Share

Part 3 Bukti Transfer

Anaknya Mirip Suamiku

 

(3) Tukang bakso saja ada yang mirip Raffi Ahmad, trus kenapa ada bukti transfer uang ke rekening Nayla?

🥀🥀🥀

 

"Aku ke ruko dulu membantu Jhoni. Nanti kamu pulang sama Nana aja," ucap mas Denis setelah menerima uang lima juta dariku.

 

"Iya Mas," jawabku pelan dan melanjutkan pekerjaanku mencatat orderan baju.

 

Aku menatap di balik dinding kaca, mobil suamiku meninggalkan ruko ini bersama Jhoni. Entah kenapa rasa curigaku belum hilang. Aku bingung, mas Denis tidak terlihat berselingkuh dengan Nayla, lagian kenapa sikap Jhoni biasa-biasa saja.

 

Sudah jam setengah enam, aku menutup toko. Karyawan juga sudah pulang karena jam kerja sudah selesai. Aku pulang dijemput Nana. Rasa capek terbayar sudah, disain baju rancanganku disukai beberapa pelanggan tetap. Aku harus promosi lagi agar semakin banyak pembelinya.

 

🥀🥀🥀

 

Nana sudah masuk kamar. Biasanya dia sudah tidur. Aku dan mas Denis masih duduk di sofa depan televisi. Kulihat mas Denis sedang menonton film India sambil meneguk kopi yang kubuatkan.

 

Melihat wajah suamiku, lagi-lagi aku teringat Ayu putri bungsu Nayla. Mereka sangat mirip, bahkan putriku kami Nana saja tidak semirip mas Denis. Rasanya aku tidak tahan menyimpan kecurigaan ini. Sebaiknya aku tanya saja.

 

"Mas."

 

"Ya," jawab mas Denis tetap menatap televisi.

 

"Apa hubunganmu dengan Nayla?" Dengan menahan hati aku berusaha berucap.

 

"Apa?" Mas Denis terkejut menatapku.

 

"Kalian selingkuh di belakangku? Tega kamu, Mas." Butiran hangat mengalir di sudut mataku.

 

"Kamu bilang apa, El? Aku tidak mengerti."

 

"Ayu anakmu dan Nayla 'kan? Apa kurangku, Mas! Kamu mengkhianatiku." Aku berusaha menyeka air mata. Rasanya tidak tahan memendam ini.

 

"Astaga! Aku tidak habis pikir kamu menuduhku selingkuh dengan istri adik sepupuku?"

 

"Kamu masih mengelak? Buktinya Ayu! Wajah Ayu sangat mirip kamu, Mas!"

 

"Ya ampun, El ..., Sebaiknya kamu sering-sering nonton tivi, lihat tu tukang bakso aja ada yang mirip Rafi Ahmad, lah ini? Jhoni sepupuku, jelas-jelas antara kami ada ikatan darah."

 

"Tapi ini sangat mirip, Mas."

 

"Iya, apa kamu tidak lihat tukang bakso yang mirip Rafi Ahmad? Lah itu gimana coba?"

 

Iya ya, kok aku tidak kepikiran begitu. Jhoni dan mas Denis masih sepupuan, kalau Ayu mirip suamiku ya wajar. Ya Allah, aku salah menuduh suamiku, lagian Nayla tidak mungkin selingkuh dengan mas Denis. Selama ini Nayla seperti adik kandungku.

 

"Apa kamu tidak pernah dengar kalau di dunia ini ada tujuh manusia yang mirip. Elya, sebaiknya kamu baca berita atau artikel tentang ini," sambung mas Denis.

 

"Jadi benaran Ayu bukan putrimu?" tanyaku bernada pelan. Rasanya tidak enak menuduh mas Denis.

 

"Ya bukan lah! Sudah lah, aku tidak mau bahas ini lagi."

 

Mas Denis mematikan televisi dan berlalu masuk ke kamar. Aku terdiam menyeka air mata. Rasa bersalah menyelimuti bathinku. Aku telah menuduh suamiku.

 

Aku masuk ke kamar. Mas Denis sudah memejamkan mata. Aku berbaring di sampingnya.

 

"Mas, maafkan aku," ucapku menatapnya.

 

Mas Denis membuka mata, aku tahu dia belum tidur karena baru masuk kamar.

 

"Aku sayang kamu dan Nana, jangan berpikir macam-macam, pernikahan kita hampir dua puluh tahun, masak kamu tidak mengenalku?"

 

"Maafkan aku, Mas." Hanya itu yang bisa kuucapkan. Penyesalan dan rasa bersalah, aku tidak malu minta maaf, apa lagi pada suamiku.

 

"Ya sudah," jawab mas Denis lalu memelukku. Malam ini kami mendekap malam dalam kehangatan cinta sepasang suami istri.

 

"Terima kasih ya Allah, ternyata keraguan hatiku terjawab sudah," bathinku bersyukur.

 

🥀🥀🥀

 

Karena hari ini suamiku membantu Jhoni lagi merenovasi ruko yang akan dijadikan toko mainan, aku yang menangani toko kain untuk sementara. Beberapa pembeli datang terutama dari pelanggan tetap. 

 

"Mbak Elya, kain batik motif terbaru apa aja?" 

 

Pak Ahmad langganan tetap kami datang. Dia juga punya usaha konveksi, tapi khusus baju batik.

 

"Ada Pak. Ini ada lima macam, yang lebih baru masih dipesan, kemungkinan tiga hari lagi baru sampai," jawabku memperlihatkan contoh lima macam motif kain batik disusun rapi di dekat dinding.

 

"Oh, kalau yang ini aku masih ada stok, aku ambil yang ini aja." Pak Ahmad menunjuk satu gulung kain batik di dekatku.

 

"Oke, sebentar, Pak," ucapku lalu menoleh ke Susi yang sedang menggunting kain untuk pembeli lainnya. "Susi! Tolong beri kain permintaan Pak Ahmad," titahku ke Susi.

 

"Ya, Bu, sebentar," jawab Susi.

 

Aku kembali ke mejaku. Duduk sambil memegang pensil, aku mencoba mendisain model gamis, beberapa model kupadukan. Biasanya kalau contoh dijahit beberapa potong saja untuk dipromosikan. 

 

"Bu El, aku mau ke ATM stor tunai, tadi Pak Denis minta uang penghasilan hari ini langsung masuk rekening," ucap Susi berdiri di depan mejaku.

 

"Sudah dihitung uang dalam laci?"

 

"Belum Bu, sebaiknya Ibu aja, biar lebih jelas."

 

Aku meninggalkan sebentar pekerjaanku menuju laci meja di ruko sebelah. Biasanya suamiku yang ke ATM, tapi sekarang Susi karena dia sibuk membantu Jhoni.

 

Aku membuka laci dan mengeluarkan semua uang di dalamnya, lalu menghitungnya.

 

"Semuanya empat juta tujuh ratus. Tapi kartu ATM tidak ada, Sus," ucapku sambil melihat isi laci memeriksa.

 

"Stor ke bank aja, Bu. Aku minta nomor rekening Bapak."

 

"Oke, aku tulis dulu."

 

Aku menulis nomor rekening mas Denis pada selembar kertas. Nomor rekening ini sudah tersimpan di ponselku. Setelah itu kertas tersebut kuberikan ke Susi agar segera menyetor tunai seperti permintaan mas Denis.

 

Saat aku merapikan isi laci karena terlihat sangat berantakan. Beberapa kwitansi dan nota pembelian tidak tersusun dan bercampur aduk bersama uang kertas tadinya. Kukeluarkan semua isi laci, aku susun kwitansi dan nota tersebut menggunakan penjepit kertas, tapi ada selembar kertas kecil yang menjadi pusat perhatianku. Kertas itu terletak di sudut paling dalam laci, dan dibawah buku kwitansi pasar saat aku mengeluarkannya. Dari kertas itu aku tahu itu kertas print ATM, kubaca, ternyata ada nama Nayla Kumala Sari yang menerima uang transfer-an dari nomor rekening suamiku.

 

"Lima juta rupiah?" gumamku melihat nominal angka yang tertera. Dari tanggalnya masih sekitar tiga hari yang lewat.

 

Bersambung ....

 

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status