All Chapters of Bangkitnya Suamiku yang Perkasa: Chapter 31 - Chapter 40
884 Chapters
Bab 31
"Besok dan lusa akhir pekan, kita cerai senin depan," jawab Anisa.Melihat Anisa yang emosi, Theo mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.Anisa mengerutkan alis, dia tidak mengerti jalan pikiran Theo. Jangan bilang Theo tidak mau bercerai?Jika Theo ingin bercerai, dia tidak mungkin bersikap sesantai ini."Aku berselingkuh dengan pria lain, masa kamu bisa memaafkan aku? Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan mau melihat wanita yang mengkhianatiku. Harus bercerai, jangan ditunda-tunda lagi." Anisa berusaha memikirkan seribu cara untuk memaksa Theo bercerai.Theo mengembuskan asap rokok sambil menatap Anisa dengan tatapan curiga."Kamu sudah bertemu dengan Clara, 'kan? Kamu pasti marah, itu semua ideku. Aku sengaja membuatmu marah." Anisa terus memprovokasi Theo.Bibi Wina tercengang mendengar setiap kata yang dilontarkan Anisa.Apakah Anisa mau cari mati? Jangan-jangan aborsi membuat psikologisnya terganggu?Kalau seperti ini terus, takutnya Theo murka dan benar-benar menghabisi Ani
Read more
Bab 32
Anisa dan Davin janjian ketemu di akhir pekan."Anisa, kamu sudah menemukan cara untuk membuka brangkasnya? Vanzoe mendesakku terus, aku sampai tidak berani mengangkat panggilannya," kata Davin."Tadi malam aku menulis beberapa huruf dan nomor yang mungkin dijadikan kata sandi. Hanya saja aku tidak yakin susunannya," jawab Anisa."Kalau gitu kita coba dulu." Davin mengambil kertas yang diberikan Anisa, lalu menganggukkan kepala.Mereka berdua kembali ke ruangan rahasia, lalu mencoba berbagai kombinasi angka dan huruf. Sayangnya semua tidak berjalan sesuai keinginan.Setelah berkali-kali gagal, Anisa mengerutkan alis dan menghela napas."Apakah ada kemungkinan Malia tahu? Kata sandi pintu rumah adalah kombinasi ulang tahun Ayah dan Malia. Sebelum ayahku sakit, dia sangat menyayangi Malia," Anisa bergumam kecil.Davin menggelengkan kepala. "Kalau Malia tahu, dia pasti sudah mencuri barang ini.""Paman, bisa saja barang di dalam brangkas ini memang sudah dicuri? Kamu juga tidak tahu, 'kan
Read more
Bab 33
Setelah mengirimkan fotonya kepada Malia, Davin menunggu di ruang rahasia. Siapa tahu Malia bisa menemukan kata sandinya.Jika Malia berhasil, Davin akan mendepak Anisa. Jangan harap Anisa bisa dapat bagian.Setengah jam kemudian Malia menelepon Davin. "Selain semua yang ditulis Anisa, aku tidak bisa memikirkan kombinasi sandi lain. Tapi Anisa bukan menulis ulang tahun Maya yang sebenarnya, yang ditulis ini tanggal lahir di KTP. Ulang tahun Maya yang sebenarnya berbeda dengan yang di KTP. Coba pakai tanggal lahir Maya yang sebenarnya ....""Oke," jawab Davin.Setelah mencoba berbagai kombinasi kata sandi, dua jam kemudian ...."Krak!" Tebakan Malia benar, pintu brangkas terbuka. Ternyata 3 digit pertama menggunakan tanggal lahir Maya, sedangkan 3 digit terakhir menggunakan tanggal lahir Anisa.Foto keluarga yang digantung di samping brangkas adalah petunjuk yang diberikan oleh Omar. Sayangnya tidak ada seorang pun yang sadar.Setelah berhasil, Davin bergegas menelepon Malia."Bajingan!
Read more
Bab 34
Di rumah Theo.Sesampainya di ruang tamu, Bibi Wina bergegas menyuruh Anisa duduk dan berkata, "Nona, Tuan memberikanmu hadiah."Kemudian Bibi Wina membuka kotak hadiah yang ada di atas meja, terlihat sebuah gaun cantik berwarna putih."Bibi yakin Theo kasih buat aku?" Anisa terlihat ragu."Yakin! Sepertinya Tuan mau membawa Nona ke pesta. Oh iya, ada sepatu juga." Bibi Wina membuka sebuah kotak berisi sepatu hak tinggi.Anisa mengerutkan kening, dia tidak dapat menebak isi pikiran Theo."Untuk apa membawa aku? Aku nggak kenal teman-teman dia. Memangnya dia tidak takut aku bikin malu?" pikir Anisa."Nona, Tuan punya pertimbangan sendiri, tenang saja. Nona, yang kemarin sudah lewat, jangan dipikirkan lagi. Mulai sekarang, yang penting Nona hidup dengan baik," jawab Bibi Wina."Bi, apakah Bibi benar-benar berpikir Theo akan memaafkanku begitu saja? Dia pasti punya niat terselubung." Anisa menghela napas panjang."Nona, apakah benar Nona mengandung anaknya Tuan Leo? Aku rasa Nona bukan or
Read more
Bab 35
Anisa menjawab dengan lantang, "Memang, aku jadi simpanan pria yang sangat kaya, tua, dan jelek. Umurnya sudah nggak panjang."Semua orang membelalak. Kaya, tua, jelek, umurnya sudah tidak panjang?"Nona, silakan ke lantai 2." Salah seorang pelayan datang menghampiri Anisa.Anisa refleks melihat ke atas. Bangunan ini sangat mewah dan megah.Ketika mengangkat kepalanya, Anisa melihat beberapa pengawal Theo yang sedang berjaga di depan ruangan.Anisa pun bangkit berdiri, lalu beranjak ke lantai 2. Para tamu yang tadi mengejek Anisa langsung tersentak dan menutup mulut.Semua orang yang menghadiri pesta ini adalah orang-orang kaya. Namun di dalam lingkaran orang kaya sekalipun ada tingkatannya.Contohnya pesta ini. Orang yang kaya berada di lantai 1, sedangkan orang yang sangat kaya raya berada di lantai 2."Anisa diajak ke lantai 2? Eh, dia jadi simpanan siapa?""Nggak tahu. Lagi pula kita nggak bisa naik ke atas. Anisa hebat juga. Walaupun cowoknya tua dan jelek, setidaknya Anisa bisa m
Read more
Bab 36
"Belum. Sejak tadi aku menunggu di ruang tamu, Nona memang belum pulang," jawab Bibi Wina.Seketika tatapan Theo langsung terlihat muram. Anisa belum pulang? Dia ke mana?Bukannya tadi Anisa bilang mau pulang untuk menyelesaikan skripsi? Apakah Anisa membohonginya?"Tuan, aku coba telepon Nona." Bibi Wina bergegas mengambil ponselnya dan menelepon Anisa.Di sisi lain ....Setelah keluar dari Vila Alden, Anisa diculik dan dibawa ke dalam sebuah mobil.Mata Anisa ditutup, lalu kedua tangannya diikat ke belakang.Sesampainya di sebuah tempat, Anisa diseret keluar dan dibawa ke sebuah ruangan.Ketika penutup mata dibuka, Anisa melihat seorang pria asing di hadapannya. "Nona, maafkan kelancanganku. Aku terpaksa menculikmu. Asalkan kamu bersedia bekerja sama, aku nggak akan menyakitimu."Anisa mengamati ruangan yang bersih ini, dia melihat seorang pria asing yang berdiri di sudut ruangan. Anisa tidak bisa melihat wajahnya, pria itu mengenakan masker."Asalkan kalian tidak melukaiku dan tidak
Read more
Bab 37
"Leo, maafkan aku. Kali ini kamu harus membantuku," Anisa bergumam dalam hati.Davin sudah menyadari bahwa barangnya hilang. Kalau perhatiannya tidak dialihkan, Anisa tidak akan bisa hidup dengan tenang.Di saat bersamaan, ponsel Anisa berdering. Pria tersebut mengambil ponsel Anisa dan melihat nama yang tertera di panggilan masuk."Keluarga Pratama? Ternyata kamu nggak bohong. Baiklah, karena kamu memiliki hubungan sama Keluarga Pratama, aku nggak akan menyakitimu. Sana, pergi!" Pria ini tahu betapa mengerikannya Keluarga Pratama.Lagi pula pria ini hanya diminta untuk menginterogasi Anisa. Sekarang semua tugasnya sudah selesai.Setelah Anisa dibebaskan, dia langsung menelepon Bibi Wina."Nona, kenapa tadi tidak angkat teleponnya? Nona di mana? Kenapa belum pulang?" Suara Bibi Wina terdengar cemas.Anisa melihat sekelilingnya, di sini tidak ada desa maupun pertokoan. Terdapat hutan lebat di sepanjang jalan, takutnya di dalam sana ada binatang buas."Bi, sopir di rumah sudah tidur belu
Read more
Bab 38
"Eh, maaf, maksudku ... kalau kamu nggak bekerja keras, bagaimana kamu sanggup membelikan barang-barang mewah? Ini adalah pertama kalinya aku mengenakan gaun dan sepatu mewah," kata Anisa sambil berjalan ke depan Theo."Menyedihkan!" kata Theo, lalu masuk ke dalam lift.Sebenarnya Anisa masih ingin menjawab Theo, tetapi pintu lift sudah tertutup.Akhirnya Anisa kembali ke kamarnya. Dia melepaskan gaunnya, lalu masuk ke kamar mandi dan menyalakan air hangat.Dalam sekejap semua lelah pun terasa sirna.Keesokan hari Anisa pergi ke kantor. Pada pukul 10 pagi, semua orang sudah berkumpul di ruang rapat."Selamat pagi semuanya. Aku adalah Anisa Kintara. Hari ini aku mengumpulkan kita semua karena tadi malam aku diculik." Anisa berbicara sambil memperhatikan setiap wajah yang ada di depannya."Hah? Anisa, kamu tidak apa-apa?""Aku tidak apa-apa. Aku mengumpulkan kita semua untuk membahas satu hal. Kondisi perusahaan sedang tidak kondusif, para investor pun pesimis dengan kita. Oleh sebab itu
Read more
Bab 39
"Sekarang perusahaan lagi mengembangkan sistem kecerdasan buatan. Walaupun terlihat canggih, aku sendiri juga ragu dengan produknya. Apakah ada yang mau investasi? Hah ...." Anisa terlihat sedih."Anisa, jangan patah semangat! Kalau sistemnya bagus, pasti ada investor yang tertarik. Oh iya, malam ini ada pesta besar, yang datang orang kaya semua. Kamu mau ikut? Siapa tahu dapat kenalan investor di sana?" tanya Sania."Nggak deh. Aku bukan orang kaya," jawab Anisa sambil tertawa."Coba dulu, siapa tahu kamu beneran dapat kenalan investor? Sebenarnya aku nggak mau pergi, tapi ayahku yang memaksa. Aku mau dijodohin. Anisa, temani aku, ya?" Sania menarik tangan Anisa dan berusaha membujuknya."Emm, ya sudah, ya sudah." Anisa tidak tega melihat Sania yang memohon-mohon.Pukul 7 malam.Sania dan Anisa tiba di sebuah hotel mewah bintang lima."Anisa, nanti kita berpencar saja. Aku akan membantu kamu cari investor juga," kata Sania.Anisa mengangguk. "Seingat aku kamu datang buat berkencan deh
Read more
Bab 40
Sepuluh menit kemudian ponsel Anisa berdering.Anisa menjawab panggilan tersebut, lalu mengirimkan pesan kepada Sania dan buru-buru pergi.Vanzoe tersenyum mengejek saat melihat Anisa yang buru-buru pergi.Dari mana Anisa mendapatkan keberanian sebesar ini? Berani-beraninya dia datang ke pesta ini tanpa sepengetahuan Theo.Apa kurangnya Theo? Dia berkali-kali lipat jauh lebih baik daripada para pria di sini.Vanzoe tidak mengerti jalan pikiran wanita.Sania mengerutkan alisnya, lalu membalas pesan Anisa.[ Ada masalah apa? Kamu buru-buru banget. ]Anisa membalas pesan Sania.[ Masalah besar! Aku ceritakan nanti. Maaf, ya! ]Yang menelepon Anisa adalah pengawalnya Theo. Pengawal sudah menunggu Anisa di depan pintu hotel.Anisa agak takut melihat pengawalnya Theo. Para pengawal ini sama seperti majikannya, tidak punya hati nurani.Begitu Anisa keluar, sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Pengawal menurunkan kaca jendela dan menatap Anisa.Anisa bergegas membuka pintu mobil dan masuk.
Read more
PREV
123456
...
89
DMCA.com Protection Status