Lahat ng Kabanata ng Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya: Kabanata 31 - Kabanata 40
543 Kabanata
Bab 31
Delis mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan melihat semua orang menatapnya tanpa berbicara. Dia merasa semakin gugup.Dia berdiri di sana dengan kaku, seketika merasa canggung dan tak tahu harus berbuat apa.Namun, detik berikutnya, seseorang tertawa, “Hahaha, jangan begitu serius, lihat istri muda Kelven bahkan sampai ketakutan, hingga berbicara terbata-bata.”“Iya, jangan sampai Kelven mengira kalau kita mengusili istri mudanya.”Tiba-tiba, kakek yang sudah berusia lanjut juga berkata, “Delis, tak perlu begitu kaku, silakan duduk saja.”Sebagai ibu mertua, Suminah langsung menganggukkan kepalanya pada Delis dan berkata, “Ayo ke sini Delis, duduk dengan ibu.”Delis menoleh dan dengan cepat membungkuk seraya berseru, “Ayah, ibu.”“Iya, silakan duduk. Nggak perlu begitu kaku dan takut. Karena sudah menikah dengan Kelven, ini juga rumahmu sendiri. Nggak mungkin pulang ke rumah sendiri malah merasa asing, ‘kan?”Suminah sudah berusia lima puluhan tahun, sepertinya dia merawat diri deng
Magbasa pa
Bab 32
Delis sibuk menghabiskan makanannya, tak berani mengangkat kepalanya.Tidak Delis sadari, Wiliam yang berada di seberangnya terus menatapnya.Hal ini membuat Kelven yang biasanya peka pun berhasil menangkapnya.Dengan tatapan tajam dan dingin, Kelven menatap Wiliam dan bertanya, “Aku belum pernah melihatnya sebelumnya? Tante Belinda, ini pacarmu?”Sejauh ini, hanya Tante Belinda yang belum menikah, sementara Tante Selina masih seorang bocah.Melihat wajah yang asing itu, Kelven mengira itu adalah pacar Tante Belinda.Tante Belinda langsung menjawab dengan marah, “Jangan sembarang bicara, dia masih seorang pelajar. Dia adalah adik dari bu Agustine, pamannya Selina.”Kelven melirik Wiliam sekali lagi, wajahnya yang tampan tetap tampak begitu serius tanpa berbicara.Selina mengangkat kepalanya sambil tersenyum. “Kelven, bagaimana? Apakah pamanku sangat tampan sepertimu?”Kelven mendengus dan tak menjawab.Wiliam mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Kelven. “Halo, namaku Wiliam.”
Magbasa pa
Bab 33
Sejenak kemudian, Harris meluapkan kemarahannya, menghentakkan peralatan makan di depannya dan dengan tegas berkata, “Kelven, katakan sekali lagi.”Meskipun sudah berusia tujuh puluh tahunan, Harris tetap masih mempertahankan otoritasnya, menunjukkan wibawanya yang tegas.Dengan tenang, Kelven menjawab, “Aku bilang, aku nggak mau punya anak.”“Dasar anak durhaka.”Harris sangat marah, mengambil peralatan makan dan melemparkannya ke arah Kelven.Kelven menghindarinya.Orang lain langsung berdiri untuk menenangkan Harris, sambil menarik Kelven dan menegurnya.“Kelven, hari ini adalah ulang tahun kakekmu, kenapa kamu malah membuatnya marah seperti ini?”“Kelven, kamu adalah anak laki-laki satu-satunya di Keluarga Rosli. Bagaimana mungkin kamu nggak mau punya anak??“Kelven, cepat minta maaf dengan kakek.”“Kelven, kamu tahu betapa pentingnya anakmu bagi Keluarga Rosli. Kalau kamu nggak mau punya anak, lalu bagaimana Keluarga Rosli akan meneruskan keturunan?”Kelven tidak menggubris perkat
Magbasa pa
Bab 34
Delis tak tahu bagaimana dirinya bisa mengendalikan emosinya, dia tetap mengikuti Kelven pulang ke rumah.Ketika sampai di rumah, Delis seperti boneka tanpa jiwa. Dia duduk di sofa ruang tamu dengan wajah pucat dan tak bergerak.Kelven pergi ke ruang kerja sebentar.Ketika kembali, dia membawa surat perjanjian perceraian yang telah dia siapkan sebelumnya.Kelven berjalan ke depan Delis dan menyerah surat itu padanya. “Lihatlah dulu, kalau ada yang nggak memuaskan, katakan saja, aku bisa menggantinya.”Delis perlahan mengangkat kepalanya. Ketika matanya tertuju pada dokumen yang diberikan pria itu, terlihat tulisan surat perjanjian perceraian yang menusuk hatinya dengan dalam.Kedua matanya memerah, air mata menyelimuti pangkal matanya.Delis merasa sesak, rasa sakit di dalam dadanya seperti meminum racun yang telah menghentikan detak jantungnya, membuatnya sesak napas.Delis memandang mata pria itu, suaranya terdengar serak, “Kelven, kamu sudah menyiapkan surat perceraian ini sejak lam
Magbasa pa
Bab 35
Jadi, kepergian hanyalah masalah waktu.“Kelven, aku tahu kamu ada di dalam. Cepat buka pintunya atau aku akan marah.”Di luar villa, suara gadis kecil terdengar jelas dan penuh kemarahan.Setelah tersadar kembali, Delis segera bangkit untuk membuka pintu.Delis tak menyangka Wiliam juga datang bersama Selina.Ketika membuka gerbang besi ukiran di halaman depan, melihat kedua orang itu, seketika Delis tidak tahu bagaimana cara menyambut mereka.Saat melihat Delis membuka pintu, Selina dengan marah bertanya, “Delis, di mana Kelven? Dia ada di rumah, ‘kan? Aku akan menghabisinya.”Usai bicara, Selina berlari masuk menuju pintu vila.Sementara itu, Wiliam masih berdiri di depan Delis. Wajah tampan dan berkelasnya kini tak lagi tersenyum seperti biasanya, tapi terlihat khawatir terhadap Delis.“Kamu … baik-baik saja?”Delis mengangguk dan menjawab, “Aku baik-baik saja. Kamu mau masuk atau pergi?”Delis ingin menutup pintu.“Aku hanya bertanggung jawab mengantar jemput Selina. Setelah dia
Magbasa pa
Bab 36
Karena tak saling kenal, Kelven juga tak lagi memedulikannya.Kelven bangkit dan merapikan pakaiannya, lalu berkata pada Delis, “Kamu jaga Selina, aku mau pergi ke kantor.”Delis mengangguk dan setelah melihat Kelven pergi, Delis baru menarik kembali pandangannya dengan sedih.Di telinganya, terdengar suara Selina, “Delis, kamu dan Kelven nggak saling mencintai?”Delis menoleh ke arah gadis kecil di sampingnya, tersenyum tipis dan menjawab, “Nggak, kami saling mencintai.”“Kalau saling mencintai, kenapa nggak menginginkan anak untuk memperkuat cinta itu?”Selina menggandeng tangan Delis dengen lembut, menariknya duduk di sofa, lalu dengan serius berkata, “Kakak dan kakak ipar menyuruhku datang untuk melihat situasi kalian berdua. Mereka juga menyuruhku untuk memberitahumu bahwa kamu harus mengubah pemikiran Kelven yang tak menginginkan anak.”“Mereka juga bilang bahwa martabat seorang ibu ditentukan dari anaknya. Kamu bisa mendapatkan pijakan yang kokoh di Keluarga Rosli, kalau kamu m
Magbasa pa
Bab 37
Kelven bersiap untuk membawanya makan keluar.Siapa sangka, ketika dirinya pulang, dia melihat Delis bersama Selina duduk di ruang makan dan sedang menikmati mi rebus.Mendengar ada suara di pintu, keduanya mengangkat kepala secara bersamaan.Ketika melihat Kelven pulang, mereka tidak memedulikannya dan terus makan dengan serius.Kelven berjalan mendekati mereka, berdiri di samping meja makan dengan ekspresi tidak suka saat melihat apa yang mereka makan. Dengan serius, dia bertanya, “Hanya ini yang kalian makan?”Selina mengangkat kepalanya dan mendengus, “Mi yang dimasak Delis enak sekali.”Kelven tak percaya.Dirinya bahkan tidak pernah tahu bahwa gadis kecil di sampingnya ini bisa memasak.Dia menarik kursi dan duduk, langsung mengambil mangkuk mi yang sedang dimakan Delis dan mulai makan tanpa ragu.Delis menatapnya dengan marah, “Apa yang kamu lakukan? Masak sendiri kalau mau makan.”Kelven meliriknya sekilas. “Aku sudah menyekolahkanmu, memberimu tempat tinggal yang nyaman sepert
Magbasa pa
Bab 38
Melihat Kelven marah, Delis semakin sedih.Delis melotot dan berteriak, “Menolak barangmu termasuk membuat keributan?”“Lalu kenapa kamu nggak mau barang pemberianku?”Delis menjawab dengan marah, “Aku mau menjauh dari barang-barang yang mengingatkanku pada kenangan buruk, nggak boleh?”Padahal Kelven tahu bahwa Delis sangat mencintainya dan tak bisa hidup tanpanya.Jika mereka benar-benar harus berpisah, bagaimana Delis bisa melupakan Kelven jika dirinya terus melihat barang-barang ini dan terus mengingat kenangan mereka?Jika dirinya bahkan tak bisa melupakannya, bagaimana dirinya bisa bangkit kembali?Kelven terdiam.Kata-kata Delis membuat Kelven paham perasaan Delis.Delis tak mau meninggalkannya, tetapi merasa sedih karena Kelven harus menikahi Herli.Semua salah Kelven.Kelven merentangkan tangannya dan langsung memeluk tubuh kecil Delis ke dalam pelukannya. “Maafkan aku.”Delis memberontak untuk melepaskan diri dari pelukan Kelven. “Lepaskan aku.”“Delis, aku sudah menjelaskan
Magbasa pa
Bab 39
Kelven berbalik dan membelakangi Delis, dia marah hingga gemetaran.“Kalau kamu tahu jelas posisimu, berdiamlah dengan baik. Aku sudah menyekolahkanmu selama bertahun-tahun. Kamu bisa pergi kalau sudah melunasi hutangmu.”Dengan marah, Kelven membanting pintu dan pergi.Suara yang keras itu memnbuat Delis gemetar.Delis berbaring di sana, air mata mengaburkan pandangannya. Tubuhnya melemas.Jadi, dirinya tak bisa pergi?…Kelven kembali ke ruang kerjanya, dengan marah membanting papan ketiknya. Kelven sangat marah pada wanita itu. Dirinya begitu baik padanya, tapi di dalam hatinya, dia hanya menganggap dirinya sebagai binatang buas yang hanya tahu memuaskan nafsu.Entah mengapa, Kelven merasa sangat sakit hati.Pada saat yang sama, di lantai bawah.Herli dan Bibi Siti kembali.Ketika mereka masuk ke dalam rumah, mereka melihat seorang gadis kecil duduk di sofa ruang tamu.Seorang gadis kecil yang berkulit putih bersih, cantik dan ceria seperti Delis.Mereka bertiga saling bertatapan.
Magbasa pa
Bab 40
Herli terkejut.Herli sama sekali tidak percaya bahwa Kelven akan begitu marah padanya.Apakah dalam hatinya, adik Delis lebih berarti daripada dirinya?Herli berdiri di sana, tak berniat pergi, sambil menangis dan menangis dia berkata, “Kelven, aku … ““Aku bilang pergi, kamu nggak mendengarnya?”Kelven kembali berteriak dengan marah.Dia bahkan tidak melirik Herli sekalipun.Herli terkejut.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Kelven begitu marah pada dirinya.Herli takut jika dirinya bertahan lebih lama akan semakin memancing kemarahan Kelven. Jadi, dia memilih pergi.Melihat anak kecil di pelukannya masih menangis, Kelven memerintahkan Bibi Siti, “Ambil beberapa potong es batu ke sini.”Bibi Siti bergegas mengambilnya.Dia memberikan es yang dibungkus kepada Kelven.Kelven mengompres wajah anak kecil itu dan bertanya pada Bibi Siti, “Herli sudah bisa melihat?”Bibi Siti berdiri di samping, dia mengangguk dan menjawab, “Iya Pak Kelven. Hari ini saat pemeriksaan, dia masih belum bi
Magbasa pa
PREV
123456
...
55
DMCA.com Protection Status