All Chapters of Istri Cacat sang Raja Arogan : Chapter 41 - Chapter 50
62 Chapters
Chapter 40: Death Wave Headquarters
Tak Tak TakEarwen mendesis kala panahannya tidak tepat sasaran, matanya menatap tajam layaknya busur. Ia duduk di atas kudanya dengan busur dan anak panah di tangannya. Sudah hampi dua jam ia dengan kegiatannya, di jauh sana Briana tengah memantau aktivitasnya. Beginilah cara Earwen untuk meredam seluruh pikirannya yang kolot. "What happened?" Telinga Earwen berdenyut mendengar suara lantang. Ia memutar balikkan kudanya ke arah suara itu. "Apa kau se depresi itu ketika aku tidak ada?" Earwen mendengus kesal mendengar ungkapan yang keluar dari mulut Steve. Ia menyerahkan kudanya ke arah pengawal untuk di taruh di kandangnya. "Tentu saja tidak," ucap Earwen dan menyesap jus jeruknya yang dibawakan Briana. "Briana bisakah kau tinggalkan kami berdua?" Briana mengangguk dan meninggalkan Earwen dan Steve di pinggir lapangan berkuda. "Kau tau, saat aku melihatmu di atas kuda dan busur panah di tanganmu. Kau menjadi seperti singa liar Earwen," ucap Steve sembari terkekeh geli. Earwen
Read more
Chapter 41: King Within King's
"Saya kira anda tidak akan datang," cibir Princess Lilyana. Earwen menggulum bibirnya ke dalam mendengar cibiran tersebut. "Saya memang berniat untuk tidak dat––" "My Lord!" ungkap Prince Albert dan Princess Lilyana secara bersamaan. Earwen menengok kebelakang dan benar saja Edmund kini sudah berdiri dibelakangnya. Pria itu mengucapkan akan bertemu dengan petinggi kerajaan lain dan tidak akan menyapa Albert dan Lilyana. Tapi sekarang Edmund berdiri di belakangnya. Cih!"Selamat atas pernikahan anda," ucap Edmund seraya melingkarkan tangannya di pinggang Earwen. "Kau menunggu lama?" Earwen menyerngit heran mendengar pertanyaan itu. Tidak biasanya Edmund bertanya seperti itu dan dengan suara yang sangat soft di dengar. Gerutan di dahi Earwen memancing gelak tawa Edmund. Prince Albert dan Princess Lilyana juga ikut menatap heran kepada Edmund yang tertawa kecil, mereka baru pertama kali ini melihat King of Devils itu tersenyum dan tertawa. Bukannya kagum, Lilyana malah merasa takut
Read more
Chapter 42: Deville Morte
"Memangnya apa yang mereka lakukan?" tanya Edmund penasaran sambil melihat ke sekelilingnya. Earwen menghela nafas panjang dan menjatuhkan kembali kepalanya pada dada bidang Edmund. "Mereka menggunjingku, mereka bilang kau terlalu sempurna untukku. Aku Princess non magic, dan kau the perfect King. Kau punya kekuasaan, kau punya kekuatan hebat, kau hampir punya segalanya," ucap Earwen sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Edmund Hening. Edmund menatap wajah Earwen yang memerah karena terpengaruh alkohol. Ia tidak berniat menjawab unek-unek dari Earwen. "Aku tidak bisa memungkiri itu, Oompa Callen bilang aku adalah Special Princess. Tapi, aku tidak menemukan apapun yang spesial pada diriku," lanjut Earwen. Manik hitam milik Edmund bertabrakan dengan manik milik Earwen yang mengembun karena air mata yang membendung. Edmund mengusap pelan kelopak mata wanita yang tengah di dekapnya. "It's okay,"cicit Edmund. "I miss Oompa Callen, maaf aku menangis. Mungkin terakhir aku menan
Read more
Chapter 43: Sweet
Earwen melenguh kecil ketika kepalanya terasa pening. Matanya menyipit mengedarkan pandangannya dan menangkap sosok Edmund yang tengah duduk di sofa dengan berkas ditangannya. Kemeja hitam yang membungkus tubuh atletis pria itu dan celana kain yang senada. Pemandangan pagi yang indah dan mempesona. Kepalanya kembali terasa pening, Earwen mendudukkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. Tangannya memijat pelan keningnya. Earwen memikirkan kembali kejadian semalam. Ia tidak ingat sama sekali, ingatan terakhirnya adalah meneguk wine yang terlihat menggoda di matanya. Lalu apa yang terjadi? Bahkan ia tidak ingat kenapa dirinya berakhir di ranjang dengan gaun satin ini. Matanya menatap tajam ke arah Edmund, shit! Pria itu pasti dengan lancang menggantinya. "Ada apa dengan tatapan matamu?" tanya Edmund tanpa mengalihkan perhatiannya pada kertas miliknya. Earwen memutar bola matanya mengganti tatapannya. "Tidak," ucapnya dan kembali memejamkan mata menikmati pijatannya
Read more
Chapter 44: Saterin Sea
"She's? Dia perempuan?" tanya Carlo. Steve melirik sekilas ke arah Carlo yang tengah menyerngit ke arahnya. Ah ini salahnya karena membuat peraturan agar mendaftar hitamkan perempuan di Deville Morte. Dulu dirinya pikir perempuan terlalu lemah untuk ia jadikan sebuah pasukan, para Gert miliknya. Namun, setelah ia tahu bahwa sang legenda berjenis kelamin perempuan membuatnya bungkam seketika. Steve kala itu tidak bisa bertindak gegabah dengan mencoret peraturan yang baru ia buat, dan ia memilih melanjutkannya dan merahasiakannya hingga sekarang. "Ya," ucap Steve. Carlo menatap tidak percaya ke arah Steve. "Kenapa? Kenapa anda baru berbicara sekarang, Capo?" Steve memejamkan matanya perlahan, jika Carlo sudah memanggilnya dengan sebutan 'Capo' maka pria itu benar-benar menahan amarahnya. "Tolong rahasiakan ini terlebih dahulu sebelum saya yang akan membawanya ke markas, " titah Steve. Carlo tersenyum jenaka. "Lalu kau pikir dengan membawanya kesini, dia akan diterima di antara kita
Read more
Chapter 45: Girl in Painting
Earwen menggoyangkan kakinya pada rerumputan di tempat yang beberapa minggu lalu ia temukan dengan Briana– beautiful place. Setelah kembali dari laut Saterin ia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya pada tempat ini, sedangkan Edmund ia sudah diboyong oleh Jack untuk menghadiri jamuan dengan Prince Hilman.Netra coklatnya mengedarkan pandangannya menjelajahi setiap inci tempat ini, karena sebelumnya ia hanya sebentar disini––memanjakan mata dengan jernihnya air di tempat yang belum Earwen ketahui namanya. Hingga sebuah pintu kecil nyaris tidak terlihat itu mengusik indra penglihatan Earwen. Pintu itu tertutup dedaunan yang menjalari pintu tersebut. Earwen bangun dari posisinya dan berjalan mendekati pintu aneh itu, rasa keingintahuannya sudah membuncah. Dirinya ingin tahu, apakah ada sesuatu dibalik pintu tersebut? Ceklek.Pintu terbuka dan menampakkan sebuah ayunan yang menggantung pada pohon. Dipojok kanan terdapat sebuah ruangan berpintu putih. Earwen berjalan mendekatinya. F
Read more
Chapter 46: Crystal Balls Seeking
Earwen menatap langit-langit kamar, setelah kembali dari luar bersama Briana ia mengurung dirinya di kamar. Pikirannya kacau mengetahui fakta yang baru saja ia dengar. Masalah terus bertambah layaknya virus, Earwen harus memikirkan untuk kedepannya. Ia tidak boleh stuck di satu tempat seperti ini, mimpinya! Free life, Earwen ingin kembali fokus untuk itu. Kali ini ia berjanji untuk itu, walaupun hatinya tidak kontras Earwen ingin berusaha. Netra hazel miliknya menatap guci yang terdapat pada nakas. Earwen memfokuskan pikirannya kepada satu titik yang ia minta. Dan-guci tersebut melayang di udara, tepat di atas kepala Earwen. "Magic," lirih Earwen menatap guci yang melayang-layang. Ah Steve! Pria itu benar-benar menepati janjinya. Kini Earwen sudah lumayan bisa untuk menguasai kekuatannya. Steve bilang kini Earwen hanya perlu untuk mengebalkan tubuhnya. Ah ia jadi rindu dengan pria itu yang sedang perjalanan jauh entah kemana dan tidak tahu kapan pulangnya. Ceklek.Pintu terbuka da
Read more
Chapter 47: Curious
Briana membantu memasangkan jubah musim dingin pada tubuh Earwen dan mengaitkannya menggunakan pin yang bersimbol Kerajaan Hillary. Gunanya untuk meminimalisir terjadinya penyerangan bandit jalanan yang tiba-tiba. Pin tersebut sudah di sihir agar menghubungi pihak kerajaan jika terjadi marabahaya, walaupun kecil kemungkinan karena Earwen bepergian dengan Sean, sang Alpha dari Black Team. "Sudah selesai Lady," ucap Briana setelah memundurkan tubuhnya. Earwen tersenyum, ia berbalik dan menatap pantulan dirinya pada cermin. Tatanan rambut half-bun dan Tiara kecil menghiasi kepalanya. Gaun berwarna merah pekat dan sedikit corak putih di atas lutut. Sepatu boots tinggi berwarna hitam. Penampilannya malam ini benar-benar berbeda, Earwen memang sengaja, dirinya ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa ia baik-baik saja walaupun mereka menjualnya ke pria iblis itu. "Perfect Briana, apakah Sean sudah menunggu?" tanya Earwen sambil memasangkan tudungnya. "Ya dia sudah menunggu anda di bel
Read more
Chapter 48: Painful Fact
"See, she's also curious! Let me know Ayahanda," ucap Valiant. King Valiant mengendurkan dasinya. Ia kemudian mengeluarkan sebuah berkas dari balik sebuah lukisan yang terpajang di ruang kerjanya. King Valiant berjalan menghampiri Earwen dan melemparkan berkas tersebut di depan wajah Earwen. "Jawabanmu ada disini!" ucap King Valiant dan kembali duduk di kursi kebesarannya. Earwen mengambil berkas yang tergeletak di lantai. Matanya menangkap sebuah kertas yang sudah menguning, dan mengambilnya. "Apa ini?" tanya Earwen. Philips berjalan mendekat ia kemudian merampas kertas tersebut dari tangan Earwen. Ia tersenyum miring melihat judul yang tertulis. "Akta kelahiran Earwen Freya Salazar, daughter of Zane Salazar dan Nayara Laurels--" Philips menggantungkan ucapnya dan melirik ke arah Earwen yang tengah tertunduk. "Nayara Laurels, kau pasti tahu bukan bahwa dia adik kandung Ayahanda yang sudah lama mati bahkan sebelum kau lahir. Namun, siapa sangka dia ternyata ibumu Earwen?" sambu
Read more
Chapter 49: Liontin
Earwen menghentakkan tali kekang Ruby dengan keras. Menambah laju kecepatan, meninggalkan kuda Sean dan Steve yang masih tertinggal di belakangnya. Pikirannya berkelana mengingat pembicaraan terakhirnya dengan Rose–– yang merupakan mantan pelayan Princess Nayara. "Ceritakan tentang Zane Salazar," ucap Earwen.Rose memilin-milin tangannya, sesekali ia mengulum bibirnya ke dalam. Netranya menatap wajah nona mudanya. Ia menghela nafas berat, mungkin sudah saatnya dia tahu siapa jati dirinya yang asli. "Zane Salazar, dia adalah pakar obat-obatan yang hebat. Tidak ada meragukan kemampuannya dalam meracik sebuah obat. Suatu hari, Zane Salazar datang ke Loyren untuk meracik obat King Callen dan saat itulah kali pertama Princess Nayara jatuh cinta kepada sosok Zane Salazar––" Rose menjeda ucapannya dan menatap wajah Earwen. "Hubungan mereka sempat tidak direstui oleh King Callen, karena Princess Nayara seorang putri Raja sedangkan Zane hanya pakar obat-obatan biasa. Namun, pada akhirnya K
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status