All Chapters of Dosen Kampret itu, Suamiku!!: Chapter 31 - Chapter 40
328 Chapters
[31] Afdgj
Anya begitu menantikan pergantian malam. Wanita hamil itu tidur dengan senyum penuh yang menghiasi wajahnya semalam. Ia sangat excited untuk menunjukan wallpaper ponselnya kepada Kamarudin.Kartu kematian laki-laki menyebalkan itu ada ditangannya. Kamarudin tidak akan bisa lagi berbuat macam-macam. Sekali kesal maka aibnya pasti tersebar.How wonderfull night, Anya tidak menyesal menginap ditempat calon ibu mertuanya.Anya mulai bersiap di dalam kamar Kamarudin. Selama sarapan tadi, ibu Kamarudin mengatakan jika mereka akan bertolak ke Bogor.Wanita yang Anya ketahui memiliki darah Jawa tersebut berkata kalau keluarganya sudah sangat lama tidak berlibur bersama. Kesibukan para putra-putranya membuat dia merindukan momen bersantai dengan keluarganya.“Kamu ada bawa jaket?”Anya menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu kalau calon ibu mertuanya akan mengajaknya keluar kota. Ia pikir mereka hanya akan menghabiskan waktu di Jakarta, contohnya seperti berbelanja di pusat perbelanjaan.“Pake
Read more
[32] Terlalu Murahan
“Enough cosplay jadi orang gilanya.” Kamarudin melingkarkan lengannya pada perut Anya, “kamu jadi tontonan keluarga saya,” bisiknya setelah itu.“I don’t care, ya, Din!”Bibir Anya mengerucut. Ia menyentak lengan Kamarudin. “Nggak usah sok kenal, sok deket deh! Kita nggak sedeket itu,” ketusnya sebelum memilih bergabung dengan ibu dan adik perempuan Kamarudin.“Kamaru bikin kamu kesel ya, Sayang?”Anya mengangguk seperti seseorang yang tengah mengadukan perbuatan nakal seseorang ke ibunya.“Ngapain kamu dia?”“Dia nggak mau kasih nilai A ke aku, Bu.”“Nilai?” tanya Miranti, sedikit kaget. “Soal kuliah ini?!”Anya pun mengangguk untuk kedua kalinya. Ia lalu bercerita tentang betapa menyebalkannya Kamarudin yang selalu memberikannya nilai tak masuk akal, padahal hanya karena satu absensi yang meleset dan pria itu sama sekali tak memberinya kelonggaran.“Dosen lain kasih tugas loh, Bu. Dia nggak mau. Aku sampai ulang mata kuliah yang sama ke dia tiga kali.”“Nanti Ibu yang ngomong. Udah
Read more
[33] Udin Ngambek
“Gimana?!”Anya memutar tubuhnya, menunjukan gaun tidur ke-2 yang ibu mertuanya beli untuknya. Ia sibuk berlenggok, menampilkan setiap sisi dirinya sebelum berpose layaknya model internasional.“Rose gold keliatan bagus kan dibadan aku?!”Kamarudin memijat pangkal hidungnya. God Damn! Andaikan dirinya boleh jujur, Anya adalah bentuk keindahan. Proporsi tubuhnya begitu sempurna. Lekukannya mengandung maha karya yang membuat kepalanya bertambah pening.“Sudah malam, Anya. Besok lagi saja coba-cobanya. Kamu memerlukan istirahat setelah seharian beraktivitas.”Bibir Anya mencebik. “Beberapa lagi nggak akan bikin aku capek,” tuturnya bersikeras ingin mencoba semuanya. Ia menghargai pemberian ibu Kamarudin. Perempuan itu memintanya dan hal tersebut bukanlah perkara yang sulit untuk dikabulkan.“You hurt me so much, please!” Ucap Kamarudin, lirih. Suaranya yang berat terdengar sangat parau. Sejak Anya keluar dari bilik kamar mandi, ia menahan rasa sakit yang menghantam selangkangannya. Adik
Read more
[34] Mentok Dikamu!
“Mbak, Mas Kamaru kenapa?”Si bungsu Hasan duduk disebelah calon kakak iparnya. Gadis SMA itu mengulurkan sekotak es krim, hasil dirinya memalak kakak tertuanya.“Kenapa emang?” tanya Anya, balik. Seolah tidak mengerti maksud dari pertanyaan Shafa.“Tampangnya kayak orang depresi, Mbak. Suram banget.”Sejak pagi menjelang, kakak kedua Shafa itu tak banyak bicara. Dia memang terbilang pendiam— sama halnya dengan Kalingga. Hanya saja diamnya laki-laki itu berbeda. Dia tak banyak menanggapi celotehan ibunya yang menginginkan ini dan itu.Bukan hanya itu— Kamarudin langsung melenggang ke kamar ketika mereka sampai di Jakarta. Kebiasaan yang jarang sekali terjadi semenjak pria itu kembali lagi ke rumah utama mereka.“Oh,” balas Anya ber-oh-ria, sebelum memberitahukan kalau Kamarudin sedang dalam mode ngambek. Pria itu benar-benar sulit dipercaya. Siapa yang akan menyangka jika dosennya yang terkenal dingin, ternyata memiliki sifat kekanak-kanakan.“Ngambek?!”Anya mengangguk, tangannya men
Read more
[35] Ujian Menjelang Pernikahan
“Mulia sekali calon istri saya. Dengan sadarnya dia membagikan kiat-kiat untuk merebut saya. Hem… Anak nakal seperti itu, enaknya diberikan hukuman apa, ya?!”“Nggak tau,” tidak mau tahu lebih tepatnya. Ia merasa pembahasan seputar hukuman ini akan merugikannya. “Pak Udin udah nungguin. Awas!” Pintanya sembari mendorong Kamarudin. Sialnya tenaganya tak cukup besar untuk bisa menggeser sang calon suami.“Saya juga Udin. Udinya kamu..”“Shut the fuck up, Din! yang aku maksud Udin supir, bukan kamu! Minggir, Ah! Ngapain sih! Inget kita lagi ada dimana!” Otak dosennya tampaknya mengalami longsor atau tsunami makanya error. Mereka menjadi bahan tontonan sekarang. Para agen lambe-lambean kampus pasti senang. Mereka bisa memenuhi tugas sebagai pemersatu antar mahasiswa.“Saya antar pulang.”“Nggak perlu. Pak Udin..” tolak Anya. Untuk apa juga. Supirnya standby sedari tadi. Kasihan kalau harus pulang seorang diri tanpa membawa dirinya. Sia-Sia saja pria itu berdiam berjam-jam menunggui kelasn
Read more
[36] The Unexpected Bridegroom
“Nervous?!”Pertanyaan aneh macam apa yang sedang kakaknya, layangkan?!Siapa yang tidak akan gugup menjelang ijab qabulnya. Sebuah momen sakral pertama yang sebentar lagi dirinya lakukan, di depan banyaknya tamu undangan. Setenang-tenangnya ia menjadi seorang manusia, ia tetaplah manusia normal.Ia tidak pernah merasa semendebarkan sekarang. Ia pernah menjadi mahasiswa terpilih yang mewakili kampus kebanggannya untuk bertarung melawan mahasiswa dari seluruh dunia. Ia pun kerap mengisi acara seminar. Pernah pula menggantikan ayah dan kakaknya mempresentasikan proyek di hadapan para petinggi perusahaan.Namun mengapa baru sekarang dirinya merasakan apa itu yang dinamakan keringat dingin?Ketika dirinya akan memiliki wanita yang seutuhnya telah dimiliki sebelumnya.Ia tidak mengerti, tapi begitulah kenyataannya. Untuk sesuatu yang tidak lagi harus berjudi, is justru gugup setengah mati.“Bernapas yang benar, Kamaru. Keringat kamu akan mengotori jas. Make up kamu bisa-bisa luntur.”“Mas.
Read more
[37] Balada Mantan
Tamu undangan memfokuskan netra mereka kepada Kamarudin. Mempelai pria itu meminta sedikit perhatian tamu pernikahannya, berkata jika dirinya ingin menyampaikan sesuatu yang teramat penting.“Mau apa sih? Kita habis dimarahin Ibu karena kamu main nyosor aja!” Gerutu Anya. Lima belas menit telinga Anya panas mendengar ibu mertuanya mengomel. Walau pun bukan dirinya yang dimarahi, tapi tetap aja, ia ada disamping Kamarudin. Secara tidak langsung ia pun terkena imbasnya.“Mengabarkan kebahagiaan kita,” jawab pria yang sedari tadi enggan untuk melepaskan genggaman tangannya pada milik sang istri.“Kamu diem aja, nggak usah cerewet! Urusan kepala keluarga ini.”‘Si Anjing nih dosen! Baru juga gue dijadiin bini, udah ngibarin bendera perang aja! Awas lo nggak gue kasih jatah ntar malem!’ batin Anya, kesal. Mulut Kamarudin memang tak beradab. Ia bertanya baik-baik tapi responnya justru memantik api pertengkaran. Sepertinya ketika pembagian otak dulu, dosennya ini hanya mengambilnya sebagia
Read more
[38] Kamarudin Jealous
Bencana akibat datangnya Michelin pada pesta pernikahan mereka terus berlanjut. Anya masih terus saja mengibarkan bendera perang. Sejak pertengahan pesta sampai berakhirnya perayaan akbar pernikahan mereka, Anya terus menjaga jarak aman. “Baby..” “You Babi!” Kamarudin menghela napasnya dalam. Ia tidak yakin Anya cemburu— alih-alih cemburu, kesal karena tidak bisa menghadirkan sosok mendiang mantan kekasihnya, jauh lebih tepat untuk disebutkan. Bagaimana caranya?! Kalau saja Kamarudin bisa, ia akan menarik jasad dan roh Josephin. Si saudara tiri ipar yang sialnya menyandang gelar mantan kekasih satu-satunya sang istri. “Dia datang bersama kerabat saya, Anya. Mereka sepasang kekasih,” berulang kali Kamarudin menjelaskannya. Ia benar-benar lupa. Seharusnya ia beritakan jika kerabat terdekatnya itu tak boleh membawa anjing peliharaan ranjangnya. “Terus aku peduli?! Intinya dia ada disini. Di depan mataku!” “Ya kamu pejamkan saja mata kamu sewaktu dia lewat.” “UDIN!” Kamarudin men
Read more
[39] Bisa Kita Mulai, Ritualnya?
“Gils! Pak Udin damage-nya nambah after married.”Flora memukul Angel. “Kok lo jadi ikut-ikutan Anya sih, manggilnya. Nama bagus-bagus lo panggil Udin!” protesnya.Sebagai fans sejati dosennya, Flora cukup terganggu dengan panggilan kedua sahabatnya. Menurutnya panggilan Udin itu kampungan, tidak cocok jika disetarakan dengan wajah tampan sang dosen.“Ya udah sih, Flo. Istrinya aja manggilnya gitu. Kok lo protes sih?!”“Tauk, nih! Udinnya aja selow. Happy-Happy aja dia dapet panggilan khusus dari gue..” Kali ini Anya yang berucap. “Udin aja lah sekarang.. Cucok, Bo!” Perempuan hamil itu melambaikan tangan, berlagak sedikit kebanci-bancian.“Bener-bener deh lo, Nya. Orang seganteng itu, ck! Serah lo berdua deh!” Decaknya, pasrah.“Hihihi, Nya, ini nggak apa-apa, lo ada di kamar kita? Bukannya harusnya lo ehem-ehem sama Pak Udin?” tanya Angel. Mereka baru tahu kalau Anya turut memesankan kamar untuk keduanya. Setelah acara selesai, ia dan Flora diseret paksa, mengikuti langkah bumil.“I
Read more
[40] Baik Juga Kamu, Mpret!
“Sudah semuanya?”Kamarudin memasuki kamar hotel tempat mereka menginap semalam. Pagi tadi setelah mereka membersihkan diri, ia sudah meminta beberapa orang untuk membantu Anya merapikan barang-barang keduanya.“Hem..”“Kamu sudah pastikan tidak ada yang tertinggal kan, Anya?” tanya Kamarudin lagi untuk memastikan.“Jejak pantat aku yang ketinggalan,” beo Anya, membuat Kamarudin mendelik tak suka.“Makanya jadi orang tuh jangan nyebelin. Udah dijawabin masih aja nanya terus. Nggak mungkin ada yang ketinggalan, empat orang yang kamu suruh beres-beres di kamar ini.”“Oke,” singkat, pada dan jelas. Andaikan tidak mengingat anaknya membutuhkan peran orang tua yang lengkap, Anya akan menendang Kamarudin sampai tubuhnya melayang ke Kutub Utara.Jadi orang kok kampretnya nggak manusiawi! Kayaknya dosa gue bener-bener banyak deh, makanya berjodoh sama orang nyebelin begini!“Ya sudah, ayo kita pulang. Pak Maman sudah menunggu di depan.”“Mau ketemu Mama, Papa, dulu.”“Mereka langsung pulang s
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status