All Chapters of The Horizon of Jiu: Chapter 51 - Chapter 60
65 Chapters
51. Tujuh Sekte
Ruangan berukuran 6 x 6 m² itu memiliki pencahayaan minim dari lampu minyak. Dinding berwarna putih gading dengan jendela besar yang ditutup tirai kecoklatan. Membuat ruangan semakin memberikan kesan tertutup, bersifat pribadi, dan tidak bisa sembarangan orang bisa masuk. Di tengah ruangan terdapat meja persegi panjang terbuat dari pohon oak dan sembilan kursi dengan sandaran tinggi. Tujuh dari sembilan kursi sudah terisi. Semua mata memandang ke arah kursi tanpa tuan yang sudah beberapa kali pertemuan tidak kunjung datang. Suasana pertemuan kali ini cukup tegang dengan adanya konflik serta terjadinya perpecahan. Sejak beberapa bulan belakangan ini semenjak berita kesalahan informasi mengenai gadis dalam ramalan.Kuil Hansan lebih dulu menarik diri dari pertemuan bulanan. Bahkan keluar dari Badan Penanggulangan Bencana yang didirikan dari beberapa generasi sebelumnya. Mereka menyatakan keberatan dengan ide gila para pemimpin sekte dan memutuskan mencari solusi sendiri. Hanya sekali m
Read more
52. Rapat Mulai Memanas
“Bagaimana kau tahu, kalau di kota Xiantao tidak mengalami bencana lagi?” Salah satu dari pemimpin sekte tiba-tiba bicara. Lelaki paruh baya dari sekte Gunung Kembar menatap ingin tahu pada Shi Kang.“Tidak seperti wilayah Lembah Suoxi yang terus-terusan mengalami gempa bumi dan tanah longsor. Letak masalah kota Xiantao adalah hasil alamnya. Naga laut Long Wang tidak membiarkan isi laut dikeruk manusia selain untuk waktu tertentu. Jika jawabanmu adalah akhir-akhir ini hasil tangkapan laut mereka meningkat, itu karena memang sedang waktunya.”Shi Kang mengangguk-angguk kepala. Ia membiarkan lelaki itu bicara sampai selesai sebelum menjawab. Matanya terlihat mengkilat, cukup membuat jantung Feng Ju mendadak mencelos. Berharap apa yang pemuda itu takutkan tidaklah terjadi. Sayang seribu sayang, kenyataan memang selalu berjalan tidak sesuai harapan. Organisasi rahasia bentukan Kuil Kuda Putih ternyata sudah menyebar sejak lama. Entah kapan pastinya, tetapi berkat itulah salah satu dari m
Read more
53. Mimpi Indah, Jiu
Kota Wuzhishan di malam hari cukup sepi, tidak seramai kota sebelumnya. Banyak toko yang tutup meski malam barulah tiba. Distrik-distrik kumuh juga lebih banyak tanpa ada niatan ditutup-tutupi. Udara di sini kering sehingga membuat angin malam semakin dingin menusuk tulang. Itulah kesan pertama begitu menjejakkan kaki di kota ini.Sebenarnya ada banyak penginapan di sini. Tetapi naga pengendali angin terlalu pilih-pilih. Ia menolak jika bangunannya terlalu tua. Tidak mau jika pengurus penginapannya adalah lelaki hidung belang—Shi Jiu sampai harus menyeret paksa ketika Shenlong mau mematahkan leher pemilik penginapan karena menggoda Shi Jiu. Pemuda itu juga menolak jika biaya penginapan dan uang makan terpisah. Shi Jiu hampir frustasi karena baru kali ini naga biru terlalu banyak mau. Sampai setelah beberapa kali bertanya pada warga sekitar, dan bolak-balik keluar penginapan. Akhirnya mereka tiba di tempat terakhir. Penginapan dengan bangunan baru dua lantai. Letaknya ada di bagian te
Read more
54. Pertandingan Seni Bela Diri Bag. 1
Setelah insiden kecil di malam hari, semua berjalan aman. Shenlong kembali ke kamarnya begitu Shi Jiu pulas tertidur. Kamar dua petiduran di mana Huanglong sudah nyenyak dengan posisi separuh badan di lantai dan kaki di atas. Naga biru sempat menatap sejenak sambil menatap heran. Melihat temannya ini masih belum juga menghilangkan kebiasaan jelek saat tidur. Shenlong segera naik ke atas kasur, menarik selimut setinggi dada dan memejamkan mata.Keesokan harinya, Long Wang adalah yang pertama bangun. Naga laut sudah bersiap mengetuk pintu kamar Shi Jiu. Tetapi daun pintu lebih dulu terbuka. Menampilkan sosok Jiu mengenakan hanfu berwarna hijau toska. Rambut panjangnya ia ikan setengah, lalu dicepol dengan hiasan rambut. Mata coklatnya tampak jernih serupa madu murni. Long Wang sesak napas sejenak, salang tingkah.“Selamat pagi, Jiu. Tidurmu semalam nyenyak?” sapa Long Wang sekedar basa-basi.“Sangat nyenyak sampai membuatku bangun kesiangan,” jawab Jiu seraya tersenyum malu dan kembali
Read more
55. Pertandingan Seni Bela Diri Bag. 2
Penjelasan singkat dari nenek penginapan semakin membuat Shi Jiu tertarik. Ia merasa akhirnya muncul kesempatan untuk melihat hasil latihannya. Tiga naga mengangguk-anggukan kepala mereka bahkan sebelum Jiu meminta izin. Terutama naga biru pengendali angin dan hujan. Bisa dibilang Shenlong sudah seperti mentor bagi Shi JIu. Mengingat sejak awal kedatangan gadis itu ke dunia ini. Shenlong sudah banyak membimbingnya hingga sampai Jiu berhasil menguasai beberapa teknik dari Shenlong dan Huanglong. Mereka berempat sepakat pergi ke alun-alun kota. Dari petunjuk brosur, lokasi tempat pendaftaran pertandingan diketahui. Terlebih menurut info dari pemilik selebaran yang Jiu dengar diam-diam. Hari ini adalah batas waktunya—sampai sore ini, itu artinya mereka harus secepatnya pergi ke sana. Alun-alun kota Wuzhishan terletak di tengah-tengah kota. Jika dilihat dari sudut pandang atas, maka tembok-tembok besar mengelilingi kota ini serupa lingkaran. Bagian atas merupakan wilayah para bangsawan,
Read more
56. Remaja Bernama Pan
Alun-alun kota di siang hari cukup ramai. Pedagang menjajakan dagangannya penuh semangat. Ada berbagai macam pernak-pernik khas kota, makanan pinggir jalan, dan musik jalanan. Manik coklat mengedar cepat, menikmati keramaian kota. Sesekali Shi Jiu berhenti di salah satu gerobak cemilan. Ia membeli dua tusuk sate ayam berbau rempah-rempah. Harga barang di sini bisa dibilang lebih murah beberapa yuan dari kota Xiantao. Mungkin akibat bencana musim kemarau, membuat perekonomian di kota ini lebih rendah.“Nona muda di sana!” seorang pedagang laki-laki memanggil Jiu. “Dari pakaianmu, sepertinya Nona adalah pengembara. Bagaimana, mau coba makanan ekstrim dari kota Wuzhishan?”Tertarik dengan tawaran pedagang makanan, Jiu menghampiri. Gerobak itu sepertinya menjual makanan sejenis gorengan. Bentuknya mirip ayam goreng khas Jepang, chicken karaage. Makanan yang bisa disajikan sebagai lauk maupun sekadar cemilan. Warnanya juga cantik, coklat keemasan. “Tidak ada yang aneh dari makanannya. Mem
Read more
57. Simpati dan Empati
“Ada apa, Jiu?” Shenlong sekali lagi bertanya, melihat gadis itu terdiam menatap udara kosong. Naga biru ikut menoleh sekitar, mencoba merasakan aura keberadaan asing namun nihil. Sekali lagi ia bertanya, “kau bersama siapa?”Kali ini Jiu menjawab pertanyaan Shenlong, “bersama seorang anak laki-laki. Tapi sudahlah, tidak penting. Dia hanya remaja aneh yang terlalu banyak energi.” segaris senyum ia berikan pada sang naga, menarik tangannya untuk segera melangkah pergi. Lagi pula sudah tidak ada urusan mereka di distrik perbelanjaan. Waktunya mencari dua temannya yang lain di area lain.“Kira-kira kemana perginya, Huanglong dan Long Wang? Akan memakan waktu lama mencari mereka di tempat baru seperti ini.” gerutuan Shi Jiu hanya ditanggapi senyum tipis oleh Shenlong. Sebenarnya tidak susah mencari keberadaan naga satu sama lain. Mereka memiliki tali penghubung kasatmata yang hanya mereka sendiri dapat merasakannya. Shenlong memejamkan mata, menajamkan panca indra. Sedetik kemudian samar
Read more
58. Hari Pertandingan
Dua hari berlalu tanpa ada insiden berarti sejak mereka tiba di kota. Sambil menunggu hari pertandingan akbar, tiga naga melatih Shi Jiu seperti biasa. Kemampuan gadis itu meningkat pesat lebih cepat dari manusia biasa. Hal ini sempat menjadi bahan pembicaraan antara tiga naga. Shenlong tidak ingin nantinya Shi Jiu mendapatkan perhatian tidak berguna dari para seniman bela diri. Menurut sang naga biru, belum waktunya dunia mengetahui kemampuan Jiu. Cukuplah sekali mereka mengguncang dunia dengan berita mengenai Shi Jiu adalah reinkarnasi dari Ying er. Berbeda dengan Shenlong, naga kuning Huanglong merasa sudah waktunya Jiu memperlihatkan kemampuannya pada dunia pelan-pelan. Ia mendukung keputusan gadis itu untuk mengikuti pertandingan seni bela diri. Selain menjajal kemampuan, kesempatan ini bisa menjadi pengalaman untuk Jiu. Long Wang juga memberikan suaranya meski dia terbilang baru mengenal Jiu. Naga lautan mendukung Huanglong sehingga membuat pemungutan suara menjadi dua lawan sa
Read more
59. Awal Pertandingan
Riuh pikuk keramaian dari barisan penonton terdengar memenuhi lapangan luas. Mereka berada di salah satu lokasi yang memang diperuntukan untuk latihan tanding maupun menyelenggarakan acara penting. Tanah luas berukuran setengah hektar, bangku panjang terbuat dari kayu disusun rapi menjadi empat baris memanjang. Di bagian depan tentu saja tempat duduk terbaik khusus para sponsor dan juga petinggi Kuil Kuda Putih. Di tengah-tengahnya terdapat batu pualam yang ditanam dan disusun menjadi persegi empat. Di sanalah arena tempat pertandingan seni bela diri berlangsung. Shenlong, Huanglong dan Long Wang duduk di barisan ketiga. Mata emas naga angin dapat melihat jelas sosok pemimpin sekte Kuil Kuda Putih. Seorang remaja tanggung berambut hitam panjang sepunggung, tanpa cahaya kehidupan dimatanya. Bocah itu lebih mirip boneka ketimbang seorang pemimpin. Begitulah kesan pertama yang Shenlong dapatkan dari Mao Niu. Setelah menunggu setengah jam, akhirnya seorang pemuda berjalan ke tengah lapa
Read more
60. Pengalaman Tidak Terlupakan
Suasana di arena pertandingan saat ini lengang, dua partisipan saling pandang. Seorang gadis muda melawan pemuda. Pembawa acara memberitahu kalau mereka seumuran, sama-sama berusia 20 tahun dan seorang ahli bela diri dari pelatihan mandiri —bukan berasal dari sekte manapun. Seorang pemuda berambut coklat bermata hitam dengan baju coklat gelap. Segaris senyum percaya diri menghias wajah tampannya. Pembawa acara berdiri di tengah-tengah, “Partisipan selanjutnya! Shi Jiu melawan Dou Ju!” Shi Jiu dan Dou Ju saling memberikan hormat satu sama lain. Mereka menyatukan kepalan tangan dengan telapak tangan di depan dada dan membungkuk sedikit. Dou Ju memundurkan kaki kanan, memasang kuda-kuda. Pedang di tangan kanan berada di samping wajah sementara tangan kiri posisinya lurus sejajar dada. “Postur tubuh dan kuda-kudanya bagus,” Shenlong berkomentar di bangku penonton. Huanglong mengangguk setuju, “dia mengambil posisi dimana dia bisa menyerang ataupun bertahan tergantung situasi. Pendek
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status