All Chapters of Daughter For Sale: Chapter 41 - Chapter 49
49 Chapters
Kata-Kata Yang Menyakitkan
Kenzo pulang ke villa dengan raut wajah yang kusut. Ya, tadi memang Shakilla meminta agar mereka pulang bersama meninggalkan pulau dewata, dan itulah yang membuat Kenzo bimbang. Bagaimana dengan Riani? Haruskah Kenzo pulang dengan Shakilla? Perhatian Kenzo teralihkan saat dirinya membuka pintu villa yang tidak di kunci. Hal pertama yang ia cari adalah kehadiran Riani."Ke mana dia?" Kenzo membuka ruangan satu persatu. Tapi nihil, Riani tidak ada di setiap ruangan. Hal itu membuat Kenzo semakin khawatir. Ke mana gadis itu? Kenzo mengusap wajahnya dengan kasar. Kenzo memeriksa lemari yang ada di kamar Riani, dan Kenzo bernafas lega saat baju Riani masih tersimpan dengan rapi di sana.Kenzo pun melangkahkan kakinya ke belakang villa. Kenzo seakan yakin jika Riani ada di sana. Rasa khawatir yang seakan mengganjal di hatinya akhirnya langsung sirna ketika melihat gadis berambut sepinggang itu tengah terduduk di ayunan yang ada di belakang villa. Kenzo dengan pasti berjalan ke arah Riani.
Read more
Satu Pesawat
Riani yang masih berselimutkan selimut putih memalingkan wajahnya saat Kenzo memakai kembali pakaiannya. Mereka baru saja bercinta, tentu saja dengan paksaan dari Kenzo. Saat mereka bercinta, Riani terus memberontak, tapi ia tidak kuasa melawan tenaga Kenzo yang berkali kali lipat lebih besar darinya. Tubuhnya terasa amat lelah dan sakit. Tidak hanya tubuhnya, tapi juga dengan hatinya."Ini tiket pesawat, uang tunai, dan juga ATM untukmu. Aku akan pulang dengan Shakilla. Kita bertemu kembali di apartemenku. Penerbanganmu satu jam lagi. Aku akan mengantarkanmu sekarang ke bandara. Bersiaplah!" Hati gadis itu amat sakit saat Kenzo benar-benar memperlakukannya layaknya jalang di luar sana. Riani tidak menjawab. Ia menggigit bibirnya agar tidak menangis kembali. Riani berdiri tanpa mengatakan apapun dan masuk ke dalam kamar mandi dengan selimut menjuntai yang menempel di tubuhnya. Sesampainya di kamar mandi, tubuh Riani merosot ke lantai. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Riani membeka
Read more
Mengetahui Jati Diri Riani
Rio terus mengganggu gadis di sebelahnya yang saat ini tengah asyik membaca novel yang belum kunjung usai."Ayo makan!" Ajak Rio ketika pramugari memberikan makanan padanya dan untuk Riani.Riani pun tidak menolak ajakan makan dari Rio karena perutnya saat ini juga sudah keroncongan. Riani pun menutup novelnya, kemudian ia fokus untuk memakan makanan miliknya. Rio memperhatikan Riani yang saat ini tengah menyingkirkan seledri dan juga bawang daun dari atas makanannya. Wajah gadis itu terlihat kebingungan."Ambilah! Makananku tidak ada seledri dan bawang daunnya," tawar Rio, membuat Riani terkejut."Tidak usah," Riani menggeleng. Gadis itu tidak tahu apa yang ditaburkan Rio saat dirinya asyik menyingkirkan kedua bumbu makanan yang membuatnya terganggu."Hey, aku tidak meracunimu," Rio tertawa. Menduga secara akurat apa yang Riani pikirkan.Riani pun menyipitkan matanya. Kemudian ia diam saat Rio tiba-tiba menukar nampan makanan mereka."Makanlah!" Rio tersenyum dengan lembut, membuat R
Read more
Kepulangan
Riani pulang ke apartemennya dengan menggunakan taksi online. Riani yang perfeksionis langsung membereskan apartemen Kenzo yang sedikit berantakan. Seolah tidak ada raut lelah di wajahnya. Gadis itu juga berinisiatif memasak untuk dirinya dan Kenzo. Ia yakin sepulang nanti Kenzo akan kelaparan. Berbalik dengan Riani, Kenzo yang saat ini tengah berada di dalam pesawat dengan Shakilla terlihat sangat resah. Sebelum Kenzo masuk ke dalam pesawat, ia memang menelfon Riani dan mengirimkan banyak pesan. Akan tetapi, gadis itu tidak membalas maupun mengangkat telfon darinya. Kenzo amat khawatir. Apa Riani sekarang sudah sampai di apartemen? Apa penerbangan gadis itu menyenangkan? Sedang apa dia sekarang? Kenzo pun tidak bisa memerintahkan orang-orangnya untuk memberi kabar tentang Riani karena ponselnya sedang berada dalam mode pesawat. Kenzo seolah ingin segera sampai di apartemen dan melihat sendiri Riani ada di sana dengan mata kepalanya."Kamu mikirin apa, Yang?" Shakilla yang tengah mem
Read more
Keberadaan Andi
Kenzo tengah mengemudikan mobilnya menuju apartemen. Pria itu menatap tajam jalanan yang sudah mulai lengang karena malam sudah semakin larut. Kenzo mencengkram kemudi mobilnya, menandakan ada hal yang membuatnya tidak senang. Pria itu kemudian menepi ke pinggir jalan yang ia rasa aman untuk mengangkat panggilan dari seseorang. Kenzo langsung menggeser ikon hijau ketika melihat orang suruhannya menelfon."Bagaimana? Apa sudah ketemu?" Kenzo bertanya dengan dingin."Belum, Tuan," orang di sebrang sana menyahut dengan takut."Lalu, kenapa kamu menelfonku? Dasar bodoh!" Sungut Kenzo dengan kesal."Sepertinya Pak Andi dibawa ke pemukiman yang tidak terjangkau oleh kita," orang kepercayaan Kenzo menjawab dengan takut."Lalu? Mengapa tidak kau jangkau tempat persembunyian ibu dan anak itu? Jangkau tempat di mana dia di sembunyikan!!" Kenzo menaikan suaranya beberapa oktaf."Baik, Tuan.""Dengar! Jika dia tidak ditemukan. Kau dan anak buahmu yang akan berada dalam masalah!" Ancam Kenzo denga
Read more
Membawa Pergi
Flashback....Tuti dan Gita datang ke rumah sakit tempat Andi di rawat. Mereka kecewa tatkala frontliner rumah sakit mengatakan jika Andi sudah pulang ke rumah. "Tolong apa anda tahu di mana suami saya berada? Kami adalah istri dan anaknya. Kami ingin bertemu dengan Pak Andi," Tuti menatap frontliner berjilbab biru muda itu dengan penuh harap."Mohon maaf, Ibu. Data pasien adalah rahasia rumah sakit. Kami tidak bisa memberi tahu di mana alamat pasien. Jika ibu dan adik adalah keluarganya, lantas mengapa kalian tidak tahu di mana yang bersangkutan tinggal?" Selidik Frontliner berwajah cantik itu."Nah itu masalahnya, ayahku dibawa oleh seseorang yang mengaku keluarganya. Padahal beliau sama sekali tidak memiliki keluarga lagi. Justru kami yang harus mempertanyakan kredibilitas rumah sakit ini, mengapa pasien bisa dibawa pulang oleh orang lain?" Gita yang sedari tadi berdiri di belakang Tuti maju beberapa langkah hingga kini ia berhadapan dengan frontliner itu."Semua yang mengambil pa
Read more
Perasaan Yang Nyata
Rio kini telah dalam tahap penjajakan dengan seorang gadis cantik dan kaya raya yang dikenalkan oleh ayahnya. Ayahnya berkata jika gadis itu adalah pewaris dari perusahaan yang ada di ibu kota. Saat ini Rio dan gadis yang bernama Naya itu tengah makan malam di sebuah restoran fancy."Kamu manis ya?" Naya tersenyum saat ia menilik wajah Rio yang tampak dingin malam ini. Entah mengapa pria itu sangat tidak antusias dengan perkenalan mereka. Hatinya seakan tertinggal di Bali.Rio pikir ia akan segera melupakan Riani. Rio mengira jika perasaannya hanya rasa suka palsu belaka. Setelah mengetahui Riani adalah seorang asisten rumah tangga, dirinya pikir akan melupakan Riani dengan cepat. Baginya tak level sekali sang pewaris perusahaan seperti dirinya berkencan dengan gadis yang hanya seorang asisten rumah tangga. Tapi Rio salah. Riani seolah terus menari-nari di kepalanya dan mengusik hatinya yang paling dalam. Rio terus mengingat Riani. Pria itu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Rio men
Read more
Andi Yang Malang
Andi meringkuk di atas kasur usang yang ada di kontrakan istri dan anaknya. Andi memang dibawa ke kontrakan Tuti. Akan tetapi, karena takut di cari oleh Kenzo, mereka pun berpindah kontrakan dan menyewa kontrakan yang memiliki dua kamar. Uang kontrakan baru itu didapatkan karena Gita mendaftar aplikasi pinjaman online. Andi berguling ke sana ke mari. Ia terus mendengar suara orang-orang memanggil namanya. Andi mengambil bantal dan menutupi telinganya dengan harapan suara-suara itu menghilany. Andi memang menderita skizofrenia. Ia sering mendengar suara-suara yang menurutnya seperti sebuah bisikan. Akan tetapi, suara-suara itu akan menghilang jika Andi rutin meminum obat. "Bangun kamu!" Tuti membuka pintu dengan kasar dan menatap suaminya dengan nyalang. Ia terlihat membawa semangkuk nasi dan juga obat yang harus Andi minum hari ini."Ri, Riani?" Andi berharap putri sulungnya yang datang."Engga ada si Riani. Nih makan!" Tuti menyimpan nasi yang hanya di lumuri kecap itu di atas kasu
Read more
Kesedihan Yang Mendalam
Riani mencoba menelfon nomor ayahnya, tapi nomornya tidak aktif. Hal itu membuat Riani resah. Apalagi dirinya belum sama sekali melihat ayahnya yang telah diberi rumah baru oleh Kenzo. Kenzo menatap Riani dengan cemas. Entah mengapa ia belum rela jika Riani harus pergi saat ini juga. Padahal sudah ada Shakilla di sisinya seperti yang Kenzo idam-idamkan beberapa tahun ini. "Kenzo, aku ingin bertemu Bapak," Riani langsung berdiri dari duduknya. Ia memegang tangan Kenzo dengan penuh harap pria itu dapat mengantarkannya pada Andi. "Aku sedang ada urusan di kantor. Dua hari lagi aku akan mengantarkanmu ke sana," Kenzo berjanji walau ia sendiri tidak tahu pasti kapan Andi akan ditemukan. "Dua hari lagi? Mengapa sangat lama?" Riani mencebikan bibirnya. "Aku harus bekerja agar bisa menggajimu," jawab Kenzo seraya berlalu dari hadapan Riani. "Tapi kamu janji ya bawa aku ke sana dua hari lagi?" Riani mengejar Kenzo yang berjalan ke arah dapur. "Iya. Aku janji," Kenzo mengambil gel
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status