All Chapters of Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar: Chapter 51 - Chapter 60
136 Chapters
Bab 51 : Kita Bercerai Saja!
Dua orang petugas keamanan langsung bergegas menghampiri Joana dan memegang tubuhnya."Lepaskan aku! Aku bilang lepas!" pekiknya sambil berusaha meronta. Namun dia kalah tenaga dengan dua pria itu. Tubuhnya terkunci dan tidak bisa melawan. "Ibu sudah membuat kekacauan di tempat ini! Kami akan bawa Ibu ke kantor polisi!" ucap salah satu petugas itu sengaja mengancam Joana. Mata Joana seketika terbelalak, entah kenapa dia sedikit takut mendengar kata polisi sekarang. Mungkin karena suaminya sedang mendekam di sana sekarang. "Lepaskan aku! Aku harus bertemu dengan wanita murahan itu! Dia sudah membuat suamiku di penjara! Sekarang dia juga membunuh anakku!" pekiknya sambil tetap meronta berusaha melepaskan diri. Beberapa karyawan yang melintas berbisik satu sama lain, bahkan menganggap kalau Joana sudah kehilangan akal sehatnya. Karena ini bukan pertama kali dia datang dengan membuat kegaduhan di perusahaan. Tentu saja
Read more
Bab 52 : Mengambil Keputusan Tepat
"A-apa kau bilang?!" mulut Joana melongo. Matanya seketika terbelalak lebar mendengar ucapan Daniel yang tidak disangka dan sangat tidak diharapkannya. "Apa kau tuli? Aku tidak perlu mengulang sampai dua kali!" jawab Daniel terlihat acuh dan tidak peduli. Joana sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Dia bahkan berhenti menangis karena shock. 'Yang benar saja?' hatinya tidak terima."A-apa maksudmu, Daniel?! Kau tidak bisa menceraikanku begitu saja!" pekiknya tidak terima. "Keputusanku sudah bulat!" jawabnya cepat dan menatap ke arah lain. Daniel tetap cuek dan tidak merasa bersalah sama sekali. Justru dia sangat senang saat ini. Karena anak mereka, salah satu penghalangnya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Itu semakin memudahkannya dalam menceraikan Joana, karena tidak ada lagi yang bisa dijadikan alasan untuk mereka berdua bersama. 'Setelah bercerai dengannya aku bisa mendekati Clara lagi!'
Read more
Bab 53 : Terima Saja Fakta Itu
Adrian pun dengan cepat menjawab sebelum Clara salah paham, "Tidak! Bukan itu maksudku! Aku memang akan secepatnya kembali, tapi aku ingin bicara dulu dengan Papa, supaya kamu tidak usah lagi bekerja. Jadi, Papa bisa mencari penggantimu atau asisten dengan segera. Itu yang akan aku bicarakan nanti," jelasnya rinci. Clara pun manggut-manggut paham. "Oh, begitu? Oke, aku mengerti. Nanti aku akan langsung memberitahu Papa soal ini. Kamu tenang saja!" ucapnya yakin. Adrian pun kembali berpikir sejenak. "Tidak usah, Clara! Biar aku saja yang mengatakan hal ini pada Papa!" ucap Adrian tiba-tiba. "Oh, begitu? Baiklah, terserah kamu saja, Adrian!" jawabnya tersenyum manis. Adrian lega karena Clara begitu penurut dan mengerti kegelisahan hatinya. "Apa kamu keberatan kalau aku memintamu untuk berhenti bekerja?" tanya Adrian memastikan sekali lagi agar tambah yakin. Clara pun tersenyum lebar, "Iya, Adrian. Kalau ka
Read more
Bab 54 : Kenapa Buru-buru Sekali, Clara?
Mata Ronald sampai melotot tajam karena tidak percaya dengan apa yang baru saja telinganya dengar. Lalu terdengar suara tawa yang menggelegar dari mulut papanya. "Hahaha!!!"Bryan sampai memukul lengan sofa karena berhasil membuat anaknya itu shock. Ronald semakin bingung dengan sikap papanya yang seperti itu.Dia pikir Bryan sekarang malah mendukung pamannya, bukan dia yang notabene adalah anaknya. "Kenapa Papa malah tertawa?!" Reno bertanya dengan raut wajah kesal. Bryan pun menyesap kopinya lalu menjawab dengan kekehan geli. "Papa bukan bermaksud meremehkanmu atau mendukung mereka. Tapi, maksud papa adalah, biarkan Baron merasa senang saat ini. Sementara ini kita biarkan mereka bahagia dengan kemenangan proyek baru itu," ungkapnya dengan senyuman licik, dia seperti tahu apa yang ada di dalam pikiran putranya itu. Ronald pun akhirnya paham apa yang dimaksudkan
Read more
Bab 55 : Jatah Yang Tertunda
Adrian pun melepaskan cekalan tangannya dan membalik tubuh Clara menghadapnya. Clara jadi salah tingkah dengan posisi mereka saat ini, apalagi Adrian membisikkan sesuatu yang malah membuatnya semakin malu dan menundukkan kepala, tidak berani menatap balik Adrian. "Kenapa diam saja?" kali ini Adrian kembali bertanya karena tidak mendapat respon apapun dari istrinya itu. Clara pun tersadar dan mendongakkan kepalanya. "I-iya! Tadi kamu bilang apa, Adrian?" ujarnya tergagap. Adrian pun tersenyum dan memegang pipi sebelah kiri Clara dengan tangan kanannya. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin kamu menemaniku, kita mengobrol di sini. Jadi bisakah nanti saja kamu pergi?" pinta Adrian dengan tatapan memohon. Clara pun ikut tersenyum dan secara reflek memeluk Adrian dengan melingkarkan lengannya di leher suaminya. Netra keduanya kembali bertemu, seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka pun saling mend
Read more
Bab 56 : Mama Butuh Uang!
Clara pun mengangguk dengan menyembunyikan senyuman, malu. Adrian pun menuntun tubuh keduanya menuju peraduan. Mereka seperti punya dua kamar, karena setiap malam tidur di ranjang yang berbeda. Di Rumah kediaman Bryan…Ronald meletakkan ponselnya di atas meja. Dia tersenyum licik dengan tatapan yang misterius. "Menarik sekali! Aku harus segera memberitahu hal ini pada Papa!" gumamnya bersemangat. Setelah menerima telepon dari sepupunya yaitu Clara, Ronald langsung bergegas menuju ruang kerja.Dia yakin papanya pasti ada di sana. Setelah membuka pintu, ternyata benar. Bryan sedang duduk santai sambil menyesap segelas minuman mahal. "Pa! Aku punya kabar bagus!" ucapnya antusias saat sudah duduk di depan papanya. Alis sebelah kanan Bryan terangkat, dia pun melihat Ronald dengan tatapan penuh minat. "Soal apa?" dia bertanya sambil meletakkan gelas itu di atas meja. Ronal
Read more
Bab 57 : Segera Bersiap!
Salah satu teman Cindy pun melirik ke arahnya dan menegurnya. "Ada apa, Cindy? Kenapa kaget begitu?" celetuknya heran. Cindy pun gelagapan harus menjawab apa, sementara dia sendiri bingung kenapa uang yang masuk ke rekeningnya lebih banyak dari yang dibayangkannya. "Eh, anu! Ini aku baru saja mendapat transferan uang dari menantuku!" jawabnya cepat dengan cengiran. Teman-temannya pun mulai berbisik dan cukup terkejut mendengar itu. "Wah! Benarkah? Kamu bilang kalau menantumu itu pengangguran! Uang dari mana dia? Iya kan, Jeng?" ujar temannya yang berlipstik merah tebal menimpali. "Iya, nih! Kamu bohong, ya?!" Suasana pun mendadak riuh karena hal itu. Selama ini Cindy memang tidak pernah mau membahas soal Adrian di depan teman-temannya. Walaupun mereka bertanya, dia akan menjawab asal kalau menantunya hanya kerja serabutan atau karyawan biasa. Cindy juga kadang menolak membicarakan soal Adrian kalau mereka ber
Read more
Bab 58 : Keluarkan Aku Dari Sini!
"A-apa?!" pekik Cindy kaget dengan suara nyaringnya yang khas. Clara sampai menutup telinganya karena suara mamanya terlalu kencang. "Iya, Ma! Adrian memutuskan untuk pulang hari ini. Semuanya sudah diatur, jadi kami sudah bisa pergi sore ini!" jawab Adrian dengan yakin. Clara pun bangkit berdiri dan mengambil sepatu wedges miliknya dan tas tangan yang ada di meja rias. Cindy yang masih bingung berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia berdiri dari duduknya dan terlihat gelisah. "Ka-kalian harus memberitahu Papa dulu!" ucapnya panik. "Papa sudah menunggu di bawah, Ma!" jawab Adrian enteng. Cindy pun melongo. Dia tidak tahu kalau suaminya sudah pulang. Dia merasa kecolongan. 'Kenapa hanya aku yang terlihat bodoh di rumah ini?!' batinnya kesal. Mereka pun akhirnya turun ke bawah secara bersamaan. Di ruang tamu, Baron dan Jos
Read more
Bab 59 : Welcome Home, Clara!
Pupil mata Daniel pun membulat sempurna mendengar itu. "Hah? Bukankah masih beberapa bulan lagi, Pa? Itu kan lama, Pa!" Daniel langsung saja melayangkan protes.Mana tahan dia berlama-lama mendekam di penjara yang dingin.Apalagi dia tidak rela kalau menderita sendirian sementara Adrian bahagia bersama Clara. Memikirkan hal itu saja sudah membuatnya muak. ["Hanya itu satu-satunya cara, Daniel! Papa sedang tidak punya uang sekarang! Tabungan papa juga tidak akan cukup! Kamu pikir uang jaminan itu sedikit! Pikir pakai otakmu!" jelas papanya dengan nada tinggi, emosinya mulai naik karena anaknya hanya tahu soal uang tanpa memikirkan dari mana asalnya itu.]Daniel pun terdiam. Dia mau tidak mau harus mengikuti rencana papanya, yang penting bisa bebas dari sini. "Ya sudah kalau begitu, Pa. Daniel ikut saja bagaimana baiknya!" jawabnya dengan pasrah. ["Bagus! Tunggu saja nanti papa akan datang untuk membebaskanmu!" ucapnya
Read more
Bab 60 : Siapa Yang Datang?
Pria yang menerima telepon itu mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas. Lalu menghisap rokok cerutu yang tinggal separuh itu dalam-dalam dan menghembuskan ke udaranya. "Oke!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Setelah itu sambungan telepon pun terputus. Besok paginya…Clara mengerjapkan matanya perlahan dan sedikit menyipitkan mata saat melihat ruangan yang masih gelap, hanya ada penerangan lampu tidur di sisi kedua ranjang. Dia pun bangkit dari kasur dan duduk dengan rambut yang masih berantakan. Dia yang masih belum sadar sepenuhnya jadi bingung dengan hawa sekitar yang terasa berbeda. "Kenapa kamarku berubah? Ini juga bukan kamar Adrian?" gumamnya bingung sambil menguap. Tapi saat Clara menoleh ke samping dia melihat Adrian masih tertidur pulas. Itu artinya dia memang bersama Adrian, tapi tidak tahu ada dimana karena ruangannya lebih besar dari kamar mil
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status