anak yang cuek seperti itu.”
“Oh, iya, iya, saya paham.”
“Bagaimana? Masih tertarik untuk mencoba menjadi Babysitter Tuan El?”
Sebuah anggukkan penuh dengan keyakinan Cheryl berikan. “Saya suka pada El, saya akan mencoba untuk mendekati El, mungkin saya bisa belajar banyak dari pengasuh El yang sebelumnya?”
Cheryl sudah terlanjur membutuhkan uang itu, terlebih bayaran untuk seorang babysitter yang ditawarkan begitu tinggi, sehingga Cheryl memilih untuk mencobanya.
Harapan utamanya adalah dia bisa mendapatkan uang, kemudian dia bisa lepas dari tekanan Abangnya yang membuat dia tidak bisa jauh dari pacarnya.
“Baik, mungkin bisa dicoba dengan menemuinya terlebih dahulu.”
“Di mana dia sekarang?” tanya Cheryl dengan antusias yang begitu tinggi.
“Dia di Kamarnya,” jawab Reno dengan menggunakan nada bicara yang santai.
“Memangnya tidak sedang tidur?” tanya Cheryl.
“Tidurnya Tuan El, sangat teratur, dia akan bersiap-siap untuk tidur dari jam 7:30 dan jam 8 malam biasanya dia sudah tertidur. Sekarang baru jam 6, masih ada waktu untuk berkenalan dengannya.”
Pandangan Cheryl dia alihkan memperhatikan benda penunjuk waktu yang melingkar di tangannya, hingga kemudian dia menganggukkan kepalanya.
“Kamarnya ada di lantai 2, kamu naik, terus nanti kamu belok kiri dan terus saja melangkahkan kaki melewati 2 kamar dan kamar yang ketiga adalah kamar Tuan El, hari ini hari Rabu, biasanya dia ada di sana.”
Mendengar kalimat yang sudah Reno ucapkan membuat Cheryl terdiam dalam beberapa saat. “Sebentar, hari ini adalah hari Rabu, biasanya El ada di sana, memangnya El berpindah kamar setiap hari?”
Bagi Cheryl, hal itu adalah hal yang aneh, sehingga dia sangat terdiam kala mendengarnya.
Terlihat jelas kalau Reno mengukirkan senyumannya. “Masih banyak hal yang mungkin bagi orang biasa terdengar aneh, hanya saja memang Tuan El seperti itu dan kalau kamu berhasil bekerja di sini, pasti kamu akan menemukan banyak keunikan tentang Tuan muda El.”
Cheryl menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil memperkirakan kalau hal ini adalah salah satu alasan kenapa gaji yang tertera sangat tinggi, padahal hanya sekedar menjaga anak yang berusia 4 tahun.
“Mari saya antar ke kamarnya,” ajak Reno.
“Oh iya, boleh.”
Setelah itu Cheryl melangkahkan kaki bersama dengan Reno, hanya saja saat mereka berada di tengah-tengah tangga, Cheryl mendengar dengan jelas kalau ada panggilan masuk.
“Sebentar, ada yang menelepon,” ucap Reno.
“Oh, silakan.”
“Jika tidak keberatan, mungkin kamu bisa pergi sendiri ke kamarnya. Apakah kamu mengingat di mana kamarnya?” tanya Reno terlebih dahulu.
“Iya, saya ingat.” Cheryl memberikan jawaban yang apa adanya.
“Ingin menunggu saya selesai menelepon atau kamu pergi sendiri?”
“Sepertinya saya pergi sendiri saja,” jawab Cheryl.
“Tidak keberatan?” Reno memastikan.
Kepala Cheryl menggeleng. “Saya ingin lebih lama dengan El, siapa tahu saya bisa lebih mudah akrab dengan El.”
Tidak mungkin Reno menolak. “Silakan kalau begitu. Nanti ketuk saja pintu dan permisi untuk masuk, jika tidak ada jawaban, kamu bisa perlahan masuk, karena El malas untuk berbicara orangnya.”
“Terima kasih sebelumnya,” ucap Cheryl.
“Saya permisi.”
Mereka melangkahkan kaki bersama-sama dengan tujuan yang berbeda, hingga kemudian Cheryl memperhatikan pintu cokelat yang tertutup rapat.
Secara perlahan Cheryl mengetuk pintu kamar. “Permisi, bolehkah saya masuk?”
Beberapa saat menunggu, tidak ada sebuah jawaban yang diberikan, hingga kemudian Cheryl kembali mengetuk pintu, hanya saja masih tidak ada jawaban apa pun dan setelah itu Cheryl secara perlahan membuka pintu.
“Permisi ... El?” panggil Cheryl dengan penuh kelembutan.
Langkah kaki Cheryl dia teruskan sampai pada akhirnya dia memperhatikan tempat tidur yang terlihat sangat rapi dan Cheryl tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di atas kasur.
“El ... di mana kamu?” tanya Cheryl sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari di mana keberadaan El.
Kedua bola mata Cheryl dengan seketika membelalak setelah dia melangkahkan kaki di kamar yang cukup luas ini untuk mencari El, tapi ternyata dia malah melihat seorang pria yang terlihat sangat jelas baru keluar dari kamar mandi.
Rambutnya masih terlihat setengah basah, kulit tubuhnya juga masih terlihat begitu lembap. Pria itu tengah menggunakan handuk kimono, hanya saja bagian dada bidangnya masih terlihat jelas dengan sedikit bulu di bagian dadanya yang membuat pria itu terlihat begitu mempesona di mata Cheryl.
Pria itu melangkahkan kaki mendekat ke arah di mana Cheryl berada dan aroma sabun mandi pria itu begitu tercium oleh Cheryl yang membuat Cheryl merasa dimabuk oleh wangi sabunnya.
Pandangan Cheryl terus terfokuskan memperhatikan wajah pria di hadapannya, dia memperhatikan bagian mata yang tak lama dari itu membuat dia dengan seketika mengingat sesuatu.
“Sebentar, saya masuk ke kamar ini untuk mencari El, tapi kenapa saya malah bertemu Om?” Cheryl kebingungan sendiri, dia terus memperhatikan pria berparas tampan di hadapannya.
“Saya merasa pernah bertemu dengan Om sebelumnya, tapi di mana?” Dengan sangat keras, Cheryl mengingat beberapa kejadian ke belakang.
Senyuman miring terukir dengan jelas di bibir pria bernama lengkap Dirga Regantara, dia melangkahkan kaki yang kemudian tangannya mengelus pipi mulus milik Cheryl.
“Sepertinya kamu akan mengingat saya, jika berada di atas tempat tidur.”
Tangan Cheryl memegangi tangan milik Dirga, dia merasakan sebuah aliran yang sangat hebat dalam dirinya, apalagi kala dia menatap netra milik Dirga.
“Maksudnya?” Cheryl masih terlihat kebingungan.
“Apakah Nona manis ini sudah melupakan saya?”
Setelah pertanyaan itu keluar, apalagi dengan pergerakan tangan Dirga yang turun mengelus lehernya, membuat Cheryl teringat pada sebuah malam dan dia merasakan yakin kalau orang di hadapannya memang orang yang sama.
“Apakah Om adalah orang yang sudah menemani saya saat di Red House malam itu?” Cheryl bertanya to the point.
Di saat Cheryl tengah menunggu jawaban, Dirga malah mengukirkan senyuman miringnya dan senyuman yang Dirga ucapkan semakin membuat Cheryl yakin kalau pria di hadapannya adalah pria yang sama dengan pria yang sudah menemaninya malam itu.
Seorang perempuan tengah mematung sambil memperhatikan sebuah video pacarnya yang tengah asyik bersama dengan banyak perempuan yang berpakaian sexy, hanya saja dari banyak perempuan di sana, pandangannya terfokuskan pada satu perempuan yang cukup dia kenali. “Gila banget! Pantes dia selalu ngasih tahu buruknya Axel, ternyata dia emang pengen rebut Axel? Hih, perempuan munafik!” Tawa hambar perempuan bernama Cheryl keluar dengan seketika. Pandangan Cheryl dia naikkan, dia memperhatikan langit yang begitu terang yang membuat matanya merasakan sedikit sakit, karena silau, tapi hatinya jauh lebih sakit dan juga panas dengan apa yang terjadi. Sudah tidak ada alasan untuk Cheryl menunggu, sehingga pada akhirnya dia bangkit dan kemudian mengambil tasnya, dia melangkahkan kaki dengan langkah yang begitu lesu. Merasa pikirannya tidak karuan, membuat Cheryl mengurungkan niatnya untuk pergi ke Kampus, dia malah berjalan sambil mencoba untuk melupakan video yang dia lihat. Berjalan cukup jauh
Cheryl duduk di pinggir Taman, tiba-tiba rasa perih di lututnya dia rasakan, hingga membuat dia mengalihkan pandangan dan memperhatikan bagian lututnya yang ternyata sudah berdarah.“Sh ah! Pake luka segala!” Cheryl berdecih kesal, hingga kemudian dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Apotik.Cheryl bangkit, dia langsung melangkahkan kaki. Saat berjalan dengan santai, pandangannya teralihkan memperhatikan banyak orang yang sedang berkerumun dengan 1 Anak kecil di sana.“Tapi Tuan muda tidak boleh kelayapan, kalau pulang sekolah harus langsung pulang, kecuali kalau Tuan muda mau bertemu dengan Daddy, maka kita akan mengantarkannya.”“Harus tidur siang, agar nanti tidak mengantuk saat nanti bimbel.”Bukannya menurut, anak laki-laki itu malah melangkahkan kaki dengan begitu cepat menjauh dari mereka.“Tuan muda! Tuan, mau pergi ke mana?” teriak mereka sambil mengejar anak kecil yang tengah berlari.“Hei, kalian! Jangan kasar pada anak kecil!” teriak Cheryl yang langsung melangkahkan
“Cher, hari ini ada yang harus dibayar ya buat ulangan sama praktek minggu depan? Gimana? Udah ada buat bayarnya? Sekarang hari terakhir dan sorry, gak bisa bantu bayar untuk sekarang.”“Kenapa?” tanya Cheryl sambil menatap Reva dengan tatapan tanda tanya.Sebelum memberikan jawaban, Reva tertawa yang membuat Cheryl tanda tanya. “Hehe, kemarin habis taruhan dan kalah.”“Cih, taruhan mulu, mana jarang menang lagi!” cibir Cheryl yang merasa sudah tidak aneh jika temannya itu taruhan dan berujung dengan kalah.“Kalau menang enak tahu, duitnya bisa numpuk dan bisa dipake buat seneng-seneng tanpa sakit kepala nantinya.”“Sekarang kalah sakit kepala kan?”Pertanyaan itu tidak bisa Reva elakan, dia hanya bisa mengukirkan senyumannya dan Cheryl hanya bisa menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, karena bagaimana pun itu uang Reva yang merupakan hak dia, sehingga dia tidak ada hak untuk melarang.“Duh, gimana ya? Belum ada duit lagi! Duit yang waktu itu dipake sama Jordan!” ketus Cheryl yan
Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, d
“Om, ini punggungnya basah berarti?” Cheryl mentap Dirga dengan tatapan yang cukup serius, dia masih ingat dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dirga melirik ke arah belakang yang sebenarnya tidak terlihat, tapi cukup terasa basahnya. “Kenapa Om malah melindungi saya tadi?” Cheryl merasa kebingungan dengan hal ini. “Mereka keterlaluan,” sahut Dirga yang merasa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan. Secara perlahan Cheryl melepaskan jas yang Dirga gunakan sampai terlihat jelas kalau kemeja putih yang Dirga gunakan sudah berubah kotor oleh cokelat yang sudah disiramkan dan Cheryl menarik napasnya dengan cukup dalam, karena melihat bentuk punggung Dirga. “Saya bersihin boleh Om?” Bukannya melarang, dengan santai Dirga membuka kancing kemeja, hingga kemudian Dirga menurunkan kemejanya dan membuat Cheryl melihat dengan jelas bagian punggung Dirga yang pernah dia elus-elus malam itu. Punggung yang terlihat kekar itu membuat Cheryl menelan salivanya dengan cukup kasar, hingg
“Daddy!” “Ya El? Ada apa?” “Aku pergi dengan siapa hari ini?” “Tante Cheryl?” “Dia tidur.” Mendengar kalimat itu, membuat Dirga terdiam sejenak, dia memikirkan beberapa hal. “Tidak kamu bangunkan?” tanya Dirga terlebih dahulu. Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl yang tengah tertidur di sofa dengan raut wajah cape yang begitu jelas. “Gak,” jawab El singkat. “Kamu bangunkan saja sekarang, agar nanti dia bisa menemani kamu untuk kumpulan di Sekolah kamu.” Dirga memberikan solusi yang santai. “Gak mau.” “Ya terus, bagaimana?” “Terserah, kalau Daddy mau ke sekolah ... El akan ikut, kalau tidak ... El ikut tidur dengan Tante Cheryl.” Jawaban yang membuat Dirga sulit untuk menolak, dia memang bisa saja menyuruh orang lain untuk datang ke Sekolah El, hanya saja sekarang adalah acara tahunan Sekolah El yang niatnya Dirga akan datang di siang hari sebab sudah menyuruh Cheryl menemani El di awal. “Ya sudah, kamu pergi saja bersama dengan Om Reno ke Sekolah, nanti Daddy
Selesai membereskan barang-barangnya, Cheryl langsung melangkahkan kaki meninggalkan kelas, dia berjalan sangat buru-buru yang sudah pasti bukan ke arah Toilet, karena semula dia hanya beralasan saja agar Dosennya ingat pada waktu. Langkah kaki Cheryl begitu terburu-buru sampai tidak sadar kalau ada laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar ke dinding. “Apakah tidak melihat ada pacarnya di sini?” Kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika menghentikan langkah kakinya, dia merasa sangat kenal dengan suara itu, apalagi dengan kalimat seperti itu sampai akhirnya laki-laki yang sudah memanggilnya berdiri di sampingnya. “Axel?” “Mau ke mana? Kenapa buru-buru?” Penuh dengan keseriusan Cheryl memikirkan jawabannya, karena dia merasa tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya pada Axel, sebab akhirnya akan banyak pertanyaan yang ujungnya dia mendapatkan sebuah larangan. “Ada urusan, makanya buru-buru.” “Urusan apa?” “Ada lah, emangnya kamu harus tahu ya setiap urusan aku? Engga
Cheryl terlihat begitu gelisah, dia mengedarkan pandangannnya ke sana kemari, karena tidak ada Anak yang dia cari, hingga dia menjadi berpikir penuh dengan keseriusan harus pergi ke mana sekarang. Saat tadi dia ke Sekolahan El, dia sama sekali tidak bertemu dengan El, karena sudah lebih dari 1 jam dari waktu El pulang, dia mempunyai pikiran kalau El ada di rumah, tapi ternyata di Rumah juga tidak ada. Tidak ada satu orang pun yang memberikan jawaban baik, sehingga perasaan Cheryl menjadi tidak karuan sampai kemudian dia menarik napasnya dengan sangat dalam dan berlari keluar dari Rumah ini. Sekarang Cheryl merasa cukup beruntung, karena tidak lama keluar dia langsung bertemu dengan Abang gojek yang bisa mengantarkan dirinya untuk ke Kantor Dirga. Rasanya Cheryl tidak bisa diam saja dengan hal ini, dia langsung menemui Dirga yang bahkan sekarang dia berada di hadapan Ruangan Dirga, dia mengetuk-ngetuk pintu Ruangannya beberapa kali. “Permisi, Pak Dirga. Ini saya, bolehkah saya masu