Muka Wirya memucat. Ditatapnya sang ibu yang baru saja mengusirnya. Namun, sesaat kemudian lelaki itu tersenyum. Dikoreknya telinga dengan ujung jari, berharap ia salah dengar dengan ucapan yang terlontar dari mulut Hanum. "Ibu, aku ini anakmu," ucap Wirya dengan tatapan mengiba. "Iya, kamu memang anakku. Empat puluh tahun yang lalu kamu adalah bayi mungil yang kulahirkan dan kubesarkan dengan penuh kasih sayang, tetapi nyatanya ini balasannya Kamu telah membuat ibumu ini malu, Wirya. Malu! Bisa-bisanya kamu tidur dengan wanita lain. Apa kurangnya Nella?" ucap Hanum dengan nada tinggi. Wanita itu menekan da danya yang bergejolak. Napasnya ngos-ngosan karena berbicara dengan tempo cepat. "Dengarkan aku dulu, Bu. Ini fitnah. Video itu nggak bener. Itu hanya editan!"Hanum tersenyum sinis. "Editan? Buat apa Bu Utami mengedit foto seperti ini segala?"Wirya menelan ludah. Digaruknya kepala yang tidak gatal. Dia merasa akan kalah saat berdebat dengan ibunya. "Baiklah, aku mengaku kalau
Read more