Share

AA -FOUR

HAPPY READING

.

.

.

.

Jangan kasih kekecewaan,kalau kau nantinya bakal berujung kecewa dengan apa yang kau lakukan

-

Selesai nongkrong di cafe milik Rendy, mereka bertiga memutuskan untuk menjenguk sahabatnya yang tengah berada di Rumah Sakit.

Mereka menggunakan kendaraannya masing masing,kecuali Ribka.Rendy dan Gabriel menggunakan motornya, sedangkan Ribka di bonceng oleh Gabriel.

Sebelum memutuskan pergi ke Rumah Sakit ,mereka pergi ke Rumah Dinda yang berada di kompleks perumahan elite.Karena mereka ingin Dinda ikutan menjenguk Alatha.

Sesampainya di halaman depan Rumah Dinda. Mereka bertiga turun dari motor Mereka.Pak satpam yang melihat kedatangan mereka langsung bergegas membuka pagar besi.

"Dinda ada di rumah Pak?," tanya Gabriel

Pak satpam mengganggukan kepalanya. "Non Dinda ada di rumah Den"

Rendy berjalan duluan lalu diikuti kedua sahabatnya. Sebelum pergi  mereka tak lupa mengucapkan terima kasih kepada satpam itu.

Rendy mengetuk pintu Rumah Dinda. Tiga ketukan pertama Dinda belum keluar,tiga ketukan kedua Dinda belum keluar juga,hingga tiga ketukan ketiga barulah Dinda keluar dengan pakaian rapi.

Dinda yang melihat kedatangan sahabat sahabat mantan pacarnya itu membelalakkan mata nya terkejut akan kehadiran Mereka.

Gabriel yang melihat keterkejutan Dinda langsung To the point.

"Kita datang ke sini mau ngajak lo buat ikutan menjenguk Alatha. Lo mau ikutan? "

Dinda terdiam mendengar ajakan Gabriel untuk menjenguk Alatha.

Dia bingung Apakah dia harus ikut atau tidak?.

Kalau nanti nya dia ikut, kedatangannya bukan membuat Alatha senang tapi malah membuat nya jijik.

Tapi kalau tidak ikut, mereka pasti akan curiga dengan nya kalau dia sedang menghindari sosok Alatha.

Ahk ...saat ini dia ingin menghilang saja dari permukaan bumi ini,agar dia terhindar dari mereka.

"Hey! " sentakan Ribka membuat Dinda lamunannya buyar seketika.

"Lo kok diam sih?  Lo mau atau enggak?" tanya Ribka

"Hm ....sorry gue sibuk, gue lagi banyak kerjaan yang harus gue kerjakan," elak Dinda secara lembut

"Kan bisa lo kerjakan nanti. Lagipula ini cuman sebentar Din,setelah lo selesai menjenguk Alatha lo bisa langsung pulang" ujar Rendy

"Dan apa lo enggak mau tahu gimana sekarang keadaan Alatha?.Alatha saat butuh lo Din"

Mereka bertiga sengaja tidak memberi tahu keadaan Alatha yang tidak bisa melihat lagi, karena dia ingin gadis itu tahu sendiri keadaan Alatha saat ini. 

Dinda tersenyum terpaksa dan menjawab.

"Gue pengen tahu keadaan Alatha sekarang gimana,tapi masalah gue lagi sibuk banget.Banyak kerjaan yang menumpuk," ucapan Dinda berhasil membuat mereka bertiga kecewa. Dinda dapat melihat raut wajah mereka yang menunjukkan kekecewaan.

Padahal mereka sangat berharap Dinda ikut menjenguk Alatha.Tapi harapan mereka itu musnah,karena Dinda memilih untuk mementingkan pekerjaan di banding Alatha.

"Oh yaudahlah. Kami juga tidak memaksa lo untuk ikut. Tapi kami sangat ingin lo datang Din, karena saat ini Alatha sangat membutuhkan lo" tutur Rendy

Ingin sekali rasa nya Dinda menangis mendengar penuturan Rendy, tapi dia harus berusaha sebisa mungkin untuk menahan nya agar tidak jatuh didepan mereka bertiga.

"Sekali lagi gue minta maaf ya, karena gue enggak bisa ikut bareng kalian untuk menjenguk Alatha"

Ribka menganggukan kepala nya lalu dia menepuk pelan bahu Dinda dua kali.

"Enggak apa apa.Lain kali lo bisa jenguk Alatha, kalau lo punya free time"

Dinda tersenyum manis kepada mereka dan menganggukan kepalanya.

"Gue pasti bakal jenguk Alatha kalau gue punya waktu luang"

Mereka bertiga berpamitan pergi kepada Dinda.

"Kita pergi dulu ya Din," pamit Rendy

Dinda mengantar mereka sampai depan pagar rumahnya. Setelah mereka bertiga pergi,air mata yang sedari tadi Dinda bendung akhirnya keluar dengan deras.

Pak satpam yang melihat itu khawatir dan langsung bertanya.

"Non Dinda tidak apa apa?"

Mendengar pertanyaan itu dengan segera Dinda menghapus air matanya.

"Dinda tidak apa apa kok Pak" Dinda tersenyum ke Pak satpam.

"Dinda masuk dulu ya Pak," pamitnya

"Oh silahkan Non" ucap Pak satpam itu sambil tersenyum keada majikkannya.

Dinda masuk kedalam rumahnya dengan kecewa. Dia sangat kecewa dengan dirinya sendiri, karena dia telah membuat Alatha buta.

Sebenarnya Dinda sudah tahu keadaan Alatha, karena malam di mana Alatha kecelakaan dia datang  ke Rumah Sakit. Tapi dia bersembunyi di balik dinding.

Dinda tahu Alatha kecelakaan dari Ribka.Ribka menelepon nya mengatakan kalau Alatha kecelakaan.Mendengar itu dia langsung segera datang ke Rumah Sakit yang sudah di beritahu oleh Ribka.

Dinda juga mendengar perkataan Dokter Andi yang mengatakan kalau Alatha buta. Dan itu sangat membuat hati Dinda hancur.

Dia lah penyebab Alatha buta

Dia menyadari dirinya sangat bodoh. Karena telah membuat Alatha kecewa.

Seharusnya dia mengatakan hal yang sebenarnya kepada Alatha. Kalau saja dia mengatakan hal yang sebenarnya kepada Alatha, mungkin saja sekarang hubungannya dengan Alatha baik baik saja. 

Perkataan Dinda tadi yang mengatakan kepada sahabat sahabat Alatha 'Dia akan menjenguk Alatha kalau punya waktu luang',itu hanyalah bohongan. Agar mereka percaya dan langsung pergi dari rumahnya.

Mana mungkin dia akan menjenguk Alatha. Itu sangat mustahil.

***

Setelah dari Rumah Dinda mereka pergi menuju Rumah Sakit tempat Alatha tengah terbaring lemah. Sebelum itu mereka membeli sebuket buah buat Alatha.

Sesampainya di Rumah Sakit mereka langsung menuju kamar rawat milik Alatha Devlonka dengan senyum ceria . Karena mereka sangat merindukan sahabatnya itu.

Walau tidak bertemu dengan Alatha hanya beberapa jam,tapi mereka sangat merindukan sahabat nya itu.

"Halo bestfriend nya Rendy" ucap Rendy girang kepada Alatha ketika sudah sampai di ruang rawat Alatha. 

Rendy langsung menghampiri Alatha yang sedang duduk di atas ranjang nya dengan alas bantal di belakang punggungnya. 

"Gimana keadaan lo Al?" tanya Gabriel 

"Baik" jawab Alatha singkat 

"Tante Dasha mana Al?" tanya Gabriel

"Keluar sebentar," mereka bertiga hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Alatha

"Al lo tau enggak," Rendy duduk di samping Alatha dan memegang bahu kanannya.

"Hm" Alatha hanya berdehem

"Sebelum kita kesini kita mampir ke rumahnya Dinda.Kita mau mengajak dia buat ikutan sama kita untuk jenguk lo, tapi dia bilang dia sibuk ngurusi kerjaannya" 

"Apa lebih penting ya kerjaan nya dibanding menjenguk lo?," sambung Rendy

Alatha yang mendengar itu hanya diam. Dia malas menjawab ucapan Rendy. Bahkan mendengar nama perempuan itu saja dia sudah jijik. Dia juga sudah tidak perduli lagi dengan perempuan pengkhianat itu. 

Rendy yang melihat Alatha diam saja tanpa merespon ucapannya itu merasa kesal. "Lo dengar gue enggak sih Al"

"Hm" lagi dan lagi Alatha cuman berdehem,membuat Rendy semakin kesal di buat Alatha. 

"Untung lo sahabat gue kalau enggak bisa aja nyawa lo melayang" kesal Rendy

Gabriel dan Ribka menertawakan Rendy yang kesal karena Alatha.

"Hahaha" tawa Gabriel dan Ribka kencang membuat Rendy semakin kesal

Gabriel yang melihat wajah Rendy ditekuk karena kesal merangkulnya.

"Udah ah jangan ngambekkan.Udah kaya cewek aja lo tukang ngambek" cibir Gabriel

"Apaan sih lo" ujar Rendy sinis pada Gabriel 

Ribka yang melihat Alatha yang sedari tadi diam semenjak Rendy menyebut nama Dinda,semakin sangat penasaran pada hubungan Alatha dan Dinda.

Apa hubungan mereka baik baik saja? 

Pertanyaan itulah yang sedang hinggap di pikirannya. 

Ia ingin menanyakkan kepada Alatha tentang hubungannya dengan Dinda,tapi sudah di dahului oleh Gabriel. 

"Al, Apa hubungan Lo dan Dinda baik baik saja? " tanya Gabriel hati hati

Lagi dan lagi Alatha diam. 

Membuat mereka bertiga sangat penasaran tentang hubungannya dengan Dinda. 

Gabriel tersenyum kepada Alatha. 

"Kalau lo enggak bisa cerita sekarang enggak apa apa kok Al. Mungkin lain kali lo bisa berbagi cerita sama kita, kan kita sahabat lo" 

Tangan Gabriel berahli memegang pundak Alatha dengan lembut. "Kesedihan lo jangan lo pendam sendiri Al,karena itu akan buat lo semakin terpuruk"

Rendy yang berada di samping Alatha memeluknya dengan sangat erat.

"Kita siap kok Al jadi tempat cerita lo dan jadi tempat kesedihan lo" ucap Rendy

Ribka dan Gabriel bergabung untuk memeluk Alatha juga. 

Di sela sela pelukannya air mata Alatha menetes. Dia sangat tidak menyangka mempunyai sahabat sahabat yang baik dan sangat peduli dengannya. Dia sangat beruntung mempunyai sahabat seperti mereka.

Disaat keadaannya seperti ini sahabat sahabatnya tidak pergi meninggalkannya. Dia kira mereka akan pergi meninggalkannya karena keadaannya sekarang tidak seperti dulu lagi.Tapi ternyata dia salah mengira, sahabat sahabatnya malah menghiburnya dan menenangkannya. 

Dia juga merasa sangat bersalah pada dirinya sendiri,karena dia tidak mau jujur kepada mereka bertiga tentang hubungannya dengan Dinda yang sudah berakhir. 

Seharusnya dia berkata jujur kepada ketiga sahabatnya itu. Bukannya sesama sahabat harus saling jujur bukan?. 

 

Tak lama kemudian pintu ruang rawat Alatha terbuka. Sahabat sahabat Alatha menoleh kebelakang melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah Mamanya Alatha.

Rendy tersenyum manis,

"Halo tante"

Mamanya Alatha membalas senyuman Rendy.

"Kalian sudah lama datang? " tanya Mama Alatha

"Udah lumayan lama sih Tan" jawab Gabriel

"Makasih banyak ya kalian sudah mau menemani Alatha disaat tante lagi keluar" ucap Mama Alatha

Mereka bertiga tersenyum manis dan menganggukan kepala.

"Sama sama Tan.Itu udah tanggung jawab kita buat jagain Alatha" ucap Rendy sambil menatap Gabriel dan Ribka

Mendengar itu hati Mama Alatha seketika menghangat.

'Terima kasih banyak Tuhan, kau telah mempertemukan anak hamba dengan orang orang baik seperti mereka' lirihnya dalam hati

***

Thanks for Reading

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status