Share

Alter Ego (Bab 2)

Kriiinkk ... 

Suara bel tanda masuk sekolah sudah terdengar, namun Kania tetap diam dalam duduknya di belakang gedung sekolah. Matanya terpejam, dahinya berkerut dan hatinya bergejolak. 

"Sakit," gumamnya.

Masih terasa perih di pipinya ketika sebuah tangan mendarat telak di pipi kania. Sebuah tamparan keras yang dilayangkan Fero, bapaknya, tadi pagi sebelum pergi sekolah.

Fero yang baru bangun tidur meminta Kania membuatkannya kopi. Karena terburu buru, Kania lupa, apakah telah memasukan gula atau belum, ke dalam kopi yang biasa di minum bapaknya. 

"Dasar anak gak berguna! Bikin kopi saja sampe kemanisan gini. Dasar anak bodoh!" ujar Fero sambil melayangkan tamparan keras ke wajah Kania, setelah itu mendorong tubuh tinggi ramping itu hingga terjerembab ke belakang.

"Astaghfirullah, Pak. Benar-benar udah gila kamu itu," sahut Ranti yang langsung menyongsong tubuh Kania bersama Tiana.

Kania membuka matanya. Dia masih berada di halaman belakang sekolah. Matanya melotot menatap ny∆-l∆ng, bergulir ke kiri dan ke kanan dengan senyum sinis diselingi tawa yang tertahan. ALTER EGO-nya kembali mendominasi. 

"B√n√h ... B√n√h ... Sing-kir-k∆n ... Le-ny∆p-kan ... Hahaha ...,"  

Seolah ada yang bicara di kepala Kania. Kata-kata sadis seperti itu kerap terngiang di kepala Kania ketika setengah kesadarannya hilang karena digantikan oleh kepribadiannya yang lain.

Kekerasan fisik dan verbal yang diterimanya sejak kecil, telah memunculkan ALTER EGO dalam dirinya. Sayangnya alter ego dalam diri Kania, seorang pendendam dan sadis.

ALTER EGO ini merupakan diri kedua yang dipercaya berbeda daripada orang kebanyakan atau kepribadian yang sebenarnya. 

Istilah ini dipakai pada awal abad kesembilan belas ketika gangguan pemecahan kepribadian pertama kali dijelaskan oleh psikolog.

Seseorang yang memiliki Alter ego dikatakan menjalani kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID). Kondisi ini sering dianggap sebagai fenomena gaib. Padahal, kondisi ini dapat dijelaskan secara ilmiah 

Umumnya, orang yang memiliki kepribadian ganda akan dikuasai oleh alter ego-nya ketika berada dalam tekanan.

Saat tubuh telah ‘diambil alih’, kepribadian aslinya akan tertidur tanpa mengingat kejadian seperti apa yang sedang berlangsung. Penderita seolah memiliki riwayat dan identitas diri yg bertolak belakang dengan identitas aslinya. 

Sementara itu di ruang kelas, para siswa saling melemparkan pertanyaan, demi sebuah jawaban sambil berbisik.

Saat ini ujian nasional hendak di mulai.

Guru pengawas yang berada di kelas melihat ke arah satu meja yang kosong. Meja yang seharusnya diisi oleh Kania. Guru pengawas bertanya pada para siswa perihal siswa yang seharusnya mengisi meja bagian tengah kosong itu. 

"Siapa yang tidak hadir dalam Ujian nasional hari ini?" ucap Bu Ayumi sang guru pengawas. 

"Itukan mejanya Kania, Bu. Tadi pagi jelas-jelas saya lihat kok kalau Dia datang," ucap Jovan yang kebetulan duduk tepat di depan meja yang seharusnya diisi oleh Kania. 

"Lalu kemana dia? Apa dia tidak mendengar suara bel tanda masuk? Atau dia mau mangkir dari ujian nasional haru ini?" tanya Bu Ayumi. 

"Bu, saya izin sebentar cari Kania. Saya yakin Kania masih di lingkungan sekolah ini. Kania gak mungkin mangkir dari ujian hari ini. Saya takut ada sesuatu hal yang buruk terjadi sama dia," ucap Kamila, tekan dekat Kania, memberanikan diri. 

"Baik. Saya beri kamu waktu sepuluh menit untuk mencari Kania. Bila dalam waktu sepuluh menit kamu tidak juga menemukan Kania, kamu langsung kembali ke kelas ya," ucap Bu Ayumi. 

"Baik, Bu!" jawab Kamila sambil melangkah kaki keluar ruangan kelas. 

'Kania, aku harap kamu ada di taman belakang gedung sekolah. Tempat biasa dulu kamu dan Kak Reza sering bertemu,' batin Kamila. 

Kamila yang merupakan teman dekat Kania, tampak berlari cepat menuju halaman belakang.

"Benarkan dugaanku kalau kamu ada di sini, Kania," gumam Kamila sambil tersenyum. 

Dia mengenali punggung Kania yang sedang duduk membelakangi Kamila. Kamila pun berjalan mendekati Kania.

"Kania!" pekik Kamila cukup kencang. "Cepat masuk ke kelas. Ujian udah dimulai."

Kamila tak tahu kondisi Kania saat ini. Tanpa dia sadari, saat ini mata Kania sedang me-lo-tot, menatap ny∆-l∆ng ke depan, ke kanan dan ke kiri sambil bergumam tidak jelas.

"Hei! Kamu dengar gak sih aku panggil?!" Kamila menepuk pelan bahu Kania.

Kania tersentak. Tatapan matanya yang awalnya ny∆-l∆ng, perlahan berubah sendu. Keterkejutan yang ditimbulkan dari suara Kamila yang memanggil namanya sambil menepuk bahunya meski pelan, membuat kesadarannya turun naik. 

Tepukan lembut itu seolah jadi titik balik kondisi Kania untuk meraih kesadarannya kembali. Namun bukan kesadaran yang di raih Kania, melainkan ... 

Bruk!

Kania malah tergeletak tak sadarkan diri. Kamila yang berdiri tepat di belakang Kania Seketika merasa terkejut. Dia langsung berteriak memanggil bantuan.

Pak Usman, seorang security, tampak berlari mendekat ke arah suara. Laki-laki paruh baya bertubuh cukup kekar itu langsung menggendong Kania menuju ruang UKS.

"Kok bisa pingsan sih kamu, Kan?" tanya Kamila setibanya di rumah UKS, dan Kania sudah membuka kedua matanya.

"Aku gak tahu," jawab Kania.

Seorang dokter sekolah tampak mendekat. "Kamu siswa kelas 3 yang lagi ujian kan?"

"Iya, dok."

"Kalau gitu, kembali lah ke kelas. Biarkan saya yang menangani temanmu ini."

"Baik, dok."

Kamila segera kembali ke kelas untuk mengabari guru yang berada di kelas tentang kondisi Kania yang tiba-tiba pingsan.

Kamila tiba di kelas. Dengan suara pelan dia menceritakan semua hal yang terjadi. Tapi semua siswa di dalam kelas bisa mendengar, termasuk Jovan, siswa yang sudah beberapa bulan ini mengincar Kania untuk jadi kekasihnya.

"Apa?!" Jovan langsung berdiri. "Bu, saya izin keluar dulu.

Tanpa menunggu jawaban dari Bu Ayumi, Jovan berlari keluar.

"Hei, kamu mau kemana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status