Share

23.14
23.14
Penulis: _Gaguna

01

HAPPY READING!!!!

"Berani Lo rusak, satu jari Lo gue ambil."  

*

BRUMMM....

BRUMMM....

BRUMMM....

Terdengar suara deru motor dengan knalpot bising saling sahut menyahut. Menggeber gas motornya sampai membuat malam yang seharusnya tenang menjadi ramai.

Semua orang yang berada disana melangkah cepat kepinggir jalan untuk menyaksikan dua motor yang sudah berada didepan garis start. Mereka saling sorak-menyoraki dan mendukung  jagoannya masing-masing.

Dua motor berbeda warna itu dengan masing-masing pengendaranya mulai menyalakan mesin motornya yang membuat penonton di kanan dan kiri semakin bersemangat melihatnya.

"Lo liat aja, FA! malam ini, gue yang bakal menang." Kata si pengendara motor berwarna kuning cerah menengok kesebelahnya dan Tersenyum Sinis dibalik helm full face-nya.

Orang yang dipanggil FA itu menengok dan hanya menatap datar orang disebelahnya, namun sedetik kemudian ia tersenyum dengan menyipitkan sedikit matanya. "Ya." Sahutnya lalu kembali menghadap depan. "Dalam mimpi Lo." Batinnya

"Cih, bangsat!" 

FA  menengok ke sebelahnya dan kembali berkata, "Takut? Pulang sana!" Sindirnya.

"Gue takut?" Sahut si pengendara motor kuning lalu tertawa sinis. "Gue IL! Gue gak takut apapun atau siapapun itu. Camkan itu, bangsat!" 

Seorang perempuan datang dari arah belakang  dan berdiri dihadapan mereka dengan membawa sebuah bendera ditangannya. 

"Kalian siap?"

BRUMMM....

BRUMMM....

BRUMMM....

Mereka menyahutinya dengan terus menggeber gas motornya. 

" YOK FA SEMANGAT!"

"FA!"

" MENANGIN LAGI GAN!"

Bendera langsung diangkatnya ke atas, menandakan agar kedua pembalap itu bersiap-siap.

"Satu....."

"Dua......"

"Ti—"

"Woy!" Panggil seseorang dari pinggir jalan didepan mereka, tepatnya disebelah tempat berdirinya para penonton.

Semua orang disana menengok ke sumber suara saat merasa tak aing dengan suaranya. Mereka semua yang ada disana seketika terkejut saat melihat orang yang berdiri disana.

Seorang perempuan berhijab, dengan tinggi sekitar 158 cm sedang berdiri disana dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket yang dipakainya dan menatap datar semua orang yang berada disana.

"Dia kan...."

"WOY! SUTTT!"

"Oh, Anak Biaksara?" Gumam perempuan berhijab itu.

Seorang laki-laki dengan mengunakan jaket Boomber coklat mendekat ke perempuan itu dan mencoba memasang ekspresi wajah santai, walaupun sebenarnya ia sedikit takut.

"Eh! Neng Ana, mau kemana? Ini udah malem loh, bahaya cewek malem-malem ada diluar. Nanti—"

Perempuan bernama Ana menengok dan menatap sinis orang didepannya. "Kalo mau balapan jangan disini. Ini daerah rumah gue. Jangan ganggu!" Kata Ana.

Bian menepuk jidatnya pelan. "Ah iya! Gue lupa, Na!" Cengirnya.

"Lo, ajak temen-temen Lo pergi dari sini." Suruh Ana.

"Tapi nang—"

Ana menghela nafasnya lalu mengeluarkan satu tangannya yang berada disaku jaketnya. Semua orang disana melangkah mundur, termasuk Bian. Saat melihat Ana mengeluarkan satu tangannya.

"Pergi gue bilang." Kata Ana dengan Nada memperingati.

"O-oke." Bian mundur dan menaiki motornya. "GUYS! CABUT!" Serunya dan langsung pergi dari sana disusul dengan yang lainnya. Beberapa penonton disana juga mulai membubarkan diri.

"Ck, aneh." Gumam Ana lalu kembali memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya. "Huh ... Dingin!" Lanjutnya lalu melangkah pergi dari sana.

Disanq tinggal satu motor yang masih terparkir. Sedangkan, motor-motor yang lainnya sudah p3rgi entah kemana. Sang pengendara itu—FA. Masih duduk di atas motornya tanpa berniat pergi dari sana seperti yang lainnya. Ia menatap punggung Ana yang melangkah pergi semakin jauh sampai tak terlihat lagi dari pandangan matanya.

"Siapa dia?" Batinnya.

Ana melangkahkan kakinya pelan, ia bersenandung kecil dan hanya menatap datar ke jalan yang tampak sepi.

"Kenapa mereka kayak pada takut pas ngeliat muka gue ya? Apa muka gue seserem itu?" Gumamnya lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya.

23.50 WIB

"Mampus gue!" Mata ana melotot seketika saat melihat jam di ponselnya. Ia segera menyimpan ponselnya dan berlari cepat kerumahnya. 

Sekedar informasi....

SMA Biaksara, sekolah Ana saat ini. Ia baru saja memasuki semester 1 dikelas 11. Jika bertanya kenapa semua anak Biaksara yang berkumpul di sana langsung melangkah mundur saat melihat Ana. Jawabannya hanya Satu.

Mereka merasa ngeri saat melihatnya. karena, pada saat Ana kelas 10 semester genap. Ia sering menyendiri dan membuat teman-teman sekelasnya membully-nya dan dia hanya diam.

FLASHBACK ON

Ditahun pertamanya memasuki SMA, Ana hanya menghabiskan waktunya untuk menyendiri di sekolah, tanpa berniat mencari teman satu pun. Dan itulah yang membuatnya sering di bully dengan teman sekelasnya maupun dengan kakak kelas disekolahnya.

Bukan karena ia jelek, kumel atau apapun. Hanya saja, karena ia lumayan cantik, walaupun pendek ia bisa membuat hampir semua siswa yang ada disekolah merasa Iri dengannya dan berakhir dengan membully-nya.

"Woy babu!"

"Woy kacung!"

"Woy cantik!—eh.."

Suatu ketika, saat Ana sedang duduk didepan kelasnya sembari membaca buku ditangannya. Ia melirik sedikit saat merasakan ada orang yang datang kearahnya. Ya, orang-orang itu teman-teman sekelas dan juga beberapa kakak kelasnya. Mereka Berdiri dihadapannya seraya bersedekap dada dan menatap Ana didepannya.

"Woy babu! Gue Laper. Beliin gue makan!" Kata salah satu diantara orang-orang itu.

"..." Ana menghiraukannya dan membalik halaman berikutnya di novel yang sedang dibacanya.

"Sialan si babu! Ngacangin gue Lo, Hah?!" Tanya cewek itu emosi dan menarik dagu Ana kasar agar melihat kearahnya.

"Apa?" Tanya Ana santai.

"Wah.... Wah..."

"Mulai berani si babu!"

"Kasih pelajaran aja!"

"Asiikkk!"

"Ambil novelnya!" Titah cewek itu.

Ana hanya diam dan menatap datar cewek didepannya. Cewek itu melepas cengkraman di dagunya lalu mengambil novelnya dari temannya sembari tersenyum sinis kearahnya.

"Kayaknya Lo suka banget baca ya?" Tanyanya. "Kira-kira bakal gue apain yang ini buku?" Ana menatap tajam orang didepannya yang sedang membolak-balik novelnya yang baru saja ia beli. 

"Apa gue bakar aja ya?" Tangan Ana mengepal saat mendengarnya. Orang yang berbicara seperti itu, justru tersenyum sinis saat melihat ekspresi wajah Ana yang berubah.

"Berani Lo rusak, satu jari Lo gue ambil." Ana beranjak dari tempatnya.

Cewek itu menutup mulutnya dan tertawa meledek saat mendengar ana berbicara seperti itu. "Uuuu... Takuttttt..." Tawanya disusul dengan teman-temannya yang lain.

"Ja—" Mata Ana melotot saat melihat orang didepannya yang sudah memegang korek api gas dan mulai menyalahkan dengan mengarahkan kearah novelnya.

WHOOS...

Novelnya terbakar dan langsung dilemparnya ke kebawah lalu mereka semua tertawa meledek Ana.

Ana mencengkeram baju orang didepannya itu dan menyeretnya ke tengah lapangan. Dia melipat sedikit ujung seragamnya dan memakai handban ditangan kirinya. Tangannya menunjuk ke semua teman-teman cewek itu satu persatu.

"Kalian maju!" Katanya santai.

"Lo—"

KRAK!

Ana memukul tengkuknya Sampai orang itu pingsan, lalu menyeretnya ke tepi lapangan. "Lo biar jadi yang terakhir," Katanya sembari berjongkok dan Tersenyum miring.

"Maju!" Seru Ana yang membuat semuanya Langsung maju secara bersamaan.

Tak sampai 10 Menit, Semua orang disana Langsung pada tepar saat melawan Ana yang hanya sendirian. Semuanya, ya... Semua, cowok maupun cewek dihajarnya sembari melampiaskan rasa marahnya.

Segerombol cowok yang baru saja datang dari arah kantin terkejut saat melihat orang-orang yang pada merintih kesakitan dan tertidur dilapangan.

"Weh.... Ada apa ini???"

"B-bian bantu hajar dia!" Kata salah satu dari mereka yang masih sadar, menunjuk kearah Ana.

"Lah, ngapain gue harus ngehajar dia njir? Dia cewek woy!" Sahut Bian. "Lah kalian pada kenapa dah?!" Tanyanya.

"Dihajar dia pastinya lah goblog!!" Sahut Arka— salah satu teman Bian.

"WAGELASEH!"

Tanpa aba-aba mereka maju dan berniat membalas Ana yang hanya diam dan melirik singkat kearah mereka.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

KRAK!

KREK!

Ana membersihkan tangannya setelah semua orang itu tepar ditempat. Termasuk Bian dkk. Ia meninggalkan sebuah kertas dengan tulisan berukuran besar di tengah lapangan. Lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas.

Ia  mengalahkan semua orang  yang suka mengganggu ketenangannya, tidak perduli mau Pitu cowok ataupun cewek. Singkatnya, dia mengalahkan semuanya yang kebanyakan laki-laki disana kalah dengannya. Dan itu yang membuat dia takut, atau disegani? Disekolahnya

'Pastiin buat ganti novel gue!'

Tulisnya dikertas yang berada diletakkannya ditengah lapangan.

Besoknya ia dipanggil BK disaat berita tentang dirinya yang menghajar 1/4 orang disekolahnya dipasang di masding dan membuat geger guru-guru dan juga orang tuanya.

FLASHBACK OFF

*

Kira-kira begitulah....

Btw, ceritanya muter-muter gak sih?

—TO BE CONTINUE—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status