Semua Bab Istri Cacat sang Raja Arogan : Bab 31 - Bab 40
62 Bab
Chapter 30: Unexpected
Di sinilah Earwen berada, menatap gundukan tanah yang belum datar itu. Netranya menilisir satu persatu nisan di pemakamanan ini. Hingga, pandangannya terkunci ke sebuah nisan yang bertulisan Disini terbaring Miranda Goeltom Sky. She's Edmund's mother, Earwen berjalan menghampiri makam tersebut. Tatapannya jatuh kepada sebuah foto kecil yang mungkin sengaja ditinggalkan di atas batu nisan tersebut. Ia mengambil pelan bingkai foto tersebut yang menampakkan Raja dan Ratu terdahulu. "This is King Arthur?" gumamnya perlahan. Earwen menghela nafasnya berat, ia melirik perlahan ke arah gundukan tanah milik Belinda. Ia ingat ucapan Grandma yang sangat merindukan King Arthur. Namun, hingga ia meninggal pun King Arthur masih belum di temukan. "Ada apa Earwen?" tanya Steve saat melihat raut sedih gadis itu."Steve, menurutmu kemana perginya King Arthur ya?" Steve berpikir sejenak, King Arthur menghilang setelah tujuh tahun usia Earwen. Hilang tanpa jejak, dia hilang saat Edmund berusia sepul
Baca selengkapnya
Chapter 31: Attention?
Earwen telah sampai di istana, dengan bantuan Steve ia turun dari kudanya. Ah bukan kudanya, karena Ruby tidak memiliki postur tubuh yang tinggi seperti kuda milik Steve."Terimakasih Steve," ucap Earwen seraya melemparkan senyuman ke arah Steve. "Lady!" seru Briana dari arah belakang."Briana, bagaimana urusanmu. Apa sudah selesai?" Earwen sengaja tidak mengajak Briana untuk berziarah ke makam Belinda. Briana beralasan dia ada rapat dengan para pelayan lain dan itu pertama kalinya Earwen tahu antar pelayan juga di adakan rapat. "Sudah Lady, maaf saya tidak bisa menemani anda," ucap Briana dengan nada murung. "Hei! Tidak apa-apa, saya tidak pernah menekan kamu untuk terus mengikuti saya. Lagi pula ada Steve yang menjaga saya," tutur Earwen. Briana mengangguk kemudian ia berterimakasih kepada Steve yang sudah menjaga Earwen hari ini. "Briana apa itu yang kau bawa?" tanya Earwen saat melihat nampan yang berisikan cangkir dan teko tersebut. "Ah ini. Ini teh papermint Lady, Jack mem
Baca selengkapnya
Chapter 32: Weird
Ceklek.Pintu terbuka dan menampakkan sosok Jack dengan membawa tumpukan kertas. Matanya membulat melihat posisi intim dari Edmund dan Earwen. Jack berdehem lirih untuk menyadarkan Edmund yang tengah sibuk dengan berkasnya.Edmund meletakkan telunjuknya, menyuruh Jack tidak banyak bersuara."Ada apa?" tanya Edmund dengan lirih, takut membangunkan gadis yang tengah tertidur di pangkuannya. "Ini ada beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani." Jack mengangkat berkas yang baru ia tulis.Edmund mengangguk. "Letekkan disitu, sepertinya saya tidak dapat menyelesaikannya hari ini. Mungkin besok lagi." "Kalau begitu saya undur diri.""Jack jangan lupa obat yang saya minta," ucap Edmund yang dibalas anggukan kecil dari Jack. Ruangannya kembali tenang, hanya terdengar dengkuran halus dari Earwen. Edmund membelai lembut pipi Earwen yang kemerahan. Tangan kekar miliknya jatuh pada bibir plum milik Earwen. "My favorit," bisik Edmund pelan. Earwen merengkuh, merasa tidurnya terganggu. Ia kemu
Baca selengkapnya
Chapter 33: Plan
Tok..tok..tok Pintu terbuka dan menampakkan sosok di belakang pintu tersebut. "Kak Anne?" "Daisy, bolehkah saya masuk?" Gadis berumur belasan tahun itu mengangguk dan membuka lebih lebar pintu kamarnya. Dia berjalan masuk dan diikuti oleh Anne dari belakang. "Ada apa? Tumben sekali kakak datang malam-malam seperti ini?" tanya Daisy. Anne mengulum bibirnya, ia menarik tangan Daisy dan menggenggamnya erat."Saya ingin bekerjasama denganmu Daisy," ucap Anne dengan kilat mata menggebu-gebu.Daisy menyerngit heran. "Bekerjasama?" "Iya! Kau membenci kakak iparmu bukan?" "Sangat." "Saya juga membencinya, saya ingin kita bekerjasama untuk menyingkirkannya keluar dari Hillary," ucap Anne.Kedua bola mata Daisy membulat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Anne. Sebenci-bencinya Daisy terhadap Earwen ia tidak mempunyai pemikiran untuk mengusir Earwen. Karena menurutnya, apapun yang berurusan dengan Earwen itu adalah tugas kakaknya. Walaupun ia pernah memberontak agar Earwen keluar
Baca selengkapnya
Chapter 34: Dark Side?
Earwen memilin-milin jemarinya, ia menatap punggung lebar milik Edmund. Dirinya sudah anggun menggunakan gaun dan tinggal menunggu Edmund yang tengah memasangkan dasinya. "Yang Mulia." Panggil Earwen dengan suara lirih. Edmund berbalik menatap Earwen yang tengah memainkan jari-jarinya. "Ada apa?" "Saya ingin izin keluar bersama Steve."Lagi-lagi dengan pria itu, kenapa tidak dengan pengawal lainnya? Apasih hebatnya pria itu, cih. Wanitanya ini tidak capekkah setelah kegiatan panasnya tadi? Benar-benar tangguh. Oh, apakah Edmund harus melakukannya lagi? Agar Earwen tidak dapat menjalankan aktivitasnya seperti biasa dan memilih untuk bergumul dengan selimutnya? "Okey, your promise," ucap Edmund dengan suara serak. Earwen menjijitkan tubuhnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir penuh milik Edmund. Namun, baru ingin melepaskan pangutannya. Tangan besar Edmund justru menahan tengkuknya dan memperdalamnya. Earwen panik seketika, bagaimana tidak? Sekarang Edmund tengah mengendus-endus
Baca selengkapnya
Chapter 35: Strange People
Mata bulat milik Earwen bersinar terang melihat sebuah pertunjukan di tengah hiruk-pikuk. Ayolah, bagi Earwen yang seorang kurang tahu-menahu mengenai dunia luar pasti akan merasakan sensasi sendiri saat melihat pertunjukan kecil tersebut. Berbanding terbalik dengan orang-orang yang sudah melihatnya, mungkin akan melintasi begitu saja dan enggan melihatnya. "Apakah sebegitu bagusnya, hingga air liurmu menetes Earwen?" tanya Steve sembari mengunyah marshmellow. Earwen mengatup mulutnya, ia menatap tajam ke arah Steve. "Hei! Ak--aku hanya sedang mengagumi atraksi tersebut." "Lihat pria itu, dia sudah menyembunyikan mawar di balik lengan bajunya. Itu semua tipuan. Kenapa kau harus mengagumi tipuan bodoh seperti itu? Kita punya sihir yang kuat dan bisa membuat pertunjukan lebih dari itu." "Diamlah Steve! Apakah kau tidak bisa menghargai usaha orang lain?" desis Earwen menatap tajam ke arah Steve.Steve berdecak kesal, ia kembali melihat aksi tersebut walaupun otaknya memerintahkan aga
Baca selengkapnya
Chapter 36: Dejavu
"Ini uang bayaranmu." "Dan, jangan lupa untuk nanti malam Sergio," lanjutnya. "Sure. You are too beautiful to leave Anne!" ucap Sergio sembari tersenyum kecil. Anne terkikik geli mendengarnya. Sergio Van Diávolos, lelaki yang menolongnya saat ia hampir terkena pedang sihir. Mungkin kalau tidak ada Sergio, Anne sudah mati kala itu. Kedekatannya dengan Sergio pun dimulai dari situ. Walaupun Sergio klan Diávolos yang merupakan anak dari tetua desa paling keji dan aneh itu. Jika dibandingkan antara klan Diávolos dan klan Windsor maka bagaikan langit dan daratan kering. Daratan kering itulah yang menggambarkan desa Diávolos. Dahulunya, Anne sempat takut kepada Sergio karena rumor yang beredar kala itu. Tapi, semenjak mengenalnya secara mendalam ia mulai mengetahui sifat penerus desa Diávolos tersebut. "Oh ya, omong-omong kenapa kau repot-repot menyingkirkan wanita itu?" tanya Sergio sembari memainkan rambut Anne. Sergio jatuh cinta kepada Anne sejak mereka bertemu pertama kali. Tida
Baca selengkapnya
Chapter 37: Fail
BRAKKK!"Sialan!" Anne mendesis tajam menatap pantulan dirinya pada cermin. "Ada apa?" Anne menatap kesal ke arah Daisy yang memasuki kamarnya. "Semuanya gagal total," desis Anne. Mata hitam milik Daisy membulat sempurna. "Bagaimana bisa? Kau bilang rencana ini akan 100% berhasil. Kau menyewa orang yang benar bukan?" tanya Daisy penuh selidik. "Tentu saja. Tapi, kenapa Earwen bisa kembali dengan keadaan yang baik-baik saja. Seharusnya dia sudah mati membeku. Kau tahu sendiri bukan, tentang racun mematikan yang berasal dari desa Diávolos, Daisy?" Daisy mengangguk menyetujui ucap Anne. Tidak mungkin Earwen kembali dengan mudah, belum ada penangkar untuk racun tersebut. "Mungkinkah orang yang kau sewa untuk misi ini tidak menjalankan tugasnya dengan benar?" Anne mendelik tajam, tidak mungkin Sergio mengkhianatinya. Walaupun ia sempat bertengkar kecil dengannya. "Jaga ucapmmu Daisy. Dia adalah orang yang tidak munafik." Daisy memutar matanya kesal. "Lalu sekarang apa yang harus kit
Baca selengkapnya
Chapter 38: Love? Not!
Earwen berjalan tergopoh-gopoh di lorong paviliun timur. Sejak terbangun dari tidurnya ia sudah direpotkan dengan susunan acara yang telah di buat oleh Briana, pelayan pribadinya yang menjelma menjadi asisten kerjanya. "Briana, pertemuan dengan perdana menteri Kana tidak bisa diundur kah? Bukannya di jam ini ada jamuan siang dengan Princess Lilyana, kau lupa menuliskannya Briana," ucap Earwen dan menyerahkan kertas yang berisikan susunan acara kepada Briana. Earwen sudah terbiasa dengan kesibukannya. Setelah hampir enam bulan tinggal bersama Edmund, hidupnya 100% berubah. Dari pola makan, waktu, jam tidur, dan segala tetek bengek lainnya. Earwen setiap harinya harus ada tiga pertemuan dengan princess dari kerajaan lain atau bahkan kolega bisnis milik Edmund yang terkadang meminta untuk minum teh bersamanya. Setiap ajakan itu akan dirinya terima, kecuali di hari istirahatnya. Earwen akan menolak semua jamuan-jamuan penting itu dan lebih memilih untuk melatih sihirnya bersama Steve. "
Baca selengkapnya
Chapter 39: Pseudo
Percikan sinar matahari membangunkan Earwen dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya berulang untuk menyesuaikan cahaya dengan rentina matanya. Dengan pelan, Earwen berusaha melepaskan kungkungan dari Edmund tanpa membangunkan empunya. Tidur di pelukan Edmund? Itu sudah biasa, akhir-akhir ini tubuhnya menjadi bantalan Edmund. Terkadang ia ingin marah karena pelukan Edmund yang erat membuatnya kesulitan bernapas dan juga Edmund berat, lelaki itu tidak menyadarinya kah kalau tubuhnya itu lebih lebar dan besar dibandingkan tubuh Earwen yang ramping. "Erghh!" Erangan Edmund menghentikan Earwen yang akan beranjak dari tempatnya. Ia menoleh dan menatap Edmund sebentar, sesekali Earwen mengusap pelan punggung Edmund agar dia tertidur kembali. The real big baby! Dirasanya sudah tenang Earwen beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Seperti berendam di air hangat dengan sabun aroma vanila dan lilin aromaterapi miliknya. Earwen tidak ingin Edmund mengacaukan semuanya, ia ingin me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status