All Chapters of ISTRI WARISAN SANG BILLIONAIRE : Chapter 81 - Chapter 90
104 Chapters
BAB 81.
"Maaf." Kemal kembali menunduk. Sebagai pria, harga dirinya musnah karena tidak dapat memegang ucapannya sendiri.Mehru mengulas senyum tipis. Tanpa orang lain menjelaskan pun, tawaran Kemal saat mengajaknya menikah ... itu hanya sekadar untuk membuatnya aman. Lelaki di hadapan tak betul-betul menaruh suka padanya. Dirinya memang terlalu datar membangun interaksi dengan lawan jenis. Menciptakan kekakuan yang membuat para pria sungkan mendekat. Lagipula, mana mungkin pria setenang Kemal memilih gadis faqr sepertinya. Ditambah lagi, jika ingin menikahi Mehru, maka harus menerima satu paket dengan adik-adiknya."Nggak usah dipikirin, A. Pasti ada solusi lain," kata Mehru pelan sembari menikmati wajah tampan yang masih menunduk.Deg!Deg!'Ya Robb, hambamu ini sungguh tahu diri. Jangan uji aku dengan rasa cinta yang tak bisa kurengkuh.'"Tapi, Ru--"Mehru mengangkat tangannya ke udara. Dia meminta Kemal berhenti membicarakan tentang niatannya itu. "Jangan merasa bersalah, nanti aku su
Read more
BAB 82.
Kemal menghela napas. Dia keberatan tapi karena ingin lekas tuntas, maka Kemal pun menyetujui usulan tersebut."Afwan, ana izin bawa seseorang nanti, Yai. Sekalian sumbang saran untuk bertemu di resto saja supaya lebih santai," kata Kemal sambil melirik ke arah Ahmad agar membantunya.Ekspresi wajah Damar menyiratkan keberatan. Tapi Ahmad menjelaskan tujuan Kemal tersebut supaya terkesan lebih seperti pertemuan keluarga.Jika diluar area Tazkiya, setidaknya beban Kemal sedikit berkurang. Dia menghindari hasad dari sesama muthowif Tazkiya, karena kedekatannya dengan keluarga Ahmad.Akhirnya Damar setuju dan menyebut salah satu resto langganannya. Setelah kepergian beliau, Kemal menyampaikan permintaan khusus pada sang guru agar tak membahas latar belakangnya."Fahim. Masih istikharah?" tanya Ahmad kemudian.Kemal mengangguk. "Masih, Yai. Belum ada hilal," ucapnya sembari tersenyum. Ahmad menanggapi dengan kekehan, dia lalu meminta Kemal membawa pulang dua map tersebut. "Satunya ini
Read more
BAB 83.
"Tapi ...." Suara Kemal terdengar lagi.Zahra pun kembali mendongakkan kepalanya. "Tapi ... apa?" tanyanya lembut."Jika dalam situasi genting yang sampai mengancam nyawa. Akan ana pastikan ukhti aman lebih dahulu ... misal dengan meminta bantuan keluarga dekat. Setelah itu, ana lanjut mengurus salah satu dari keduanya," tegas Kemal seraya melihat Damar dan Zahra bergantian.Damar terlihat kurang suka, dia melontarkan protes. "Masa beg--" Namun, Kemal buru-buru mengangkat tangannya dan menyilangkan ke dada sebagai isyarat permohonan maaf. "Setelah Gauri atau Arsha aman, ana akan kembali ke sisi putri Yai.""Afwan, Yai. Salihah dan Saleh ana memiliki riwayat medis spesial. Mungkin, jika Arsha masih bisa ditolerir tapi bila Gauri ...." Kemal menggeleng pelan.Zahra kembali bertanya, "Ada apa dengan Gauri? Dia terlihat sehat," ujarnya sembari menatap lekat gadis cilik yang menggelayuti Kemal.Kali ini kemal menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Dia enggan membuka kondisi kese
Read more
BAB 84.
Setelah baterai ponselnya terisi penuh, Kemal menghubungi Kamala. Dia menyampaikan hasil pertemuan dengan Zahra tadi."Oyi sudah cerita tadi ke mama, Dek. Pesan mama masih sama seperti kemarin," ujar Kamala. "Sekali lagi kok, Ma. Ini cuma buat menuhi rasa hormat saja ke Yai Ahmad. Setelah itu aku mau jalan-jalan," balas Kemal dengan suara menahan kantuk."Ya sudah sana pergi. Selesaikan urusan Adek sebelum ngurusin orang lain. oke," pungkas sang mama, menutup panggilan.Kemal meletakkan gawainya di nakas lalu menarik selimut. Pandangannya sekilas melihat ke sudut lemari. Ranselnya sudah siap, bahkan dia membawa paspor. Sekadar berjaga-jaga bila harus terbang ke suatu negara saat itu juga.Setelah bertemu dengan Tyas, dia akan langsung pergi. Perjalanannya bakal dimulai dari Bandung. Sebuah notifikasi pesan khusus berbunyi. Kemal meraih lagi ponselnya dari atas nakas. Dia pun menggulir tombol dan membuka aplikasi hijau. Mata yang sudah lelah itu terpaksa kembali melebar karena memba
Read more
BAB 85.
Kemal menyambangi lagi tempat-tempat ketika dia remaja di Bandung. Termasuk sowan ke mantan bos bensin eceran di kawasan Pasir Koja, Pasar induk Caringin juga sekitarnya.Beberapa masih mengenalnya, tak jarang banyak yang lupa. Kemal kini duduk sejenak di bangku tempat mangkalnya dulu. Melihat lalu lalang kendaraan di ruas jalan tersibuk saban harinya.Setelah puas berpuluh menit melepaskan kenangan di sana, dia melanjutkan perjalanan menuju Lembang dan Cimahi menggunakan elf sebelum terbang ke Surabaya.Ternyata di Cimahi, Kemal tertahan cukup lama. Dia mendalami lagi cara penyulingan dari beberapa jenis bunga yang bisa dijadikan based parfum. Tanpa terasa, dua bulan berlalu. Putra Khadijah semakin larut dalam mewujudkan cita-citanya. Sementara di Jakarta. Kamala sangat sibuk semenjak kepergian Kemal. Bagusnya, dia sedikit lupa dengan kesedihan karena kehilangan Kayshan. Walaupun tak dipungkiri, dirinya juga merindukan Kemal.Begitupun Gauri, gadis itu memilih masuk asrama karena
Read more
BAB 86.
"Sebenarnya ...," lirih Dewiq mencondongkan badannya ke arah mereka. Hana malah ikut-ikutan mendekat sampai menarik ranjang ayun dimana Farshad tidur. Ahmad pun tak kalah penasaran, dia sempat menempeli tubuh istrinya itu. "Rahasia!" kekeh Dewiq sembari bangun meninggalkan keduanya yang berwajah masam. "Ish! Jangan-jangan keusilan si Parhon nurun dari ibu," gerutu Hana melirik ke arah Ahmad yang kembali asik menonton televisi. "He em," jawab Ahmad singkat, ikut sebal dengan ulah istrinya. Lelaki itu lalu bertanya tentang rencana Farhana setelah acara besar di Tazkiya nanti. Hana mengatakan bahwa dirinya bakal pindah. Mencari atau membangun rumah impian di wilayah beriklim sejuk. Jauh dari hingar bingar dan hidup sebagai orang biasa dengan Farshad di sana. Ahmad menyarankan agar Hana mencari lokasi yang dekat dengan saudara. Mega Mendung, Kuningan atau Majalengka bisa jadi pilihan. Sepupu dan bibi Farhana tinggal di daerah itu. Tujuannya supaya mudah meminta pertolonga
Read more
BAB 87.
"Serius, Bang?" Kemal mendesah napas panjang. "Iya. Hanya titip Arsha, bukan yang lain," jawabnya lugas."Terus, pasrah gitu aja?" "Yang kamu liat begitu?" Kemal membalik pertanyaan Farhan.Sang dokter mengangguk. "He em." "Logis." Putra Khadijah berkata sembari tersenyum, karena suaranya terdengar ringan. "Papa bilang, datanglah jika sudah pantas. Sedangkan kepantasan itu nggak bakalan ada selama cermin kita masih memantulkan bayangan yang sama ... dan matamu mengagumi itu, Han."Dahi Farhan mengernyit. "Maksudnya?" Kemal lagi-lagi tertawa. "Pikirin sendiri, aja." Farhan memutar otaknya tapi karena terlalu lelah seharian ini, dia tak menemukan benang merah dari ucapan Kemal. "Jadi?" "Nggak jadi-jadi ... ya begitu," pungkas Kemal."Aku bisa apa kalau itu sudah jadi keputusan abang," decak Farhan seraya membuang napas ke udara."Bisa doain hajat kami agar lancar ... atau bisa endorse honeymoon, contohnya," kekeh Kemal membuat dokter muda ini tertawa lebar."Siap ... betewe, progr
Read more
BAB 88.
Dari Bandara, Kemal langsung menuju Tazkiya. Kala baru turun dari taksi di halaman depan aula, dia berjumpa dengan Didi. "Yassalam, makin kinyis aja," kekeh sang senior ketika melihat Kemal kembali ke Tazkiya.Kemal menyodorkan jemarinya seraya tersenyum. "Maa sya Allah mabruk, Kang," sapa Kemal pada seniornya yang sudah lama tak saling jumpa. Dia membalas senyuman sambil menepuk lengan Kemal. "Alhamdulillah."Keduanya lantas menuju kediaman sang pimpinan pondokan karena ada hal yang harus dibahas.Saat mereka mengucap salam di teras, ternyata di sana telah berkumpul beberapa rekan kerja lainnya.Setelah umroh kloter awal selesai, acara penting akan digelar di Jeddah. Untuk itu, Ahmad mengalihkan beberapa tugas yang biasa mereka emban ke personil lain. Sebab selain menjadi muthowif, keduanya terbiasa berperan sebagai tur leader.Agar semua acara berjalan lancar di sana, Ahmad menggelar rapat. Banyaknya hal yang harus diperjelas membuat diskusi berlangsung hingga malam hari, karena t
Read more
BAB 89.
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." "Sah!" Tak jauh dari mereka, kegiatan serupa pun tengah berlangsung. Salawat dan doa dipanjatkan oleh para jama'ah. Mempelai pria masih menunduk ketika sosok panutan yang memberikan wejangan itu menyematkan banyak nasihat padanya. Tyas Aspasya pun tertunduk haru. Pemilik agency model Queen Aspasya itu sungguh tak menduga bila kekecewaannya terhadap perilaku sang suami di kehidupan pernikahan terdahulu, diganti dengan pria di hadapannya. ~Dirinya tergugah meminta bantuan Ahmad kala bertemu lagi dengan Dewiq di suatu acara. Dulu, Dewiq adalah dokter pribadi keluarganya selama beberapa tahun. Di Minggu pagi saat berjalan menuju kediaman Ahmad. Dia melihat seorang pria baru keluar dari sana. Tyas yang berniat meminta saran pada beliau, dibuat terpesona oleh penampilan sang muthowif itu. Tyas lantas menanyakan hal tersebut pada Ahmad dan menyampaikan niatannya. Sungguh dia tak mengira, bahwa hari itu adalah langkah a
Read more
BAB 90.
(Menduga sendiri huwaaa, padahal clue nya di bab 88-89 bejibun xixixi)Di narasi, Pengantin dipertemukan, tapi kenapa Ahmad ngajak Kemal ke Kamala? Di venue, kenapa Kemal malah ada didekat Farhan dan Ahmad, bukan dengan Tyas? Ingat doa Oyi? Abi dan Nana Bahagia. Muncul si Didi tiba-tiba dan Kemal bilang Mabruk, Kang. Dhuaarr!Kan mommy juga nggak pernah sebut jelas, nama mempelai wanita bahkan di ijabnya. Juga, nggak mungkin muncul tokoh kalau nggak ada fungsinya. Xixixi.Mari kita flashback!..Ulfa langsung mengejar taksi Farhana yang sudah jauh. Sementara di dalam kabin mobil yang membaur dengan padatnya jalanan, wanita ayu itu menunduk melihat wajah Arsha yang tertidur dalam dekapan.Air matanya menetes di pipi putranya ini. Dia akan berusaha menjauhkan Arsha perlahan dengan Kemal. Apapaun kondisinya nanti. Namun, hatinya masih gamang, bilamana batin sang anak merindukan sosok pertama yang bersentuhan dengan Arsha dulu.Bagaimana caranya meminta lelaki itu untuk datang sedangka
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status