Semua Bab Kau Lukai Aku, Kubuka Aibmu: Bab 51 - Bab 60
69 Bab
Kejutan Pertama
“Kamu yakin?” “Iya, Bu. Besok acara tasyakuran tujuh bulanan istrinya.”Aku tersenyum kecut mendengar informasi dari Beni–orang yang kuminta mengawasi Mas Akbar dan keluarganya. Setelah mendapat ketidakadilan dan fitnah dari mantanku itu, kuputuskan bersuara dan membalaskan semuanya. Diamku ternyata malah dimanfaatkan olehnya. Padahal dia cukup diam saja, tak perlu mengusikku, kita telah hidup masing-masing setelah perpisahan tersebut, maka aku pun tak kan mengusiknya. Takkan kubuka juga aibnya. Biarkan waktu yang membukanya dan kurasa itu pasti akan sangat menyakitkan kalau nanti dia tahu anak yang dikandung istrinya selama ini dan telah disayanginya ternyata bukanlah anaknya. Itulah yang menyebabkan aku diam dan rela pergi dari rumah dengan cemoohan sumbang mereka, dan menutup rapat rahasianya. Namun rupanya sikapku tersebut membuatnya memutarbalikkan fakta tentang apa yang selama ini kututupi. Aku yakin itu sebagai umpan agar orang bersimpati padanya dan aku terlihat sebagai istr
Baca selengkapnya
Dijodohkan?
“Nah itu dia orang yang kita tunggu akhirnya datang juga.” suara Bu Rossa terdengar saat kaki ini melangkah mendekati mereka yang telah berkumpul di ruang tengah. Sorot matanya ke arahku diikuti oleh yang lainnya. Aku mengernyit, merasa tak nyaman jadi pusat perhatian. Sepertinya akulah yang terlambat datang ke rumah ini, dan sedang dinantikan kedatangannya. Sebenarnya ada acara apa ini? Aku kira cuma undangan makan malam biasa, dan itu pun diundang dadakan oleh Bu Rossa, kupikir cuma untuk keluarga kami saja. Tak tahunya ada keluarga Dokter Alfian juga yang datang. Iya, mereka memang cuma berdua, dokter dan ibunya, tapi tetap saja rasanya aneh. Seperti pertemuan dua keluarga atau … apalah. Aku merasa ada sesuatu yang sedang direncanakan, tapi apa, aku sendiri belum bisa meraba. “Assalamu'alaikum. Maaf telat,” ujarku menangkupkan kedua tangan ke arah mereka semua merasa tak enak, lalu menyalami semuanya kecuali Dokter Alfian. Tanganku tak terulur padanya. Aku cuma sedikit menundukkan
Baca selengkapnya
Sama-sama Canggung
Pov Author“Kenapa dimatikan? Pacar?”Hanifah tercengang mendapatkan pertanyaan selidik dari Dr. alfian. Ia menatap balik sosok laki-laki tersebut dengan kening berkerut. “Bukan, rekan kerja,” jawab Hanifah sekedarnya. Ia tidak ingin bercerita banyak tentang siapa yang sedang menghubunginya barusan. Lagipula tak penting juga dijelaskan pada laki-laki di sebelahnya karena mereka tak ada hubungan apa-apa meskipun barusan pasangan orangtua angkat dan ibu dari laki-laki tersebut berencana menjodohkan keduanya. “Ya, kenapa tidak diangkat kalau cuma rekan kerja,” ulang Dr. Alfian mendesak ingin tahu. Ia yakin yang barusan menghubungi Hanifah adalah laki-laki. Entah lagi dekat atau bisa jadi itu pacarnya. Rasanya sulit mempercayai kalau wanita yang sekarang ini sedang diantarkannya pulang belum memiliki tambatan hati. Itu juga yang meyakininya kenapa Hanifah tak langsung menyetujui perjodohan keduanya. ***Seminggu sebelumnya. “Yan, masih ingat Hanifah bukan?” ibunya Dr. Alfian bertanya
Baca selengkapnya
Rahasia yang disembunyikan
“Hadiah lagi? Senang banget ya jadi Bu Nita, sudah dapat suami ganteng, anak cakep, hidup enak gini, nggak usah kerja, apa lagi kurangnya? Hm, bikin iri.” Surti membatin iri pada Nita–majikannya setelah menerima kiriman paket dari kurir yang mengantarkan barang atas nama Akbar. Surti yakin itu isinya kado, dan mengira kado itu dari teman kerja majikannya tersebut, karena beberapa hari yang lalu baru saja berdatangan banyak hadiah atas nama rekan kerja Akbar dengan ucapan selamat atas kelahiran anaknya. “Surti, tolong bikinkan susu hangat buat Nita. Seperti biasanya, dan antar ke kamarnya, ya,” titah Bu Yusni–ibunya Nita yang tak sengaja berpapasan dengan Surti di ruang tengah. “Eh, iya, Bu. Baik.”Belum beranjak pergi, ibunya Nita menelisik benda yang berada di tangan Surti. ‘Kado?’ Pikir Bu Yusni. Ibunya Nita tahu betul itu kado dan pasti diperuntukkan pada Nita anaknya karena tak henti sejak anaknya melahirkan, berbagai hadiah tak henti berdatangan. “Tunggu! Itu apa, Sur, kado
Baca selengkapnya
Surti Bingung
“Astaga! Apa ini? Aku harus apa? Kenapa kakiku lemas buat berjalan?”Surti gemetaran saat tahu rahasia apa yang disembunyikan oleh istri majikannya. Ia baru tahu kalau anak yang baru saja dilahirkan Bu Nita bukanlah anak dari Pak Akbar, tapi anak dari laki-laki lain. “A–aku harus pergi! Minimal menjeda, memberi jarak waktu sebelum ke sini. Kalau aku langsung masuk ke dalam pasti mereka curiga kalau aku telah mendengar pembicaraan mereka. Posisiku bakal terancam. Apalagi kedua orang tersebut sebenarnya tidak menyukaiku. Di rumah ini cuma Nyonya besar sama Pak Akbar yang menerimaku dengan baik. Kalau aku gegabah dan melakukan kesalahan, pasti jadi celah keduanya untuk beralasan memecatku.” Surti berpikir keras dan langkahnya sudah bisa digerakkan untuk berbalik arah tapi belum juga melangkah tiba-tiba ….“Surti!”Deg! Jantungnya terasa ingin copot. Ada yang memanggilnya dan ia kenal betul suara siapa itu. “I–iya, Bu. Ada yang bisa dibantu?” Gegas Surti bertanya dengan gugup sebelum ny
Baca selengkapnya
Mulai Terpengaruh
Tok! Tok! Tok! Dengan perasaan gugup dan sedikit takut, Surti mengetuk pintu kamar Bu Nilam yang telah memintanya ke sana jika telah selesai dengan pekerjaannya. Ada hal penting yang ingin diketahui Bu Nilam. “Masuk!” Bu Nilam setengah berteriak meminta orang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk. Ia yakin itu Surti. “Sini!” titah wanita paruh baya tersebut pada Surti. Dengan menganggukkan kepala Surti terus berjalan mendekati Bu Nilam. “Duduk!” ujarnya lagi saat Surti sudah berada di depannya dengan menyorot ke arah kursi di belakangnya. Kursi yang memang terletak di depan meja hias persis di dekat ranjang Bu Nilam. Suasana sempat hening sesaat karena Bu Nilam cuma menatap lekat Surti, seolah sedang menguliti sisi dalamnya, sedang wanita muda yang berumur 24 tahun tersebut semakin tertunduk karena tak nyaman ditatap sedekat itu. Ia juga tak berani bertanya lebih dulu perihal kenapa ia diminta ke kamar ini. Ia yakin ada hal yang penting sampai dipanggil secara khusus oleh maj
Baca selengkapnya
Persiapan Kejutan Kedua
“Akbar, pulang jam berapa kemarin?” Bu Nilam bertanya saat tak sengaja berpapasan dengannya di ruang tengah. Bu Nilam ingin menuju dapur guna melihat kerja Surti di pagi hari ini, sedangkan Akbar baru keluar dari kamar tamu. Sejak Nita pulang bersama anak mereka, Akbar memilih tidur di kamar tamu karena ibu mertuanya kadang ikut tidur di kamar mereka guna membantu mengurus Kesya. “Hm …jam sebelas, Bu. Banyak kerjaan,” jawab Akbar seraya melebarkan mulut, menguap. Rasa ngantuk masih menderanya padahal sudah mandi dan rapi berpakaian kerja. “Jangan diforsir, Bar. Semampunya saja. Nanti kamu sakit, sia-sia kamu ngumpulin uang, ujung-ujungnya malah dihabiskan buat berobat,” sentil Bu Nilam mengingatkan. “Iya, mau bagaimana lagi, kan seminggu lagi acara tasyakuran buat Kesya.”“Sudah kasih tahu Nita? Ibu kemarin keceplosan cerita sama Nita, eh ternyata kamu belum ngomong, ya.” Tampak rasa bersalah. kepala Bu Nilam menoleh sekilas ke arah kamar yang ditempati Nita dan Akbar. Suaranya pun
Baca selengkapnya
Teror Buat Akbar
Beni sudah berada di dekat kantor Akbar, tidak masuk ke sana tapi menunggu suruhannya saja yang mengantarkan paket yang diminta Hanifah antarkan ke kantor laki-laki tersebut. “Sudah Bos.” Seseorang menghampiri dan memberitahukan kalau perintahnya telah berhasil dijalankan. “Kasih ke siapa?” Beni memastikan. Dia tidak ingin salah lagi seperti kejadian kemarin dimana paket yang harusnya diterima Akbar, malah sepertinya tidak sampai ke orang yang dimaksud. Tidak terjadi apa-apa di rumah tersebut seperti bayangan Beni dan Hanifah. “Sama security-nya, Bos,” jawab orang tersebut yang umurnya tampak lebih muda dari Beni. “Katamu apa?” Beni awas bertanya kembali. “Tolong berikan ke Pak Akbar. Hadiah dari teman lamanya. Seperti yang Bos perintahkan,” sahutnya mengulangi apa yang diminta Beni. Laki-laki dengan kumis tipis tersebut manggut-manggut mempercayai perkataan bawahannya. “Ya, sudah. Ayo masuk. Kita pergi dari sini.”Tak selang berapa lama setelah mobil yang ditumpangi Beni membe
Baca selengkapnya
Pertemuan tak terduga
“Apa ini?!!” “Ini nggak benar!”Akbar meremas kuat surat yang isinya sungguh mengesalkannya. Bisa-bisanya ia dapat surat kaleng seperti ini. Belum lagi foto-foto yang barusan dilihatnya sungguh menyesakkan dada. Ingin membantah dan menolak mentah-mentah, tapi sisi hatinya yang lain mulai meragu. Apa benar istrinya ada hubungan dengan laki-laki tersebut dan apakah benar anak yang telah dilahirkan istrinya itu bukan anaknya? Tapi anak Nita dengan laki-laki tersebut? “Aaargh! Tidak! Itu tidak mungkin. Aku yang menghamili Nita. Aku ingat jelas malam pertamaku dengannya menyisakan bercak merah di seprei yang menandakan keperawanannya telah kurenggut. Ia juga kesakitan saat keperjakaanku menusuk dalam miliknya. Memang tidak begitu sulit menembusnya karena kupikir pemanasan yang kami lakukan sangat luar biasa. Bahkan dengan Nita lah aku merasa sangat menikmati dan terpuaskan. Dia seolah mampu menyeimbangi permainanku yang berjalan seirama atau … dia memang sudah ahli melakukannya? Berbeda
Baca selengkapnya
keributan kecil
Akbar pulang ke rumah dengan perasaan kacau. Di kantor ia tak konsentrasi bekerja. Pikirannya terbagi dua. Antara Nita dan Hanifah. Ia sudah meragu akan anak yang dikandung Nita, mulai membenarkan berbagai macam kemungkinan kalau memang itu bukan anaknya. Dari wajah, hitungan kapan lahir, sampai surat kaleng yang menerornya. Sedangkan dengan Hanifah, ia cemburu. Tak rela mantannya itu mendapatkan laki-laki lain karena muncul harapan untuk kembali padanya lagi. Apalagi setelah melihat langsung seperti apa calonnya. Ia sungguh tak terima mendapat saingan yang lebih dari dirinya. “Pak, tumben sudah pulang?” Surti yang mendapati majikannya pulang lebih awal sedikit terkejut. Makin kaget lagi saat pertanyaannya cuma dilewati saja tanpa jawaban. Tatapan Akbar terlihat kosong. ‘Pak Akbar kenapa ya? Nggak biasanya cuekin aku. Apa dia sudah tahu rahasia istrinya ya? Kan ibu besar sudah tahu, meskipun tidak begitu mempercayaiku, tapi pasti sudah cerita sama Pak Akbar makanya wajahnya seperti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status